Anda di halaman 1dari 25

Penatalaksanaan Pasien Dengan

Kelainan Sistemik Sebelum


Menerima Tindakan Bedah Minor
Disusun oleh :
Ferdinand K. Letty
Definisi

Bedah Minor didefinisikan sebagai suatu teknik


bedah ringan yang dilakukan pada jaringan
superfisial.
Anastesi lokal sering diperlukan untuk prosedur
ini dan tingkat serta risikonya sedikit.
Tujuan

Sebelum dilakukan suatu tindakan bedah


pasien dengan kelainan sistemik harus ditinjau
kesiapannya untuk menjalani proses bedah.
Hal ini dilakukan agar menghindari terjadinya
resiko post bedah.
Penatalaksanaan Penyakit Sistemik

Hipertensi

Gravid Diabetes
Melitus

Pembahasan

HD Post Stroke
Hipertensi

Hipertensi suatu peningkatan tekanan


darah di dalam arteri.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National
Committe on Detection, Evaluation and
treatment of High blood pressure sebagai
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg.
Tabel 1. klasifikasi tekanan darah untuk dewasa
sesuai JNC-7
Tindakan Preventif
 Prosedur dental yang lama dan & stressful sebaiknya
dihindarkan
 Pemberian sedative per oral membantu mengurangi
kecemasan.
 Pemilihan waktu perawatan gigi Kenaikan tekanan
darah pada pasien hipertensi sering terjadi saat bangun
pagi, mencapai puncak pada tengah hari, kemudian
menurun disore hari, sehingga waktu yang dianjurkan
untuk melakukan perawatan adalah sore hari
 Pemberian anestesi harus pelan dan hindari penyuntikan
intravaskular
Lanjutan…

 Dalam hubungan pasien hipertensi dengan tindakan


perawatan menggunakan anestesi local yang
mengandung vasokontriktor harus diingat bahwa
bahan vasokontriktor pada anestesi local bermacam-
macam. Menghindari penggunaan vasokonstriktor yang
merupakan kontraindikasi utk pasien hipertensi.
 Menggunakan vasokontriktor yang direkomendasikan
dosis maksimal epinefrin yang dapat diberikan hanya
sampai 0,2mg (2 ampul anestesi lokal).
Penatalaksanaan Pada Pasien
Hipertensi
Anastesi yang efektif untuk bedah
dentoalveolar diberi dengan pemberian
mepivacaine 3% (carbocaine)
Penggunaan epinefrin dibatasi, hanya dapat
digunakan hingga dosis 0,2 (setara dengan 10
carpules dari epinefrin 1:100.000)
Tindakan Kuratif

Penerapan tindakan kuratif ini disesuaikan


dengan kondisi fisik dan kemampuan
emosi pasien untuk menerima dan
merespon terhadap perawatan yang
diberikan.
Diabetes Mellitus
Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh rusaknya sel-sel beta
langerhans yang terdapat di organ pankreas
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan
hormon insulin dalam tubuh yang berakibat
kadar gula dalam darah menjadi tinggi.
Klasifikasi DM (ADA dan WHO):
DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe 3, DM tipe 4
Resiko Pasien DM

Resiko tinggi : Pencabutan gigi, insisi


abses,pemasangan implant, bedah
flap
Resiko rendah : perawatan akar
Tatalaksana Pada Pasien DM Sebelum
Tindakan Bedah Minor
 Prinsip pengobatan adalah memperbaiki kondisi
metabolik sehingga penderita dapat hidup normal.
 Penanganan DM mempunyai 2 pencapaian yaitu:
Mempertahankan konsentrasi gula darah pada
range normal .
Mencegah terjadinya komplikasi jangka panjang
 Perubahan pola makan dan olah raga
 Obat oral, umumnya terdiri dari 4 kelompok obat:
Sulfonylurea (tolbutamine, glipizide, acetoheksimide,
tolazamide, glybutide, glimepride, chlorpropamide) →
Menginduksi pankreas meningkatkan produksi insulin dapat
menyebabkan hipogikemia sampai 50 jam selama puasa
Alpha glukosidase inhibitor (acarbose)→Menghambat
pencernaan glukosa dan penyerapan di usus
Lanjutan

