Anda di halaman 1dari 38

25 Oktober 2017

dr Luwiharsih, MSc
JABATAN SEKARANG :
Ka Bidang Diklat KARS 2011 - sekarang
Ka Kompartemen Mutu PERSI 2015 – 2018

PENDIDIKAN
• SI Fakultas Kedokteran Unair
• SII Pasca Sarjana UI, Manajemen Rumah Sakit
PENGALAMAN KERJA
o Surveior & Pembimbing Akreditasi RS
(1995 – sekarang )
o Direktur RSK Sitanala Tangerang ( 2007 –
2010 )
o Ka Sub Dit RS Pendidikan ( 2005 – 2007 )
o Ka Sub Dit RS Swasta ( 2001 – 2005 )
o Ka Sub Dit Akreditasi RS (1995 – 2001)
Standar TKRS.13
Direktur RS menciptakan dan mendukung
budaya keselamatan di seluruh area di RS
sesuai peraturan perundang-undangan.

6 September 2017
Elemen Penilaian TKRS.13
1. Direktur rumah sakit mendukung terciptanya budaya
keterbukaan yang dilandalasi akuntabilitas. (W)
2. Direktur Rumah Sakit mengidentifikasi,
mendokumentasikan dan melaksanakan perbaikan
perilaku yang tidak dapat diterima. (D,O,W )
3. Direktur rumah sakit menyelenggarakan pendidikan
dan menyediakan informasi (seperti bahan pustaka
dan laporan) yang terkait dengan budaya
keselamatan Rumah Sakit bagi semua individu yang
bekerja dalam Rumah Sakit.(D,O,W )
6 September 2017
Elemen Penilaian TKRS.13
4. Direktur Rumah Sakit menjelaskan bagaimana
masalah terkait budaya keselamatan dalam
Rumah Sakit dapat diidentifikasi dan
dikendalikan.(W )
5. Direktur rumah sakit menyediakan sumber
daya untuk mendukung dan mendorong
budaya keselamatan di dalam Rumah
Sakit.(D,O,W)

6 September 2017
BUDAYA KESELAMATAN

Standar TKRS.13.1
Direktur Rumah Sakit melaksanakan,
melakukan monitor, mengambil tindakan
untuk memperbaiki program budaya
keselamatan di seluruh area di Rumah Sakit

6 September 2017
Elemen Penilaian TKRS 13.1
1. Direktur rumah sakit menetapkan regulasi
pengaturan sistem menjaga kerahasiaan, sederhana
dan mudah diakses oleh fihak yang mempunyai
kewenangan untuk melaporkan masalah yang terkait
dengan budaya keselamatan dalam Rumah Sakit
secara tepat waktu (R)
2. Sistem yang rahasia, sederhana dan mudah diakses
oleh fihak yang mempunyai kewenangan untuk
melaporkan masalah yang terkait dengan budaya
keselamatan dalam RS telah disediakan (O, W)
6 September 2017
Elemen Penilaian TKRS 13.1
3. Semua laporan terkait budaya keselamatan
rumah sakit telah di investigasi secara tepat
waktu. (D,W)
4. Ada bukti bahwa iidentifikasi masalah pada
sistem yang menyebabkan tenaga kesehatan
melakukan perilaku yang berbahaya. telah
dilaksanakan. (D, W)

6 September 2017
Elemen Penilaian TKRS 13.1
5. Direktur rumah sakit telah menggunakan
pengukuran/indikator mutu untuk mengevaluasi dan
memantau budaya keselamatan dalam rumah sakit
serta melaksanakan perbaikan yang telah
teridentifikasi dari pengukuran dan evaluasi
tersebut.(D,W )
6. Direktur Rumah Sakit menerapkan sebuah proses untuk
mencegah kerugian/dampak terhadap individu yang
melaporkan masalah terkait budaya keselamatan
tersebut. (D,O,W)
6 September 2017
Maksud TKRS.13 dan TKRS.13.1
Budaya keselamatan dapat diartikan sebagai berikut :
“Budaya keselamatan di rumah sakit adalah sebuah
lingkungan yang kolaboratif di mana staf klinis
memperlakukan satu sama lain dengan hormat,
dengan melibatkan dan memberdayakan pasien dan
keluarga. Pimpinan mendorong staf klinis pemberi
asuhan bekerja sama dalam tim yang efektif dan
mendukung proses kolaborasi interprofesional dalam
asuhan berfokus pada pasien”.

6 September 2017
Perilaku yg tidak mendukung budaya

keselamatan spt :

• Perilaku yg tidak layak (Inappropriate), seperti

kata2 atau bahasa tubuh yg merendahkan

atau menyinggung perasaan sesama staf,

misalnya mengumpat, memaki.

