Anda di halaman 1dari 51

Metode pengolahan lim

bah

Nurul Hidayah Nasution, SKM, MKM


Mata Kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan
Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Aufa Royhan

1
A. Penanganan Limbah Cair

 IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan sebutan bagi fas


ilitas pengolahan limbah cair/air limbah yang dibuang oleh masyar
akat ataupun industri.
 Pada IPAL, limbah cair diolah melalui berbagai proses untuk mengh
ilangkan atau mengurangi bahan-bahan pencemar yang terkandun
g dalam limbah sehingga tidak melebihi baku mutu. Setelah melalu
i proses pengolahan, air limbah diharapkan dapat ke lingkungan de
ngan aman.

2
1. Pengolahan Primer

 Tahap pengolahan primer limbah cair adalah berupa pro


ses pengolahan secara fisik.
1. Limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disari
ng menggunakan jeruji saring (bar screen). Metode ini dis
ebut penyaringan (screening).
2. Limbah yang telah disaring kemudian disalurkan ke suatu
tangki (grit chamber) yang berfungsi untuk memisahkan p
asir dan partikel padat yang berukuran besar. Cara kerjany
a adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga p
artikel-partikel pasir jatuh ke dasar tangki, sementara air li
mbah terus dialirkan.
3
Bar Screen

4
1. Pengolahan Primer

 Setelah melalui pengolahan tahap awal, limbah cair dialirk


an ke tangki pengendapan.
a)Metode pengendapan  metode pengolahan utama dan
yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan pri
mer limbah cair.
 Di dalam tangki, limbah cair didiamkan agar partikel padat
yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke d
asar tangki.
 partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian
akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diola
h lebih lanjut. 5
6
1. Pengolahan Primer

b) Metode pengapungan (flotation)


 Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berup
a minyak dan lemak.
 Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang d
apat menghasilkan gelembung udara berukuran kecil.
 Gelembung udara tersebut akan membawa partikel-partikel miny
ak dan lemak ke permukaan limbah sehingga kemudian disingkirk
an.
 Jika limbah cair sudah bisa dinetralkan dengan pengolahan primer
, maka limbah cair bisa di buang ke lingkungan. Namun bila masih
tercemar, limbah cair perlu dilakukan
7 pengolahan kembali.
8
9
2. Pengolahan Sekunder

 Tahap pengolahan sekunder  proses pengolahan secara biologi, y


aitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ me
ndegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umum
nya adalah bakteri aerob.
 Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umumnya di
gunakan, yaitu
1. metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter),
2. metode lumpur aktif (aktivited sludge),
3. metode kolam perlakuan (treatmant
10
ponds/lagoons)
a. Metode trickling filter

 Metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi ba


han organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar,
biasanya berupa serpihan batu atau plastik dengan ketebalan ±1-3
m.
 Limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibi
arkan merembes melewati media tersebut.
 Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dala
m limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob.
 Setelah merembes sampai dasar lapisan media, limbah kan menet
es ke suatu wadah dan disalurkan ke tangki pengendapan.
11
12
b. Metode activated sludge

 Pada metode ini, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan


didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan b
akteri aerob, proses degradasi berlangsung didalam tangki ter
sebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gele
mbung udara untuk aerasi (pemberian oksigen).
 Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi
limbah.
 Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk
pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri di
salurkan kembali ke tangki aerasi untuk mengalami proses deg
radasi kembali. 13
Activated Sludge

14
c. Metode treatment ponds/lagoons

 Metode ini  metode yang murah namum prosesnya berlan


gsung relatif lamban.
 Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kola
m tebuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berf
otosintesis menghasilkan oksigen.
 Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aerob unt
uk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah
.
 Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama pros
es degradasi di kolam, limbah juga mengalami proses pengen
dapan. 15
3. Pengolahan Tersier

 Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer


dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair
yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat.
 Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini di
sesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah
cair.
 Umumnya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya mel
alui proses pengolahan primer dapat dihilangkan sepenuhny
a melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adala
h zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat dan garam-
garaman.
16
3. Pengolahan Tersier

 Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advance


d treatment).
 Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.
 Contoh metode : metode saringan pasir (sand filter), saringan multim
edia, precoal filter, microstaining, vakum filter, penyerapan (adsorpti
on) dengan karbon aktif.
 Metode tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah.
 Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses ce
nderung tinggi sehingga tidak ekonomis.
17
3. Pengolahan Tersier