Biguanide (metformin)→Menghambat
glukogenesis, juga menghambat penyerapan glukosa
usus dan meningkaatkan sensitifitas insulin perifer.
Dapat menyebabkan asidosis laktat
Thiozzolidinedlone (trigitazone)→ Memperbaiki kerja
insulin di otot, lemak dan liver tanpa meningkatkan
sekresinya. Obat ini dapat meningkatkan volume
intravaskuler.
• Insulin
1. Pasien DM tipe 1 mmbutuhkan insulin setiap harinya
2. Pasien DM tipe 2 dapat menggunakan insulin bila gula darah
tidak dapat dikontrol dengan pengaturan makanan dan obat
oral. Injeksi diberikan subkutan dengan menggunakan jarum
dan siringe kecil.
Post Stroke

 Stroke

Cerebrovaskular accident (CVA) adalah kecatatan


neurologis akut pada beberapa area spesifik di otak.
Kecatatan ini disebabkan karena terjadinya nekrosis
pada jaringan otak karena pendarahan pada
intracranial, cerebral emboli dan thrombosis.
Gejala dan tanda klinis stroke

 Pusing, vertigo, sakit kepala yang parah, keringat


berlebihan bernafas dengan lambat,nadi cepat,
kelumpuhan parsial atau seluruh tubuh, kesulitan
menelan, kehilangan ekspresi wajah atau
ketidakmampuan menggerakkan otot wajah,
kehilangan reflex tendon.
Manifestasi stroke dalam rongga mulut
Terjadi atropi unilateral
Penggunaan Anestesi Lokal Pada
Pasien Post Stroke
 Pasien yang pernah menderita stroke biasanya lebih
beresiko mengalami kelainan jantung dibanding pasien
yang tidak pernah menderita stroke
 Direkomendasikan untuk menunda perawatan dental
selama 6 bulan karena pada massa tersebut rawan
terjadi stroke berulang
 Setelah 6 bulan, perawatan dental dapat dilakukan
dengan penggunaan anastesi lokal yang mengandung
vasokonstriktor
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Pada
Pasien Post Stroke
 Tekanan darah pasien harus dikontrol sebelum dan
sesudah perawatan
 Pemberian anestesi lokal yang tepat
 Jika perawatan dental diperlukan pada saat 6 bulan
pertama, perawatan tersebut harus dilakukan dirumah
sakit. Pasien dengan riwayat stroke dapat diberikan
anestesi lokal dengan dosis vasokonstriktor seminimal
mungkin
Hemodialisis
Hemodialisis
Tindakan menyelamatkan hidup pada pasien
yang gagal ginjal. Biasanya dilakukan 3/4x
seminggu melalui jaringan arterovena buatan.
 Penatalaksanaan Pasien dialisis
 Pasien yg menerima dialis masih harus
dirawat sehari sesudah dilakukan untuk
menghindari masalah yg berkaitan dgn
penggunan antikoagulasi sistemik.
Lanjutan….

Pemberian diazepam merupakan agen plg


aman untuk sedasi, krn obat ini akan terlepas
pd dialisis dan modifikasi dosis utk pemberian 1
episode tdk diperlukan
Anestesi lokal disuntikkan dengan perlahan dan
tidak melebihi 25% dosis total yang
direkomendasikan utk pasien normal
Aspirin umumnya dihindari/dosisnya diperkecil
Gravid
Kehamilan
Bisa merupakan kontraindikasi utk tindakan bedah,
meskipun hanya bedah minor. Terutama pd trimester
pertama dan pada wanita yang mempunyai riwayat
aborsi spontan beberapa kali (kehamilan risiko tinggi)
Sindrom supine hipotensive (penurunan tekanan sistol
≥30% pada posisi supine dibanding dengan lateral)
umumnya terjadi pd trimester ketiga. Shg sebaiknya
pasien jgn dirawat dlm posisi berbaring utk waktu yang
lama
Lanjutan…

Aspirin, ibuproben dan inhibitor prostaglandin


merupakan kontraindikasi selama kehamilan
Penacetin sebaiknya juga dihindarkan
Acetaminophen (codein ) pd keadaan sakit hebat dpt
diberikan
Diazepam (valium) yg diberikan slm triester pertama
akan meningkatkan insidens celah bibir/palatum 4x lipat
Diperlukan konsultasi dgn ahli kandungan sblm
melakukan tindakan bedah
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai