Anda di halaman 1dari 31

Referat

Kolelitiasis

Disusun oleh:
Raveena Debby M
(H1AP12044)

Pembimbing:
dr. Diah Herliani, Sp. B
BAB I. PENDAHULUAN
Pendahuluan

• Kolelitiasis memiliki nama lain yang lazim disebut oleh masyarakat awam sebagai batu empedu.

• Di Indonesia angka kejadian batu empedu dan batu saluran empedu diduga tidak menunjukkan angka
perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan di negara lain di Asia Tenggara. Di negara Barat 80%
batu empedu adalah batu kolesterol sedangkan di Asia Timur lebih banyak dijumpai batu pigmen
dibanding dengan batu kolesterol. Akan tetapi angka kejadian batu kolesterol sejak tahun 1965
semakin meningkat. Hal tersebut dapat berkaitan dengan perubahan pada gaya hidup terutama dalam
hal pola makan.
Pendahuluan

• Batu empedu jarang dijumpai pada usia muda terutama kurang dari 20 tahun angka kejadiannya akan
meningkat seiring dengan bertambahnya usia sampai dengan usia 70 tahun dan paling banyak pada
rentang usia 50 tahunan. Makanan memegang peranan penting dalam terjadinya batu empedu
meskipun angka kejadiannya berasal dari interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan.
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI KANDUNG EMPEDU (VESICA FELLEA)

 kantong berbentuk buah advokat


 ukuran = 4 – 6 cm dengan kapasitas
sekitar 30-60 ml.
 terletak pada permukaan bawah
hepar, tepatnya pada facies visceralis
hepar.
 Vesica fellea dibagi menjadi :
fundus, corpus dan collum
Anatomi Saluran Empedu
Fisiologi Saluran Empedu

Empedu dibentuk oleh sel-sel hati dan ditampung di


dalam kanalikuli Empedu memiliki dua fungsi penting:

Diluar waktu makan, empedu disimpan untuk sementara 1. Empedu memainkan peranan
di dalam kandung empedu, dan di sini akan mengalami penting dalam pencernaan dan
proses pemekatan absorpsi lemak

2. Empedu bekerja sebagai suatu alat


Kandung empedu (vesica fellea) berperan sebagai untuk mengeluarkan beberapa
reservoir cairan empedu dan mampu menyimpan sekitar produk buangan yang penting
50-45ml cairan empedu.

Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan


empedu dengan absorpsi air dan natrium
Komposisi Cairan Empedu
Garam empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan komponen terbesar
(udepme nariac )90%.
Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam anorganik
Metabolisme Bilirubin
Aliran Cairan Empedu
Kolelitiasis
penyakit batu saluran empedu, disebut juga sebagai batu empedu, gallstone uata ,
.sirailib suluklak.
Epidemiologi

Dari 10 % jumlah populasi di AS  70 % batu yang terbentuk batu kolesterol,


sedangkan 30 % terdapat batu pigmen atau jenis batu dari komposisi lain
Pada 90 % kasus  batu di duktus sistikus dan 10 %  kolesistitis akalkulosa
20 %  > 40 th
30 %  > 70 th
Wanita : pria (4:1)
Etiologi
Batu kolesterol
Jenis kelamin Stasis cairan empedu
lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan puasa jangka panjang dengan pemberian nutrisi parenteral total
perbandingan .1 :4 saja, serta penurunan berat badan cepat akibat restriksi kalori dan
lemak yang berat(
Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia . Obat-obatan
Estrogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau terapi kanker
Obesitas prostat dapat meningkatkan sekresi kolesterol empedu .
berhubungan dengan peningkatan sekresi kolesterol hepar
dan merupakan faktor risiko utama untuk terbentuknya batu
kolesterol. Faktor keturunan
Dapat terjadi suatu sindroma kolelitiasis terkait kadar fosfolipid
yang rendah pada individu dengan defisiensi protein transport
Kehamilan
bilier herediter yang diperlukan untuk sekresi lecithin.
Batu kolesterol sering ditemukan pada wanita yang sudah
mengalami lebih dari satu kali kehamilan.
Etiologi
Batu pigmen

• Kelainan hemolisis yang berhubungan dengan batu pigmen meliputi:


o anemia sel sabit
o sferositosis herediter
o beta-thalassemia.

