Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 1

PENDAHULUAN
Seseorang dapat terpicu menderita gangguan depresif karena
adanya interaksi antara tekanan, daya tahan mental diri dari
lingkungan. Pada dasarnya inti dari gangguan depresif adalah
kehilangan obyek cinta misalnya kematian anggota keluarga atau
orang yang sangat dicintai, kehilangan pekerjaan, kesulitan
keuangan, terkucil dari pergaulan sosial, kondisi fisik yang tidak
sempurna, penyakit, kehamilan dan bertambahnya usia. Selain itu,
gangguan depresif juga dipengaruhi faktor genetik dan faktor
biologis berupa gangguan neurotransmitter di otak.
Gangguan depresif ditandai dengan berbagai keluhan seperti
kelelahan atau merasa menjadi lamban, masalah tidur, perasaan
sedih, murung, nafsu makan terganggu dapat berkurang atau
berlebih, kehilangan berat badan dan iritabilitas. Penderita
mengalami distorsi kognitif sepertimengkritik diri sendiri, timbul rasa
bersalah, perasaan tidak berharga dan putus asa.
Tanda gangguan depresif :
• Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk
diselingi kegelisahan dan mimpi buruk
• Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari
• Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas
• Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama
makin dihentikan
• Bangun tidur pagi rasanya malas
KASUS 1
• Kiandra seorang mahasiswi asal Maluku yang mendapatkan
beasiswa di Canberra. Banyak adaptasi yang harus ia lakukan
selama ada di sana, terutama faktor suhu yang mencapai -8 saat
musim dingin. Seminggu setelah kedatangannya, ia merasakan ada
kendala bahasa dalam berkomunikasi dan mengerjakan tugas-tugas
kuliah. Seringkali dia merasa putus asa dan ingin menyerah, jika
selesai kuliah ia lebih memilih menyendiri di kamar asrama sambil
melamun, nafsu makannya pun menurun, ketika diajak mengobrol
dengan teman-teman indonesianya dia seringkali tiba-tiba marah,
saat malam hari ia menjadi susah tidur,dan pagi harinya enggan
untuk kuliah. Hal tersebut terjadi selama kurang lebih dua minggu,
kondisi diperparah dengan hasil kuis di kampusnya yang di bawah
target. Sampai akhirnya dia sering tiba-tiba menangis. Puncaknya
adalah ketika dia tidak dapat mengerjakan kuis sama sekali,
badannya demam dan ia merasa sangat pusing. Pada saat jeda ia
mencoba melukai tangannya dengan pisau di kamar mandi
universitas. Beruntung salah satu teman memgetahuinya dan
membawanya ke GP.
DIAGNOSIS DAN DATA LAB
• Diagnosis: demam, flu, depresi berulang
• Tekanan darah: 100/70
• Suhu tubuh: 38.9oC
• RR: 22x/menit
• HR: 150/menit
• Eritrosit: 4.3 juta/microliter
• Hb: 10g/dL
• Hematokrit: 44%
• Leukosit: 9.8x104/microliter
• Trombosit: 300x103/mikroliter
ANALISA SOAP
• Subjektive
1. Nama pasien: kiandra
2. Asal : maluku
3. Merasakan ada kendala bahasa dalam berkomunikasi dan
mengerjakan tugas-tugas kuliah
4. Merasa putus asa dan ingin menyerah
5. Nafsu makan menurun
6. Sulit tidur pada malam hari
7. Mudah marah
Objektive
Nilai rujukan Kasus
Tekanan darah : <130/88 mmHg Tekanan darah: 100/70 mmHg
Suhu tubuh : 36-37 oC Suhu tubuh: 38.9oC
RR : 18-30/ menit RR: 22x/menit
HR : / menit HR: 150/menit
Eritrosit : 3,6- 5,2 Eritrosit: 4.3 juta/microliter
Hb :11,7-15,5 /dL Hb: 10g/dL
Hematokrit :32- 47 Hematokrit: 44%
Leukosit :3,6- 11 Leukosit: 9.8x104/microliter
Trombosit :150- 450 Trombosit: 300x103/mikroliter
ASSESMENT
1. Masalah adaptasi terutama faktor suhu -8 saat musim
dingin
2. Suhu badan meningkat dan merasa pusing setelah
tidak dapat mengerjakan kuis
3. Percobaan bunuh diri dengan melukai tangannya
dengan pisau di kamar mandi.
PLAN
• Non farmakologi
1. Pendekatan dengan terapi psikis / psikoterapi dari lingkungan
sekitar dan teman-teman dengan memberikan perhatian lebih
terhadap masalah yang dihadapi.
2. Didukung dengan empati, dengan menekankan bahwa dia dapat
ditolong dan diobati. Kebanyakan dari mereka merasa putus asa
dan merasa tidak berdaya. Hindari ketidak-empatian seperti
mengatakan kepada mereka untuk senyum, bergembira, jangan
malas, bergaul dsb. Ini akan membuat mereka lebih terpuruk.
3. Terapi elektrokonvulsif ( Electroconvulsive therapy – ECT ) = terapi
yang aman dan efektif untuk semua sub-tipe gangguan depresi
mayor. Terapi ini diberikan jika diharapkan respon yang cepat,
terapi lain memberikan resiko yang lebih besar dibandingkan
manfaatnya, pemberian obat tidak memberikan respon baik, atau
prefensi pasien terhadap ECT. ECT dilaporkan memberikan respon
terapetik yang cepat (10 – 14 hari).
Farmakologi
• Pemberian obat Antidepresan Klasik (Trisiklik & Tetrasiklik):
1. Amitriptilin (Trilin)
Indikasi : deperesi ,termasuk disertai ggn kecemasan dan gejala somatik
Dosis lazim: 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis maksimum
150-300 mg sehari.
Kontra Indikasi: penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif sumsum
tulang, kerusakan hati, penggunaan bersama dengan MAO.
Interaksi Obat: bersama guanetidin meniadakan efek antihipertensi, bersama
depresan SSP seperti alkohol, barbiturate, hipnotik atau analgetik opiate
mempotensiasi efek gangguan depresif SSP termasuk gangguan depresif
saluran napas, bersama reserpin meniadakan efek antihipertensi.
Perhatian : ganguan kardiovaskular, kanker payudara, fungsi ginjal menurun,
glakuoma, kecenderungan untuk bunuh diri, kehamilan, menyusui, epilepsi.
Harga : Tablet 25 mg x 10 x 10

Anda mungkin juga menyukai