6 September 2017
 perilaku yang mengganggu (disruptive) a,l, perilaku tidak layak
yang dilakukan secara berulang, bentuk tindakan verbal atau non
verbal yang membahayakan atau mengintimidasi staf lain,
“celetukan maut” adalah komentar sembrono didepan pasien
yang berdampak menurunkan kredibilitas staf klinis lain, contoh
mengomentari negatif hasil tindakan atau pengobatan staf lain
didepan pasien, misalnya “obatnya ini salah, tamatan mana
dia...?”, melarang perawat untuk membuat laporan tentang
kejadian tidak diharapkan, memarahi staf klinis lainnya didepan
pasien, kemarahan yang ditunjukkan dengan melempar alat
bedah di kamar operasi, membuang rekam medis diruang rawat.
 perilaku yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras,
agama, suku termasuk gender
 pelecehan seksual. 6 September 2017
Maksud TKRS.13 dan TKRS.13.1
Hal-hal penting menuju budaya keselamatan :

1. Staf rumah sakit mengetahui bahwa kegiatan


operasional RS berisiko tinggi dan bertekad untuk
melaksanakan tugas dengan konsisten dan aman.

2. Regulasi dan lingkungan kerja mendorong staf tidak


takut mendapat hukuman bila membuat laporan
tentang kejadian tidak diharapkan dan kejadian
nyaris cedera

6 September 2017
Maksud TKRS.13 dan TKRS.13.1
3. Direktur rumah sakit mendorong tim keselamatan
pasien melaporkan insiden keselamatan pasien ke
tingkat nasional sesuai peraturan perundang-
undangan.

4. Mendorong adanya kolaborasi antar staf klinis


dengan pimpinan untuk mencari penyelesaian
masalah keselamatan pasien.

Komitmen organisasi menyediakan sumber daya, seperti


staf, pelatihan, metode pelaporan yang aman, dan
sebagainya untuk menangani masalah keselamatan
6 September 2017
Maksud TKRS.13 dan TKRS.13.1
Just culture adalah model terkini mengenai
pembentukan suatu budaya yang terbuka, adil dan
pantas, menciptakan suatu budaya belajar, merancang
sistem2 yang aman, dan mengelola perilaku yang terpilih
(human error, at risk behavior dan reckless behavior).
Model ini melihat peristiwa2 bukan sebagai hal2 yang
perlu diperbaiki, tetapi sebagai peluang2 untuk
memperbaiki pemahaman baik terhadap risiko dari
sistem maupun risiko perilaku

6 September 2017
Maksud TKRS.13 dan TKRS.13.1
Ada saat-saat dimana individu seharusnya tidak disalahkan atas
suatu kekeliruan; sebagai contoh, ketika ada komunikasi yang buruk
antara pasien dan staf, ketika perlu adanya pengambilan keputusan
secara cepat, dan ketika ada kekurangan faktor manusia dalam
pola proses pelayanan. Namun, terdapat juga kesalahan tertentu
yang merupakan hasil dari perilaku yang sembrono. dan hal ini
membutuhkan pertanggungjawaban. Contoh dari perilaku sembrono
mencakup kegagalan dalam mengikuti pedoman kebersihan
tangan, tidak melakukan time-out sebelum mulainya operasi, atau
tidak memberi tanda pada lokasi pembedahan

6 September 2017
• Budaya keselamatan mencakup mengenali dan
menujukan masalah yang terkait dengan sistem
yang mengarah pada perilaku yang tidak aman.
Pada saat yang sama, RS harus memelihara pertang
gungjawaban dengan tidak mentoleransi perilaku
sembrono. Pertanggungjawaban membedakan
kesalahan unsur manusia (seperti kekeliruan),
perilaku yang berisiko (contohnya mengambil jalan
pintas), dan perilaku sembrono (seperti mengabai
kan langkah- langkah keselamatan yang sudah
ditetapkan
6 September 2017
• Direktur Rumah Sakit melakukan
evaluasi rutin dengan jadwal yang
tetap dengan menggunakan
beberapa metoda, survei resmi,
wawancara staf, analisis data dan
diskusi kelompok.

6 September 2017
• Direktur Rumah Sakit mendorong agar dapat
terbentuk kerja sama untuk membuat struktur,
proses dan program yang memberikan jalan bagi
perkembangan budaya positif ini.

• Direktur Rumah Sakit harus menanggapi perilaku


yang tidak terpuji dari semua individu dari semua
jenjang Rumah Sakit, termasuk manajemen, staf
administrasi, staf klinis, dokter tamu atau dokter part
time serta anggota representasi pemilik

6 September 2017
6 September 2017
Perilaku yang pantas adalah perilaku yang mendukung
kepentingan pasien, membantu asuhan pelaksanaan asuhan
pasien, dan ikut serta berperan mendukung keberhasilan
pelaksanaan kegiatan perumahsakitan. Setiap tenaga
kesehatan yang bekerja di RS harus mengikuti kode etik
perilaku yg tercantum dalam peraturan internal RS/corporate
bylaws.
Kode etik perilaku merupakan seperangkat peraturan yang
dijadikan pedoman perilaku di RS. Kode etik perilaku bertujuan
membantu menciptakan lingkunan kerja yang aman, sehat,
nyaman dan dimana setiap orang dihargai dan dihormati
martabatnya setara sebagai anggota tim asuhan pasien
6 September 2017
1. Perilaku yang pantas

2. Perilaku yang tidak pantas

6 September 2017
Tenaga kesehatan tidak dapat dikenakan sanksi jika
berperilaku, sebagaimana contoh-2 di bawah ini :

a. Penyampaian pendapat pribadi atau profesional


pada saat diskusi, seminar, atau pada situasi lain :

 Penyampaian pendapat utk kepentingan pasien


kepada pihak lain (dokter, perawat, atau direksi
RS) dengan cara yang sopan dan pantas

 Pandangan Profesional

 Penyampaian pendapat pada saat diskusi kasus


6 September 2017
b. Penyampaian ketidaksetujuan atau
ketidakpuasan atas kebijakan melalui tata cara
yg berlaku di RS tsb

c. Menyampaikan kritik konstruktif atau kesalahan


pihak dng cara yg tepat, tidak bertujuan utk
menjatuhkan atau menyalahkan pihak tersebut

6 September 2017
Tenaga kesehatan dapat dikenakan sanksi jika
berperilaku tidak pantas, sebagaimana contoh-2
dibawah ini :

a. Merendahkanatau mengeluarkan perkataan tidak


pantas kepada pasien dan atau keluarganya

b. Dengan sengaja menyampaikan rahasia, aib, atau


keburukan orang lain

c. Menggunakan bahasa yg mengancam,


menyerang, merendahkan, atau menghina
6 September 2017
d. Membuat komentar yg tidak pantas tentang
tenaga medis di depan pasien atau di dalam
rekam medis.

e. Tidak peduli, tidak tanggap terhadap permintaan


pasien atau tenaga kesehatan lainnya

f. Tidak mampu bekerjasama dng anggota Tim


asuhan pasien atau pihak lain tanpa alasan yg
jelas

6 September 2017
g. Perilaku yang dapat diartikan sebagai menghina,
mengancam, melecehkan, atau tidak bersahabat
kepada pasien dan atau keluarganya.

h. Melakukan pelecehan seksual baik melalui


perkataan ataupun perbuatan kepada pasien atau
keluarga pasien.

6 September 2017
6 September 2017
6 September 2017
6 September 2017
6 September 2017
Referensi

1. Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang RS.


2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun
2015 Tentang Pedoman Organisasi RS
3. KMK No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal RS
4. Konsil Kedokteran Indonesia Komunikasi Efektif Dokter-
Pasien ,tahun 2006
5. Pedoman Pengorganisasian Komite Etik RS Dan Majelis
Kehormatan Etik RS Indonesia,Persi – Makersi,tahun......
6 September 2017
Referensi
6. Konsil Kedokteran Indonesia,Manual Persetujuan
Tindakan Kedokteran tahun 2006
7. Supply Chain Identifying Critical Supplies And
Technology, Evaluating Integrity. Making Decisions,
Tracking Critical Items John C. Wocher, M.H.A, LFACHE
Consultant Joint Commission International
8. PERATURAN PERUNDANGAN UNTUK PPK BLUD :
9. UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
10.Undang Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
6 September 2017
11. Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005 yang diubah
dengan PP Nomor 74 tahun 2012

12. Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang


Keuangan Daerah

13. Permendagri nomor 13 tahun 2005 yang diubah


keduakalinya dengan Permendagri nomor 21 tahun 2011

14. Permenkeu nomor 09/PMK.02/2006 tentang Pembentukan


Dewan Pengawas pada Badan Layanan Umum

15. Permendagri nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis


Pengelolaan Keuangan BLUD

6 September 2017
16. PERATURAN PERUNDANGAN UNTUK ORGANISASI
RUMAH SAKIT DAERAH

a.UU 23/2014 : tentang Pemerintahan Daerah

b.PP 18/2016 : tentang Perangkat Daerah

6 September 2017
TERIMA KASIH

6 September 2017

Anda mungkin juga menyukai