 Metode Multimedia

18
4. Desinfeksi

 Desinfeksi (pembunuhan kuman) bertujuan untuk membunuh atau meng


urangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair.
 Mekanisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan s
enyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik.
 Dalam menentukan senyawa/zat untuk membunuh mikroorganisme, terd
apat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a) Daya racun zat,
b) waktu kontak yang diperlukan,
c) efektifitas zat,
d) dosis yang digunakan,
e) tahan terhadap air, 19
f) biayanya murah.
4. Desinfeksi

 Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair :


1. penambahan klorin (klorinasi),
2. penyinaran dengan sinar ultraviolet (UV),
3. ozon (O3).

20
5. Pengolahan Lumpur

 Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder maupu


n tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur.
 Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung melainkan p
erlu diolah lebih lanjut.
 Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah den
gan cara diurai/dicerna secara anaerob (anaerob digestion), kemud
ian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau lah
an pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (in
cinerated).
21
B. Penanganan Limbah Padat

 Sampah yang dihasilkan manusia begitu banyak sehingga bila tidak


ditangani akan menimbulkan banyak masalah pencernaan.
 Beberapa metode pengolahan sampah telah diterapkan manusia y
ang dapat menyelesaikan permasalahan sampah dengan sempurn
a. tetapi masih perlu terus dikembangkan untuk meyempurnakan
metode yang telah ada.

22
B. Penanganan Limbah Padat

 Beberapa metode yang digunakan untuk pengolahan li


mbah padat yang umum diterapkan :
1. Penimbunan
2. Insinerasi
3. Pembuatan kompos
4. Daur Ulang

23
1. Penimbunan

 Terdapat dua cara penimbunan, yaitu


1. Penimbunan terbuka (open dumping)
 Pada metode terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun pada loka
si tempat pembuangan akhir.
 Metode ini tidak memberikan keuntungan.
 Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab
penyakit dapat berkembang biak.
 Gas metan yang dihasilkan pada pembusukan dapat menyebar dan
menimbulkan bau busuk dan mudah terbakar.
 Cairan yang tercampur dengan sampah akan merembes ke tanah da
n mencemari tanah dan air.
24
25
1. Penimbunan

2. Metode sanitary landfill


 Metode Sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang di
alasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah per
embesan sampah ke tanah.
 Sampah yang ditimbun dipadatkan kemudian ditutupi dengan la
pisan tanah tipis setip hari. Hal ini akan mencegah gas metan ter
sebar.
 Pada landfill yang modern, biasanya dibuat sistem lapisan ganda
dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas met
an yang terbentuk dari proses pembusukan sampah.
 Kelemahan utama penanganan sampah dengan cara penimbuna
n adalah menghabiskan lahan.
26
27
2. Insinerasi

 Insinerasi  pembakaran sampah/limbah padat menggunaka


n suatu alat yang disebut insinerator.
 Tidak semua sampah padat dapat dibakar dengan insinerasi. Li
mbah yang cocok antara lain kertas, plastik, dan karet. Sedang
kan yang tidak cocok antara lain kaca, sampah makanan dan b
aterai.
 Kelebihan  volume sampah berkurang sangat banyak, prose
s insinersi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untu
k menghasilkan listrik atau pemanasan ruangan.
 Kelemahan  biaya operasinya 28 mahal
29
3. Pembuatan Kompos

 Kompos  pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sa


yuran, daun dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses
degradasi/ penguraian oleh mikroorganisme tertentu.
 Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan meny
ediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara m
ikroba yang ada dalam kompos dapat membantu penyerapan z
at makanan yang dibutuhkan tanaman.
 Pembuatan kompos relatif mudah dan murah serta memberi p
emasukan tambahan atau alternatif mata pencaharian.
30
3. Pembuatan Kompos

 Berdasarkan bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat dan ca


ir.
 Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan menggunakan kompo
s yang telah jadi, kultur mikroorganisme dan cacing tanah.
1. Kultur Mikroorganisme
 Contoh kultur mikroorganisme yang telah banyak dijual di pasaran
dan dapat digunakan untuk membuat kompos adalah EM4.
 EM4  kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatka
n degradasi limbah/sampah organik, menguntungkan dan bermanf
aat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tan
aman, serta ramah lingkungan.

31
3. Pembuatan Kompos

2. Menggunakan cacing tanah


 Kompos dengan bantuan cacing tanah dapat dilakukan karena cacin
g tanah mampu mengurai bahan organik.
 Kompos yang dibuat dengan bantuan cacing tanah disebut kascing.
 Cacing tanah yang dapat digunakan adalah cacing dari spesies Lumb
ricus terrestis, Lumbricus rebellus, Pheretima defingens, dan Eisenia
foetida.
 Cacing tanah akan mengurai bahan-bahan kompos yang sebelumny
a sudah diuraikan oleh mikroorganisme.
 Keterlibatan cacing tanah dan mikroorganisme dalam pembuatan k
ompos menyebabkan pembentukan kompos lebih efektif dan lebih
cepat.
32
Pembuatan Kompos

33
4. Daur Ulang

 Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang


menjadi produk baru.
 Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan s
ampah karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat
digunakan kembali. Contoh : kertas, kaca, logam, plastik dan kar
et.
 Meskipun daur ulang sangat bermanfaat untuk menangani limba
h padat, solusi ini masih memiliki kelemahan.
 Seperti halnya proses produksi lain, proses daur ulang masih me
nghasilkan polutan sebagai hasil sampingan/ sisa proses daur ula
ng tersebut.
34
4. Daur Ulang

 Pada sebagian negara maju, penduduknya telah menerapkan


pemisahan jenis sampah yang akan dibuang.
 Sampah sisa makanan yang mudah busuk, plastik, kertas dan l
ogam, sehingga memudahkan proses daur ulang.
 Namun, ada juga produk tertentu yang memiliki kandungan b
erbagai bahan berbeda sehingga hampir tidak mungkin dipisa
hkan untuk didaur ulang.
 Misalnya, kemasan produk makanan yang tersusun atas lapisa
n kertas, plastik dan alumunium. Bahan yang seperti ini tidak
dapat didaur ulang. 35
Daur Ulang

36
C. Penanganan Limbah Gas

 Penanganan limbah gas secara teknis adalah dengan melakuk


an penambahan alat bantu yang dapat mengurangi pencemar
an udara.
 Pencemaran udara dapat berasal dari limbah gas atau materi
partikut yang terbawa bersama oleh gas.
 Ada beberapa cara untuk menengani masalah pencemaran u
dara :
1). mengontrol gas buang
2).menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan.
37
1. Mengontrol Emisi Gas Buang

 Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogenoksida, karbon mon


oksida dan hidrokarbon dapat di kontrol pengeluarannya dengan
beberapa metode.
 Gas sulfur oksida dapat hilang dengan cara desulfurisasi menggu
nakan filter basah.
 Gas-gas nitrogen dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraa
n bermotor dengan menurunkan suhu pembakaran.
 Gas karbon monoksida dan hidrokarbon dapat dikurangi dengan
memasang alat pengubah katalik, sebagai penyempurna pembak
aran.
38
2. Menghilangkan Meteri Partikulat
Dari Udara Pembuangan

a. Filter Udara
 Alat bantu menghilangkan materi pertikulat padat, seper
ti bedu, serbuk sari, dan spora di udara.
 Filter udara dapat digunakan pada ventilasi ruangan atau
bangunan, mesin atau cerobong pabrik, mesin kendaraa
n bermotor atau pada daerah yang membutuhkan udara
bersih.

39
2. Menghilangkan Meteri Partikulat
Dari Udara Pembuangan

b. Pengendap silikon (Cyclone Separator)


 Alat pengendap materi partikulat yang ikut udara buangan
.
 Prinsip kerjanya adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari
udara buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi din
ding siklon sehingga pertikel yang relatif berat akan jatuh k
e bawah.
 Ukuran materi partikulat yang bisa diendapkan adalah 5-4
0µ.
 Makin besar ukuran pertikel, makin cepat partikel tersebut
diendapkan. 40
2. Menghilangkan Meteri Partikulat
Dari Udara Pembuangan

c. Filter basah (wet scrubber)


 Membersihkan udara kotor dengan cara menyalurkan udar
a kedalam filter kemudian menyemprotkan air kedalamnya
.
 Saat udara bertemu dengan air, materi pertikulat akan laru
t dalam air dan mengair melalui pembuangan.
 Contoh senyawa atau materi pertikulat yang dapat dibersih
kan oleh filter basah adalah debu, sulfur oksida, amonia, hi
drokarbon klorida, dan senyawa asam dan basa lain.
41
2. Menghilangkan Meteri Partikulat
Dari Udara Pembuangan

d. Pengendapan sistem grafitasi


 Alat pengendap ini biasanya digunakan untuk mengenda
pkan materi partikulat yang ukuranya cukup besar, yaitu
sekitar 50 µ atau lebih.
 Cara adalah dengan megalirkan udara yang kotor ke dala
m alat yang dapat memperlambat kecepatan udara.
 Saat terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba, mater
i partikualt akan jatuh dan terkumpul di bagian bawah ak
ibat grafitasi bumi.
42
2. Menghilangkan Meteri Partikulat
Dari Udara Pembuangan

e. Pengendapan elektrostatik (Elektrostatic precipitator)


 Digunakan untuk membersihkan udara kotor dalam jumlah
atau volume yang besar dan gas pengotor udaranya adalah
aerosol atau uap air.
 Alat pengendap ini menggunakan elektroda yang dialiri aru
s searah.
 Udara kotor disalurkan ke dalam alat dan elektrada akan m
enyebabkan materi pertikulat ber ionisasi.
 Ion ion kotoran tersebut akan ditarik ke bawah sedangkan
udara bersih akan terhembus keluar.
43
D. Penanganan Limbah B3.

 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja
ditimbun, dibakar atau dibuang kelingkungan, kerena mengandung
bahan yang dapat membahayakan manusia dan makhluk hidup lain
.
 Limbah seperti ini memerlukan penanganan khusus dibandingkan
dengan yang limbah non B3.
 Limbah B3 perlu diolah baik secara fisik, biologi maupun kimia sehi
ngga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya.
 Setelah diolah, limbah B3 harus memerlukan metode pembuangan
yang khusus untuk mencegah terjadinya
44 pencemaran.
1. Metode pengolahan secara Kimia, Fisi
k dan Biologi

a. Stabilisasi/solidifikasi
 Proses penanganan secara kimia atau fisik yang umum di
lakukan
 Stabilisasi  proses pengubahan bentuk fisik dan/atau s
ifat kimia dengan menambah bahan pengikat atau senya
wa pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi kel
arutan, pergerakan atau penyebaran daya racun limbah s
ebelum dibuang.
 Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabili
sasi adalah semen, kapur dan
45
bahan termoplastik.
1. Metode pengolahan secara Kimia, Fisi
k dan Biologi

b. Metode Insinerasi
 Metode insinerasi (Pembakaran) dapat diterapkan untuk
memperkecil volume limbah B3. namun saat melakukan p
embakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas b
eracun hasil pembakaran tidak mencemari lngkungan.
c. Bioremediasi dan fitoremidiasi
 Proses pengolahan secara biologi
 Bioremidiasi  penggunanan bakteri dan mikroorganism
e lain untuk mendegradasi limbah B3,
 Fitiremidiasi  penggunaan tumbuhan untuk mengabsob
si dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah.
46
2. Metode Pembuangan Limbah B3

a. Sumur dalam/sumur injeksi (deep weel injection)


 Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahay
akan adalah dengan memompakan limbah tersebut melalui
pipa ke lapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan
air tanah dangkal maupun air tanah dalam.
 Secara teori, limbah B3 akan terperangkap di laipsan itu sehi
ngga tidak mencemari tanah maupun air.
 Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan kebocoran atau
korosi pipa akibat gempa sehingga limbah merembes ke lapi
san tanah.
47
2. Metode Pembuangan Limbah B3

b. Kolam penyimpanan (surface impuondments)


 Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang meman
g dibuat untuk limbah B3.
 Kolam ini dilapisi oleh pelindung yang dapat mencegah perembes
an limbah.
 Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi dan
mengendap didasar.
 Kelemahan metode ini adalah menekan lahan karena limbah aka
n semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran
pada lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersa
ma air limbah sehingga mencemari udara.
48
2. Metode Pembuangan Limbah B3

c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfills)


 Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dgn penga
matan tinggi.
 Pada metode pembuangan secara landfill, limbah B3 ditempatka
n dalam drum, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain kh
usus untuk mencegah pencemaran limbah B3.
 Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara pen
anganan limbah B3 ynag efektif.
 Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memiliki
biaya operasi yang tinggi, masih ada kemungkinan terjadi keboco
ran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang.
49
Instalasi Pengolahan
Air Limbah

50
TERIMA KASIH

51

Anda mungkin juga menyukai