• Pada sirosis, hipertensi portal dapat menyebabkan terjadinya splenomegali  sekuestrasi sel
darah merah  menyebabkan peningkatan metabolisme hemoglobin .
Patofisiologi

Batu Kolesterol Batu Pigmen

Tahapan proses pembentukan batu kolesterol Pembentukan batu pigmen terdiri dari 2 fase :
 Supersaturasi empedu dengan kolesterol  Saturasi bilirubin
 Fase Pembentukan inti batu  Pembentukan inti batu
 Fase Pertumbuhan batu menjadi besar
Manifestasi Klinis
Batu Kandung Empedu (Kolesistolitiasis)

1. Asimptomatik

Setengah hingga dua pertiga kasus kolelitiasis bersifat asimtomatik keluhan awal yang dirasakan
pasien biasanya berupa dispepsia atau intoleransi terhadap makanan berlemak. Pada sekitar 1-2%
kasus asimptomatik akan berkembang menajdi simptomatik dalam 1 tahun.
Manifestasi Klinis
2. Simptomatik

• Pada kolesistolitiasis yang simptomatik keluhan utamanya berupa nyeri di daerah epigastrium dan kuadran
kanan atas. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru
menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri biasanya adalah perlahan – lahan tetapi pada sepertiga
kasus dapat timbul tiba-tiba.

• Penyebaran nyeri dapat kepunggung, skapula, atau ke puncak bahu disertai mual atau muntah. Apabila
keluhan nyeri telah berlangsung lebih dari 24 jam kemungkinan telah terjadi kolesistisis akut.
Manifestasi Klinis

• Apabila telah terjadi kolesistisis akut keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik
napas dalam dan sewaktu kandung empedu tersentuh ujung jari tangan sehingga pasien berhenti
menarik napas yang merupakan tanda rangsang peritoneum setempat (tanda Murphy).

• Disertai mual dan muntah.

• Biasanya terdapat ikterus dan urin berwarna gelap yang hilang timbul.

• Pruritus ditemukan pada ikterus obstruktif yang berkepanjangan


Manifestasi Klinis
Batu Saluran Empedu (Koledokolitiasis)

Pada batu duktus koledokus, riwayat nyeri atau kolik di epigastrium dan perut kanan atas
disertai tanda sepsis, seperti demam dan menggigil bila terjadi kolangitis. Apabila timbul serangan
kolangitis yang umumnya disertai obstruksi, akan ditemukan gejala klinis yang sesuai dengan beratnya
kolangitis tersebut.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan radiologi • Foto polos abdomen

• USG
Pemeriksaan Radiologi
25

• CT Scan • MRCP • ERCP


(Computerized Tomography Scan) (Magnetic Resonance Cholangio - Pancreatography) (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatogtaphy)
Diagnosis
• Diagnosis pada kolelitiasis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
darah, ultrasonography, dan foto polos abdomen.

• Gejala yang muncul adalah nyeri pada regio epigastrium dan hipokondria kanan, nyeri dapat
menjalar ke daerah skapula dan bahu atas, demam, mual dan atau muntah dan kuning. Keluhan
kolik bilier juga dapat menyertai berupa nyeri hebat pada regio kuadran kanan atas. Kebanyakan
kasus batu empedu bersifat asimptomatik, biasanya pasien hanya datang dengan keluhan sindroma
dispepsia.
Diagnosis
• Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum di daerah letak
anatomi dari kandung empedu. Tanda Murphy disebut positif apabila nyeri tekan bertambah
sewaktu penderita menarik napas panjang hal tersebut dikarenakan kandung empedu yang
meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien kemudian akan berenti menarik napas.
Penatalaksanaan

• Konservatif

• Operatif
- Kolesistektomi
- Kolesistostomi
- Spincterotomi endoskopi
Komplikasi
 Obstruksi duktus sistikus
 Kolik bilier
 Kolesistitis akut
 Perikolesistitis
 pankreatitis
 Peritonitis
 Kolesistitis kronis
 Hidrop kandung empedu
 Empiema kandung empedu
 Fistel kolesistoenterik
 Gallstone ileus
Prognosis

Prognosis untuk kedepannya baik jika segera dilakukan tindakan dalam pengambilan batu empedu
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai