PPT Lapkas
PPT Lapkas
Oleh:
YUSUF AXEL
SELVIANA H. RANGAN
Pembimbing:
dr. NELLY Y. TAN RUMPAISUM, Sp.S
Identitas
Nama : Ny. R. M.
Umur : 56 tahun
Suku : Papua
Alamat : Entrop
Pekerjaan : IRT
KU: Kelemahan
anggota gerak kiri
Kuantitas : Bartel
Indeks Total 4; Activity Onset : ± 2 jam SMRS,
Daily of Living : Total mendadak.
Dependent
Kronologis : Pasien dibawa ke IGD RSUD DOK II dengan keluhan tiba-tiba pingsan saat beraktifitas di
kamar tanggal 29 Desember 2018, pasien mengaku pandangan terasa gelap, pasien tidak mengalami
nyeri kepala berat maupun muntah. Pasien sempat berbicara asal-asalan, dan bicara pelo. Mulut
pasien mencong ke kanan. Pasien mengeluh sulit menggerakkan anggota gerak kiri. Anggota gerak kiri
tidak ada kemampuan untuk digerakkan dan tidak dapat melawan gravitasi. Kejang disangkal.
Keluhan telinga berdenging, pusing berputar, dan mati rasa di mulut juga disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga : Faktor yang memperingan :-
Jantung (-) Faktor yang memperberat :
DM (-) Hipertensi (tidak terkontrol)
HT (+) Gejala penyerta :
Kolesterol (+) Nyeri kepala (-), bicara cadel/pelo (+).
Achiles ++ ++
Babinski - +
Chaddock - -
Oppenheim - -
Nervus Cranialis :
Siriraj Stroke Score
Catatan :
SSS > +1 = Stroke hemoragik
SSS < -1 = Stroke non hemoragik
-1< SSS > +1 = perlu ct scan
Berdasarkan rumus pada score Siriraj tersebut, dapat dihitung skor pasien yaitu :
Kesadaran: Somnolen=1
Muntah:0
Nyeri kepala: 0
Tekanan diastolik= 100 mmHg
Ateroma=0
(2,5x1) + (2x0) + (2x0) + (0,1x100) + (3x0) – 12 = 0,5
Total SSS: 2,5 Meragukan
Algoritma Score Gajah Mada
Pada pasien, Penurunan kesadaran (+), NK(-), Babinski (+), maka kesannya ialah stroke
perdarahan
Barthel Indeks
Interpretasi
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Kesimpulan: 4 (Ketergantungan total) - total dependent.
Daftar Masalah
Pemeriksaan Penunjang
Kimia Darah (03-01-2019)
Jenis Hasil Nilai
Darah Lengkap (Tanggal 03-01-2019) Pemeriksaan 3/1/2019 Rujukan
Glucose Darah
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai 111 < 140 mg/dL
Sewaktu
3/1/2019 Rujukan Kreatinin 0,74 < 0,95 mg/dL
Hemoglobin 13,0 11,0 – 14,7 g/dL BUN 27.0 7 – 18 mg/dL
Kalium darah 3.50 – 5.30
Hematokrit 40.8 35,2 – 46,7 % 2.93
mEq/L
Leukosit 3.37 – 8.38 10^3/uL Natrium darah
11.11 138.7 135 – 148 mEq/L
Trombosit 212 140 – 400 10^3/uL Clorida darah 98 – 106 mEq/L
107.5
DDR malaria (-) (-) Kalsium darah
1,15-1,35 mEq/L
1.07
SGOT 15.4 <= 40 u/L
SGPT 22.7 <= 33 u/L
Colesterol total 206 <200
Trigliserida 91 <150
HDL 24 >60
LDL 157 <100
CT-SCAN Kepala tanpa Kontras
Interpretasi :
Tampak area hyperdens parietal kanan ukuran 2,3 cm
x 2,1 cm x 4 x 0,52 = 10 mL. Sulci dan gyrus corticalis
melebar. Bentuk dan posisi ventrikel lateralis normal,
ventrikel 3 dan 4 tampak normal. Tak tampak deviasi
midline struktur.
Kesan : perdarahan intra cerebral didaerah parietal
kanan ukuran 2,3x2,1x4x0,52 = 10 mL
Foto Thorax PA :
Pasien Ny. R.W./56th Pasien dibawa ke IGD RSUD DOK II dengan keluhan tiba-tiba
pingsan saat beraktifitas di kamar, pasien mengaku pandangan terasa gelap. Pasien
sempat berbicara asal-asalan, dan bicara pelo. Mulut pasien mencong ke kanan. Nyeri
kepala, muntah, dan kejang disangkal. Pasien mengeluh sulit menggerakkan anggota
gerak kiri. Anggota gerak kiri tidak ada kemampuan untuk digerakkan dan tidak dapat
melawan gravitasi. Riw. Hipertensi dan minum obat amlodipin 5mg tidak teratur. Pasien
juga memiliki riwayat kolesterol dan jarang berobat.
KU: Tampak lemas, Kesadaran : Somnolen, GCS 14 (E3M5V6), TTV: tekanan darah
200/100 mmHg, nadi 84 x/m, respirasi 24 x/m, suhu badan 37,0oC, SpO2 97%. Pada
pemeriksaan status generalis : dalam batas normal.
Pemeriksaan status neurologi didapatkan hasil: Refleks patologis: Babinski (-/+).
Pemeriksaan N.cranialis: N. VII (s) central (fasialis – mengerutkan dahi, mengangkat
alis, senyum, mulut mencong kanan, nasolabial miring kanan), N. XII (s) central
(hypoglosus – lidah deviasi ke kiri, disartria +).
Pemeriksaan penunjang: laboratorium pemeriksaan hematologi didapatkan
leukositosis, pemeriksaan kimia klinik didapatkan hipokalemia, hipercloremia,
hiperlipidemia. CT-Scan kepala tanpa kontras dengan kesan : Perdarahan
intraserebral di daerah temporoparietal dextra.
Diagnosa Kerja :
Diagnosis klinis : Hemiparesa sinistra
Diagnosis topis : Sistem carotis dextra
Diagnosis Etiologi : Stroke ec Perdarahan intraserebral
Diagnosis lainnya : Hipertensi emergency, hiperlipidemia,
hipokalemia, Hiperkloremia, leukositosis.
Planning
b. Farmakologis
Tatalaksana:
- IVFD NaCl 0,9% 1000cc + KCl 50 mEq/ 24 jam
a. Non Farmakologis - Inj. Citicholin 500 mg (iv) /12jam
Tirah baring kepala 300 - Nicardipine 10mg/10cc + NaCl 0,9% 40cc,
kec.10cc/jam
Diet rendah garam - Inj. Metamizol 500mg/8 jam (iv)
Diet rendah lemak - Inj.ceftriaxone 2gr/24 jam (iv)
- Inj.Ranitidine 50mg/12jam (iv)
Exercise - Inj. Asam Tranexamat 1 amp/12jam (iv)
- Amlodipin 10 mg/24 jam (po)
- Candesartan 8mg/24 jam (po)
- Atorvastatin 10mg/24 jam (po)
- KSR 1 tab/24 jam (po)
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad malam
Follow up
Tinjauan Pustaka
Definisi
Stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki karakteristik tanda dan
gejala neurologis klinis fokal dan/atau global yang berkembang dengan cepat,
adanya gangguan fungsi serebral dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam
atau menimbulkan kematian dan kecacatan tanpa terdapat penyebab selain yang
berasal dari vascular.
Menurut WHO: Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya
karena pembuluh darah pecah atau tersumbat oleh gumpalan (clot). Hal ini
memotong pasokan oksigen dan nutrisi, lalu menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Klasifikasi
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal
kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur adalah: sebesar
15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23,5% (umur 65 tahun).1 Kejadian
stroke(insiden) sebesar 51,6/100.000 penduduk dan kecacatan;1,6% tidak berubah; 4,3% semakin
memberat.2 Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan profil usia dibawah 45
tahun sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar 33,5%.3 Stroke
menyerang usia produktif dan usia lanjut yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam
pembangunan kesehatan secara nasional di kemudian hari.
{PERDOSSI, 2011)
Patofisiologi Mekanisme Kerusakan
Kegagalan energi
Gradien Ion
Disregulasi Kalsium
A. Stroke iskemik
Excitotoxicity
Peradangan
Stroke Perdarahan Intraserebral
Hipertensi
Otoregulasi Cerebral
Kronis
Hipertensi Efek
Akut Hematoma
Gejala Klinis
1. Infark pada Sistem Saraf Pusat
Tanda dan gejala infark arteri tergantung dari area vaskular yang terkena.
Infark total sirkulasi anterior (karotis):
Hemiplegia (kerusakan pada bagian atas traktus kortikospinal),
Hemianopia (kerusakan pada radiasio optikus),
Defisit kortikal, misalnya disfasia (hemisfer dominan), hilangnya fungsi visuospasial (hemisfer nondominan).
Infark parsial sirkulasi anterior: Hemiplegia dan hemianopia, hanya defisit kortikal saja.
Infark lakunar:
Penyakit intrinsik (lipohialinosis) pada arteri kecil profunda menyebabkan sindrom yang karakteristik.
Infark sirkulasi posterior (vertebrobasilar):
Tanda-tanda lesi batang otak,
Hemianopia homonim.
Infark medulla spinalis.
2. Serangan Iskemik Transien
Daerah arteri yang terkena akan menentukan gejala yang terjadi:
Karotis (paling sering):
- Hemiparesis
- Hilangnya sensasi hemisensorik
- Disfasia
- Kebutaan monokular (amaurosis fugax) yang disebabkan oleh iskemia retina.
Vertebrobasilar:
- Paresis atau hilangnya sensasi bilateral atau alternatif
- Kebutaan mendadak bilateral (pada pasien usia lanjut), Diplopia, ataksia, vertigo,
disfagia-setidaknya dua dari tiga gejala ini terjadi secara bersamaan.
3. Perdarahan Subarakhnoid menunjukkan gejala nyeri kepala mendadak (dalam hitungan detik)
yang sangat berat disertai fotofobia, mual, muntah, dan tanda-tanda meningismus (kaku kuduk
dan tanda Kernig). Tanda neurologis fokal dapat terjadi sebagai akibat dari:
- Efek lokalisasi palsu dari peningkatan tekanan intrakranial
- Perdarahan intraserebral yang terjadi bersamaan
- Spasme pembuluh darah, akibat efek iritasi darah, bersamaan dengan iskemia.
4. Perdarahan Intraserebral Spontan Pasien datang dengan tanda-tanda neurologis fokal
yang tergantung dari lokasi perdarahan, kejang, dan gambaran peningkatan tekanan
intrakranial. Diagnosis biasanya jelas dari CT scan.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Bertambahnya usia
Jenis kelamin pria
Berat badan lahir rendah
Etnis Afrika Amerika
Riwayat keluarga stroke
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
Vaskular
Hipertensi (tekanan darah> 140 mm Hg sistolik atau 90 mm Hg diastolik)
Merokok
Stenosis karotis asimtomatik (> diameter 60%)
FAKTOR RISIKO Penyakit arteri perifer
Cardiac
Fibrilasi atrium (dengan atau tanpa penyakit katup)
Gagal jantung kongestif
Penyakit arteri koroner
Endokrin
Diabetes mellitus
Terapi hormon pascamenopause (estrogen ± progesteron)
Penggunaan kontrasepsi oral
Metabolik
Dislipidemia
Total kolesterol tinggi (20% teratas)
Kolesterol HDL rendah (<40 mg / dL)
Obesitas (terutama perut)
Hematologik
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah harus diukur untuk mendeteksi hipertensi - faktor risiko utama untuk
stroke.
Pemeriksaan Ophthalmoscopic pada retina dapat memberikan bukti embolisasi pada
sirkulasi anterior, dalam bentuk materi emboli terlihat pada pembuluh darah retina.
Pemeriksaan leher dapat mengungkapkan tidak adanya karotis atau adanya bruit
karotid.
Pemeriksaan jantung dapat mendeteksi aritmia, atau murmur yang berhubungan
dengan penyakit katup, yang dapat menjadi predisposisi stroke kardioembolik.
Pemeriksaan kulit mungkin menunjukkan tanda-tanda gangguan koagulasi, seperti
ecchymoses atau petechiae.
Pemeriksaan Neurologis
Pasien dengan gangguan serebrovaskular mungkin atau mungkin tidak memiliki temuan
neurologis yang abnormal. Pemeriksaan normal diharapkan, misalnya, setelah TIA
diselesaikan. Di mana defisit ditemukan, tujuannya adalah untuk menentukan lokasi
anatomis lesi, yang mungkin menunjukkan penyebab atau manajemen stroke yang
optimal. Sebagai contoh, bukti keterlibatan sirkulasi anterior dapat menyebabkan evaluasi
angiografi untuk koreksi bedah kemungkinan lesi karotis internal, sedangkan tanda-tanda
yang menunjukkan infark vertebrobasilar atau lakunar akan menentukan tindakan yang
berbeda.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah: Serum Glukosa, Hitung Darah Lengkap, Studi
Koagulasi, Penanda Inflamasi, Pemeriksaan Serologis untuk Sifilis, Tingkat
Troponin Beredar
Electrokardiogram (EKG)
Pencitraan Otak: CT scan atau MRI
Pencitraan pembuluh darah
Diagnosis
Stroke adalah sindrom yang ditandai oleh empat ciri utama:
1. Onset tiba-tiba - Onset gejala yang tiba-tiba diperoleh dari anamnesis
2. Keterlibatan fokal dari sistem saraf pusat
3. Pemulihan berlangsung lambat — Durasi defisit neurologis diperoleh dari
anamnesis. Definisi klasik stroke diperlukan, bahwa defisit neurologis bertahan
selama setidaknya 24 jam untuk membedakan stroke dari serangan iskemik
transien (TIA).
4. Penyebab vaskular
Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
Tata laksana umum di Ruang Gawat Darurat
a. Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan. Oksigen diberikan apabila saturasi <95%.
Intubasi endotrakel dilakukan pada pasien yang mengalami hipoksia, syok, dan
beresiko mengalami aspirasi
b. Stabilasasi hemodinamik dengan cara:
- Cairan kristaloid dan koloid intravena. Hindari cairan hipotonik
- Pemasangan kateter vena sentral.
- Optimalsasi tekanan darah. Targer tekanan darah sistol berkisar 140 mmHg.
c. Pemeriksaan awal fisis umum.
d. Pengendalian peningkatan tekanan intrakanial.
Elevasi kepala 20 30.
Posisi pasien jangan menekan vena jugularis
Jaga normovolemi
Osmoterapi dngan indikasi
Drainase ventricular dianjurkan pada hidrosefalus akubat stroke
e. Pengendalian kejang. Bila kejang diberikan diazepam 5-20 mg bolus lambat intravena diikuti
oleh fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
Pasien perlu dirawat di ICU jika terdapat kejang.
f. Pengendalian suhu tubuh.
Tatalaksana umum di Ruang Rawat
Jaga euvolemik dengan pemberikan cairan isotonis. Kebutuhan cairan total 30
ml/KgBB/hari
Jaga keseimbangan elektrolit.
Nutrisi enteral paling lambat diberikan dalam 48 jam. Apabila terdapat gangguan
menelan dan penurunan kesadaran, makanan diberikan melalui selang NGT. Kebutuhan
kalori 25-30 kkal/KgBB/hari.
Antibiotic atas indikasi dan sesuaikan dengan kultur.
Analgetik, anti-emetik dan antagonis H2 diberikan apabila terdapat indikasi.
Tatalaksana Khusus
Stoke iskemik
• Tatalaksana hipertensi
•Tatalaksana hipoglikemi
•Trombolisis pada stroke akut
•Antritrombosit
•Obat neuroprotector
Perdarahan intracerebral
Diagnosis dan penilaian gawat darurat
- Ct scan dan MRI untuk membedakan stroke iskemik dengan perdarahan
- Apabila dicurigai terdapat lesi structural seperti malformasi vascular dan tumor
dapat dilakukan pemeriksaan angiografi CT, CT dengan kontras
Tatalaksana medis perdarahan intracranial
- Vit K 10 mg intravena pada pasien dengan INR meningkat
- Pencegahan troboemboli vena dengan stocking elastis
- Heparin subkutan dapat diberikan apabila perdarahan telah berhenti
Control tekanan darah dan kadar glukosa darah
Pemberian antiepilepsi apabila terjadi kejang
Operasi
Prognosis
Anamnesis
Pasien Ny. R/56th Pasien dibawa ke RS setelah tiba-tiba pingsan saat beraktifitas di
kamar tanggal 29 Desember 2018, pasien mengaku pandangan terasa gelap, pasien
tidak mengalami nyeri kepala berat maupun muntah. Pasien sempat berbicara asal-
asalan.
RPD: Hipertensi (+) 5 tahun tidak terkontrol, Hiperkolesterol (+) tidak terkontrol. DM (-),
Penyakit Paru (-), Penyakit jantung (-), Asam urat (-), Riw. Stroke (-).
RK: Riwayat merokok (-), riwayat minum alkohol (-), pasien sering makan makanan
berlemak sejak muda.
Menurut literatur
Perdarahan disertai hipertensi terjadi secara mendadak, paling sering ketika pasien
beraktifitas. Sakit kepala terjadi pada ~ 50% pasien dan mungkin berat; muntah
biasa terjadi.
Setelah perdarahan, edema otak yang meningkat menghasilkan pemburukan klinis
selama beberapa menit sampai hari.
Namun, durasi perdarahan aktif singkat, dan perdarahan ulang biasanya tidak
terjadi. Gambaran klinis bervariasi dengan lokasi perdarahan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pasien, Penurunan kesadaran (+), NK(-), Babinski (+), maka kesannya
ialah stroke perdarahan
Computerized tomography (CT scan)
Untuk dapat membedakan stroke hemoragik dan stroke non hemoragik
dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa CT Scan untuk membantu
menegakkan diagnosis.
Pada kasus ini ditemukan hasil CT Scan yaitu tampak hiperdens
temporoparietalis dextra dengan batas tegas dan menandakan adanya
perdarahan intraserebral, serta sulci dan gyrus corticalis tampak melebar.
Dari hasil CT scan dapat ditegakkan pasien mengalami stroke hemoragik.
• Pada pasien ini, dilakukan penatalaksanaan:
- Elevasi kepala 30º.
- IVFD Nacl 0.9% 500 cc + citicolin 500mg/12 jam
- Nicardipine 10mg/10cc + NS 40cc kec. 7,5cc/jam
- Inj. Ranitidine 1amp / 12jam
- Inj metamizole 3x1 amp
- Inj asam tranexamat 2x1 amp
- Candesartan oral 1x8 mg
- Amlodipine 1x10 mg
- Atorvastatin 1x10 mg,
Pada literatur:
Manajemen awal perdarahan intracerebral termasuk dukungan saluran napas dengan bantuan
ventilasi jika diperlukan dan pengobatan hipertensi.
Mengurangi tekanan darah sistolik hingga ~ 140 mmHg lebih dari 1 jam tidak membahayakan
perfusi daerah perihematoma atau wilayah hemisfer yang terkena.
Obat antihipertensi: labetalol dan nicardipine.
Penatalaksanaan Tekanan Darah pada Stroke
Perdarahan Intraserebral Akut
• Apabila TDS >200 mmHg atau Mean Arterial Preassure (MAP) >150 mmHg, tekanan
darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi intravena secara
kontiniu dengan pemantauan tekanan darah setiap 5 menit.
• Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai dengan gejala dan tanda
peningkatan tekanan intracranial, dilakukan pemantauan tekanan intracranial.
Tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi intravena
secara kontinu atau intermiten dengan pemantauan tekanan perfusi serebral ≥60
mmHg.
• Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa disertai gejala dan tanda
peningkatan tekanan intracranial, tekanan darah diturunkan secara hati-hati
dengan menggunakan obat antihipertensi intravena kontinu atau intermitten
dengan pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau
tekanan darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT 2010, penurunan TDS hingga 140
mmHg masih diperbolehkan. (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B).
• (PERDOSSI, 2011)
• Pada pasien stroke perdarahan intraserebral dengan TDS 150-220 mmHg,
penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS 140 mmHg cukup
aman (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B). Setelah kraniotomi, target
MAP adalah 100mmHg.
• Penanganan nyeri termasuk upaya penting dalam penurunan tekanan
darah pada penderita stroke perdarahan intraserebral.
• Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan penyekat beta
(labetalol dan esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan diltiazem)
intravena, digunakan dalam upaya diatas.
• (PERDOSSI, 2011)
Pembahasan
Sesuai dengan literatur, pemberian IVFD NaCl 0,9% 500 cc + citicoline 500
mg/12 jam ditujukan untuk menjaga normovolemi. Sedangkan citicoline
merupakan neuroprotector untuk penangan stroke akut.