Anda di halaman 1dari 22

WANPRESTASI

Adalah suatu keadaan dimana si berutang (debitur)


tidak melakukan apa yang dijanjikannya

Wanprestasi dapat berupa :


1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan
dilakukannya;
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi
tidak sebagaimana diperjanjikan;
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi
terlambat;
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian
tidak boleh dilakukannya.
Hukuman akibat wanprestasi dapat berupa :
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti
rugi);
2. Pembatalan perjanjian;
3. Peralihan resiko;
4. Membayar biaya perkara.

Kapan debitur dinyatakan lalai?


Pasal 1238 menyebutkan:”si berutang adalah lalai bila ia
dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis
itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri
menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap
lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”
Unsur-unsur ganti rugi
1. Biaya, yaitu segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata
sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak.
2. Rugi, yaitu kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan
kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur.
3. Bunga, yaitu kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah
dibayangkan atau dihitung oleh kreditur.
Pembatasan tuntutan ganti rugi meliputi:
1. Kerugian yang dapat diduga yang merupakan akibat
langsung dari wanprestasi ( pasal 1247, 1248 KUH
Perdata)
2. Bunga moratoir (bunga akibat kelalaian) ditetapkan
sebesar 6%, dihitung sejak dituntutnya ke
pengadilan ( pasal 1250 KUHPerdata).

Pembatalan perjanjian
Pembatalan perjanjian harus dimintakan kepada
hakim.
Jadi tidak mungkin perjanjian itu batal secara otomatis
pada waktu debitur nyata-nyata melalaikan
kewajibannya
( pasal 1266 KUHPerdata)
Peralihan resiko
Resiko dapat dipikulkan kepada pihak yang
melakukan kelalaian, misal dalam jual beli ( Ps
1460), dari pembeli ke penjual.

Debitur yang lalai dapat dituntut ( Ps 1267


KUHPerdata):
1. Pemenuhan perjanjian;
2. Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi;
3. Ganti rugi saja;
4. Pembatalan perjanjian;
5. Pembatalan disertai ganti rugi.
Keadaan memaksa (force majeur)
Unsur-unsur keadaan memaksa pasal 1244 :
“jika ada alasan untuk itu, si berutang harus
dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga
apabila ia tidak dapat membuktikan, bahwa hal
tidak atau tidak pada waktu yang tepat
dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan karena
suatu hal yang tidak terduga pun tidak dapat
dipertanggungjawabkan padanya,kesemuanya itu
pun jika itikad buruk tidaklah ada pada
pihaknya”.
Bentuk Umum

 Act of God
Bentuk Khusus

 Perubahan UU
 Pemogokan
 Huru-hara
BIASANYA

 Diatur apa yg termasuk force majeur


Menurut undang-undang ada tiga unsur yang
harus dipenuhi untuk keadaan memaksa, yaitu :
1. Tidak memenuhi prestasi;
2. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur
(ga sengaja);
3. Faktor penyebab itu tidak diduga sebelumnya dan
tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada
debitur

Teori tentang keadaan memaksa


1.ajaran yang objektif (de objectieve overmachtsleer)
menurut ajaran keadaan memaksa objektif, debitur
berada
dalam keadaan memaksa, apabila pemenuhan prestasi
itu
tidak mungkin (ada unsur impossibilitas) dilaksanakan
oleh siapapun juga atau oleh setiap orang.
Misalnya : A harus menyerahkan kuda kepada B, kuda di
tengah jalan disambar petir, hingga oleh siapapun
juga
penyerahan kuda itu tidak mungkin dilaksanakan
2. Ajaran yang subjektif (de subjectieve
overmachtsleer) atau relatif
Menurut ajaran keadaan memaksa subjektif (relatif)
keadaan memaksa itu ada, apabila debitur masih
mungkin melaksanakan prestasi, tetapi praktis
dengan kesukaran atau pengorbanan yang besar (ada
unsur diffikultas), sehingga dalam keadaan yang
demikian itu kreditur tidak dapat menuntut
pelaksanaan prestasi.
Misalnya : seorang penyanyi yang berjanji untuk
mengadakan pertunjukan. Sebelum pertunjukan
diadakan, ia mendengar berita tentang kematian
anaknya hingga sukar bagi debitur untuk
melaksanakan perjanjian itu.
Risiko
Risiko adalah suatu ajaran tentang siapakah yang harus menanggung ganti rugi
apabila debitur tidak memenuhi prestasi dalam keadaan force majeur.

1. Risiko pada perjanjian sepihak


Pasal 1237 KUHPerdata dalam perikatan untuk memberikan sesuatu tertentu,
kebendaan itu semenjak perikatan dilahirkan adalah tanggungan si
berpiutang. Jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak
kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungan si berpiutang.
2. Risiko dalam perjanjian timbal balik
Pasal 1545 KUHPerdata apabila sesuatu barang tertentu yang dijanjikan musnah
di luar salah pemiliknya, maka persetujuan dianggap gugur dan siapa yang
dari pihak telah memenuhi persetujuan dapat menuntut kembali barang
yang telah diberikannya dalam tukar-menukar.
Pasal 1553 KUHPerdata menyebutkan pula bahwa selama waktu sewa, barang
yang disewakan sama sekali musnah, karena suatu kejadian yang tidak
disengaja, maka persetujuan gugur demi hukum.
Cara-cara hapusnya suatu perikatan
Pembayaran
Pemenuhan prestasi
Dimana? Sesuai perjanjian

Cicilan, 3x bayar yg sebelumnya dianggap lunas


Subrogasi: penggantian hak-hak si berpiutang (kreditur)
oleh seorang ketiga yang membayar kepada si
berpiutang.
a. Subrogasi karena perjanjian
1. Apabila si berpiutang (kreditur) dengan menerima
pembayaran dari seorang pihak ketiga menetapkan
bahwa orang ini akan menggantikan hak-haknya,
gugatan-gugatannya, hak-hak istimewanya dan
hipotik yang dipunyainya terhadap si berutang
(debitur)
2. Apabila si berutang meminjam sejumlah uang
untuk melunasi utangnya, dan menetapkan orang
yang meminjami uang itu akan menggantikan hak-
hak si berpiutang.

b. Subrogasi terjadi karena undang-undang (pasal 1402


KUHPerdata)
1. Untuk seorang yang ia sendiri sedang berpiutang,
melunasi seorang berpiutang lain, yang berdasarkan
hak-hak istimewanya atau hipotik,mempunyai suatu
hak yang lebih tinggi.
2.untuk seorang pembeli suatu benda tak bergerak,
yang telah memakai uang harga benda tersebut
untuk melunasi orang-orang berpiutang kepada siapa
benda itu diperikatkan dalam hipotik.
3. Untuk seorang yang bersama-sama dengan
orang lain, atau untuk orang-orang lain,
diwajibkan membayar suatu utang,
berkepentingan untuk melunasi utang itu.
4. Untuk seorang ahliwaris yang sedang
menerima suatu warisan dengan hak istimewa
guna mengadakan pencatatan tentang keadaan
harta peninggalan, telah membayar utang-utang
warisan dengan uangnya sendiri.

Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh


penyimpanan atau penitipan.
Cara ini harus dilakukan apabila si berpiutang
menolak
pembayaran.
novasi :
1. Apabila seorang yang berutang membuat suatu
perikatan utang baru guna orang yang
menghutangkannya, yang menggantikan utang
yang lama yang dihapuskan karenanya.
2. Apabila seorang yang berutang baru ditunjuk
untuk menggantikan orang berutang lama, yang
oleh si berpiutang dibebaskan dari
perikatannya.
3. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru,
seorang kreditur baru ditunjuk untuk
menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si
berutang dibebaskan dari perikatannya.
Novasi no.1 disebut novasi objektif, sedang novasi
no.2&3 disebut novasi subjektif. No.2 disebut
novasi subjektif pasif, sedang no.3 disebut novasi
subjektif aktif.

Perjumpaan utang atau kompensasi


Jika dua orang saling berutang satu pada yang lainnya,
maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan,
dengan
mana utang-utang antara kedua orang tersebut
dihapuskan
(1424 KUHPerdata).

Percampuran utang
Apabila kedudukan sebagai orang berpiutang (kreditur)
dan orang berutang (debitur) berkumpul pada satu
orang.
Pembebasan utang
Si berpiutang tidak menghendaki lagi prestasi dari
si berutang dan melepaskan haknya.

Musnahnya barang yang terutang


Jika barang tertentu yang menjadi objek perjanjian
musnah, tak dapat lagi diperdagangkan, atau hilang,
hingga tak dapat lagi diketahui apakah barang itu
masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang
tadi musnah diluar kesalahan si berutang dan
sebelum ia lalai menyerahkannya. Ketentuan ini
hanya berlaku bila risiko mengenai barang
dibebankan pada kreditur, misal dalam perjanjian
jual beli atau penghibahan.
Batal atau pembatalan
Meminta pembatalan akibat tidak terpenuhinya
syarat subjektif dapat dilakkukan dengan dua cara:
1. Aktif menuntut pembatalan perjanjian di depan hakim
2. Menunggu sampai digugat di depan hakim

Berlakunya syarat batal


Apabila syarat batalnya suatu perikatan terpenuhi
maka hapuslah perikatan tersebut dan berlaku
surut hingga saat lahirnya perjanjian.
Lewat waktu
Daluarsa untuk memperoleh hak milik atas suatu
barang dinamakan daluarsa ‘acquisitive”,
sedangkan daluarsa untuk dibebaskan dari suatu
perikatan (atau suatu tuntutan) dinamakan
daluarsa “extinctif”.
Menurut pasal 1967, maka segala tuntutan hukum,
baik yang bersifat kebendaan, maupun yang
bersifat perseorangan hapus karena daluarsa
dengan lewatnya waktu 30 tahun.

Anda mungkin juga menyukai