Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

SINUSITIS
MAXILLARY
Gloria Josephin Tarigan
1408010006

1 Pembimbing :
dr. M. A. Sri Wahyuningsih, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA


SMF ILMU PENYAKIT THT-KL 7/31/2019

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang


2 PENDAHULUAN

 Sinusitis  peradangan pada satu atau lebih


mukosa sinus paranasal.
 Selalu dimulai dengan penyumbatan daerah
kompleks osteomeatal (KOM) oleh infeksi,
obstruksi mekanis atau alergi, dan oleh
karena penyebaran infeksi gigi.
 Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis
maksila dan sinusitis etmoid, sinusitis frontal
dan sinusuitis sfenoid lebih jarang.

7/31/2019
ANATOMI SINUS PARANASAL
3

 4 pasang  sinus
maksila, sinus frontal,
sinus etmoid dan sinus
sfenoid kanan dan kiri.
 Merupakan hasil
pneumatisasi tulang-
tulang kepala 
rongga di dalam
tulang dan
mempunyai muara
(ostium) ke dalam
rongga hidung.
7/31/2019
4

Embriologi: berasal dari invaginasi mukosa


rongga hidung, perkembangannya
dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali
sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus ini
terus berkembang dan umumnya
mencapai besar maksimal pada usia
antara 15-18 tahun.

7/31/2019
SINUS MAKSILLARIS
5
Saat lahir, volume 6-8 ml 
berkembang dan mencapai
ukuran maksimal, yaitu 15 ml
saat dewasa.
Berbentuk piramid.
Batas:
- anterior : permukaan fasial
os maksila (fosa kanina)
- posterior: permukaan infra-
temporal maksila
- medial: dinding lateral
rongga hidung  Ostium  berada di sebelah
- superior: dasar orbita superior dinding medial sinus
dan bermuara ke hiatus
- inferior: prossesus alveolaris semilunaris melalui
dan palatum. infundibulum etmoid.
7/31/2019
6 SINUS MAKSILLARIS….
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan adalah:
1. Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi
rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2),
kadang-kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar M3,
bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam
sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas
menyebabkan sinusitis.
2. Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.
3. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus,
sehingga drenase hanya tergantung dari gerak silia, lagipula
drenase juga harus melalui infundibulum yang sempit.
4. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan
pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini
dapat menghalang drenase sinus maksila dan selanjutnya
7/31/2019
menyebabkan sinusitis.
7 KOMPLEKS OSTEOMEATAL

•Kompleks osteo-meatal
(KOM)  celah pada
dinding lateral hidung yang
dibatasi oleh konka media
dan lamina papirasea dan
merupakan muara-muara ,
tempat ventilasi dan
drainase saluran dari sinus
maksila, sinus frontal dan
sinus etmoid anterior.

 Tersusun dari infundibulum etmoid


•Jika terjadi obstruksi, maka yang terdapat di belakang prosesus
akan terjadi perubahan unsinatus, resesus fontalis, bula etmoid,
patologis yang signifikan dan sel-sel etmoid anterior dengan
pada sinus terkait ostiumnya dan ostium sinus maksila.
7/31/2019
8 FUNGSI SINUS PARANASAL

 Sebagai pengatur kondisi udara


 Sebagai penahan suhu
 Membantu keseimbangan kepala
 Membantu resonansi suara
 Peredam perubahan tekanan udara
 Membantu produksi mukus untuk membersihkan
rongga hidung

7/31/2019
9 DEFINISI

Sinusitis Maksillaris  radang pada


mukosa sinus maksillaris.
Sinus maksila = antrum Highmore,
letaknya dekat akar gigi rahang
atas, maka infeksi gigi mudah
menyebar ke sinus, sehingga
disebut juga sinusitis dentogen.
7/31/2019
10 KLASIFIKASI SINUSITIS MAKSILLARIS
BERDASARKAN WAKTU

Sinusitis Sinusitis
Sinusitis akut
subakut kronis
•Bila infeksi •Bila infeksi •Bila infeksi
terjadi < 4 terjadi terjadi > 3
minggu selama 4 bulan
minggu – 3
bulan

7/31/2019
11 EPIDEMIOLOGI
 Di Eropa: 10-30% populasi terkena sinusitis.
 Di Amerika, lebih dari 30 juta penduduk per tahun menderita
sinusitis dan insiden pada orang dewasa antara 10-15% dari
seluruh kasus sinusitis yang berasal dari infeksi gigi.
 Data dari sub bagian Rinologi THT FKUI RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo  248 pasien (50%) dari 496 pasien rawat
jalan.
 Penelitian di Departemen THT-KL/RSUP H. Adam Malik
Medan  sinusitis dentogen sebesar 13.67% dan yang
terbanyak disebabkan oleh abses apikal yaitu sebanyak
71.43%. Insiden sinusitis dentogen lebih tinggi pada wanita
dan angka kejadian tertinggi pada usia dekade ketiga dan
keempat.
7/31/2019
12 ETIOLOGI
 ISPA akibat virus  kelainan imunologik
 rinitis terutama rinitis alergi, rinitis  diskinesia silia seperti
hormonal pada ibu hamil, pada sindroma
 polip hidung, Kartagener.
 kelainan anatomi seperti deviasi  lingkungan berpolusi,
septum atau hipertrofi konka, udara dingin dan
 sumbatan KOM, kering serta kebiasaan
merokok 
 infeksi tonsil,
menyebabkan
 infeksi gigi  Gambaran perubahan mukosa
bakteriologik sinusitis dentogen ini dan merusak silia
didominasi terutama oleh infeksi
bakteri gram negatif,
menyebabkan pus yang berbau
busuk dan akibatnya timbul bau
busuk dari hidung
7/31/2019
13 PATOFISIOLOGI

7/31/2019
GEJALA KLINIS
14
Akut Kronis
 Hidung tersumbat Gejalanya tidak khas, kadang hanya 1
atau 2 dari gejala di bawah ini:
 Nyeri / rasa tekanan pada  Sakit kepala kronik
bagian pipi
 Post nasal drip
 Nyeri alih ke daerah gigi dan  Batuk kronik
telinga
 Gangguan tenggorok
 Ingus purulen, yang  Gangguan telinga akiat sumbatan
seringkali turun ke tenggorok kronik muara tuba eustachius
(post nasal drip)  Gangguan ke paru seperti bronkitis
(sinobronkitis), bronkiektasis
 Dapat disertai gejala
sistemik seperti demam dan  Serangan asma yang meningkat
dan sulit diobati
lesu
 Pada anak, mukopus yang tertelan
 Gejala lain: sakit kepala, dapat menyebabkan gastroenteritis
hiposmia/anosmia, halitosis.

7/31/2019
15 DIAGNOSIS

 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik  inspeksi, palpasi, rinoskopi
anterior, rinoskopi posterior, pemeriksaan
transiluminasi
 Pemeriksaan penunjang  foto polos sinus
paranasal, CT scan, pemeriksaan mikrobiologi
dan tes resistensi, sinoskopi, nasoendoskopi

7/31/2019
16 TATALAKSANA
TERAPI KONSERVATIF
Akut
 Antibiotik (spektrum luas, seperti ciproflixacin)
 Terapi tambahan yakni:
 obat dekongestan oral dan topikal,
 mukolitik untuk memperlancar drainase dan
 analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri.
 Pada pasien atopi, diberikan antihistamin atau kortikosteroid topikal.
 Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik diteruskan sampai
mencukupi 10-14 hari.
 Terapi pembedahaan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila
telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau bila ada nyeri yang
hebat karena ada sekret tertahan oleh sumbatan.
 Istirahat yang cukup

7/31/2019
 Kronis
17
 Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan
tatalaksana yang sesuai dan diberi terapi tambahan. Jika ada
perbaikan maka pemberian antibiotik mencukupi 10-14 hari.
 Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai pada
episode akut lini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada
atau tidaknya perbaikan, diberikan antibiotik alternative 7 hari
atau buat kultur. Jika ada perbaikan diteruskan antibiotik
mencukupi 10-14 hari, jika tidak ada perbaikan, evaluasi kembali
dengan pemeriksaan nasoendoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5x
tidak membaik). Jika ada obstruksi kompleks osteomeatal maka
dilakukan tindakan bedah yaitu BSEF atau bedah konvensional.
Jika tidak ada obstruksi maka evaluasi diagnosis.
 Daerah sinus yang sakit bisa dilakukan diatermi gelombang
pendek.
 Jika ada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi
 Pembedahan

7/31/2019
18 TERAPI OPERATIF

Radikal: Operasi Caldwell-luc.


Non Radikal: Bedah Sinus
Endoskopik Fungsional (BSEF).

7/31/2019
19 KOMPLIKASI

Komplikasi Orbita
Mukokel
Komplikasi Intrakranial
Osteomielitis dan abses
subperiostal
Kelainan paru.

7/31/2019
20 PENCEGAHAN

 Menghindari bahan alergen dan iritan (debu, asap


rokok)
 Menjaga kebersihan gigi
 Menjaga daya tahan tubuh

7/31/2019
21 PROGNOSIS

 Prognosis sinusitis tipe dentogen sangat


tergantung kepada tindakan pengobatan
yang dilakukan dan komplikasi penyakitnya.
Jika, drainase sinus membaik dengan terapi
antibiotik atau terapi operatif maka pasien
mempunyai prognosis yang baik.

7/31/2019
22 KESIMPULAN

 Sinusitis dentogen adalah peradangan mukosa hidung dan satu


atau lebih mukosa sinus paranasal yang disebabkan oleh
penyebaran infeksi gigi.
 Diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
rinoskopi anterior dan rinoskopi posterior, nasoendoskopi, disertai
pemeriksaan penunjang berupa transluminasi, foto rontgen, CT-
Scan dan MRI.
 Bila sinusitis disebabkan faktor gigi biasanya pasien mengeluhkan
hidung berbau. Penatalaksanaannya adalah mengatasi masalah
gigi, konservatif, diberikan obat-obatan; antibiotika, dekongestan,
antihistamin, kortikosteroid dan irigasi sinus serta operatif.
Beberapa macam tindakan bedah sinus yaitu pembedahan
radikal antrum (Caldwell-Luc) dan bedah sinus endoskopik
fungsional.

7/31/2019
23 PENUTUP

Telah dipresentasikan referat mengenai sinusitis


maksillaris yang telah dibahas teorinya
mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis
banding, tatalaksana, komplikasi, dan
prognosis. Diharapkan dengan referat ini dapat
menjadi pedoman dalam menangani kasus
sinusitis maksillaris yang ditemukan, serta dapat
menambah informasi kepada pembaca
mengenai sinusitis maksillaris.

7/31/2019
Terima Kasih
24

7/31/2019

Anda mungkin juga menyukai