Disusun Oleh :
KHOERUR ROSID AL ISLAM
A11501038
PENDAHULUAN
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini.
Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh
dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat mengakibatkan
kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut
(Junaidi, 2011)
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat stroke sebesar
51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, diperkirakan
sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh.
Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara patologis berperan dalam peningkatan
konsentrasi glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar
glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya
area infark karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik
yang merusak jaringan otak (Rico dkk, 2008).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di Indonesia
meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga
kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24
tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-
laki (7,1%).dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal,
prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan
(5,7%).
ANATOMI DAN FISIOLOGI STROKE
NEXT…..
Stroke hemoragik dapat terjadi karena adanya ruptur arteri, sehingga
menyebabkan darah mengalir keluar ke jaringan sekitar. Stroke
hemoragik tidak hanya menyebabkan penurunan aliran darah tetapi
juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak pada tempat ruptur
karena adanya darah yang mengisi jaringan tersebut. Mekanisme yang
paling sering adalah adanya hipertensi pada pembuluh darah kecil
yang menyebabkan terbentuknya aneurisma yang kapan saja bisa
terjadi ruptur.hemoragik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
perdarahan intraserebral dan perdarahan subaraknoid. Perdarahan
intraserebral disebabkan karena perdarahan yang terjadi karena ruptur
dari pembuluh darah yang malformasi. Sedangkan perdarahan
subaraknoidterjadi karena ruptur aneurisma, malformasi atriovenosus,
diseksi arteri intrakranial.
DEFINISI
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun.
(Smeltzer C. Suzanne, 2008).
Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah disfungsi
neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
timbul secara mendadak sesuai dengan tanda dan gejala daerah lokal
pada otak yang terganggu. Stroke Hemoragik adalah kondisi pecahnya
salah satu arteri dalam otak yang memicu perdarahan di sekitar organ
tersebut sehingga aliran darah pada sebagian otak berkurang atau
terputus. Tanpa pasokan oksigen yang dibawa sel darah, sel otak dapat
cepat mati sehingga fungsi otak dapat terganggu secara permanen.
TANDA DAN GEJALA
Menurut Pujianto (2008):
2 Neutrofil 91 % 50-70
3 Limfosit 8 % 20-40
4 Monosit 0 % 2-8
Pre Operasi:
Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan Hipertensi
Intra Operasi:
1. Keluhan utama :
Pasien rujukan dari RS PKU Muhammadiyah Gamping datang ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
dengan Stroke Intracerebral Hemorrhage,dan di pindahkan ke ICU, Pasien ke IBS di lakukan
craniotomy pada tanggal 07 Desember 2018 jam 16.00 wib.
3. Riwayat dahulu:
Keluarga Pasien mengatakan pasien mengalami hipertensi sudah sejak lama sekitar 10 tahun yang lalu..
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang di alami pasien
FOKUS POLA VIRGINIA HENDERSON
1. Keb. Nutrisi
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien makan 2-3 x/hr, dengan lauk pauk seadanya, porsi
habis. Minum 6-8 gelas sedang perhari dengan minum air putih.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien makan menggunakan sonde sesuai dengan diit yang
diberikan rumah sakit, pasien dipuasakan sejak pukul 10.00 WIB pada tanggal 07 Desember 2018.
2. Keb. Gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien mampu beraktivitas tanpa bantuan orang lain, pasien
tetap melakukan aktivitas sehari-hari.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur karena kesadaran
menurun GCS: E : 1, V: 3, M : 5
3. Keb. Istirahat dan tidur
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan orang
lain
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien tidur berkurang sering gelisah dan kesadaran menurun
4. Keb. Komunikasi dengan orang lain
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada gangguan dalam berkomunikasi kepada
orang lain.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien terdapat gangguan dalam komunikasinya karena penyakit
stroke yang di alaminya
E. Keadaan Umum
Suhu : 37º C
Nadi : 100 x/menit
TD : 223/115 mmHg
RR : 20x/menit
BB : 80 kg
TB : 160 cm
F. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Buruk
Kesadaran : Somnolen, GCS: E : 1, V: 3, M : 5
Fokus pemeriksaan fisik
1. Ekstremitas
Atas : Simetris, tangan masih lengkap, tidak cacat,capillary refill time (CRT) 3
detik kanan,kiri 4 detik. tidak ada oedema, pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm dan
tidak ada lesi. Balutan infus terlihat bersih.
Bawah : Tidak ada cacat,CRT 3 detik kaki kanan, CRT kiri 4 detik
kekuatan otot :
5 1
5 1
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN OPERASI
No Nama Jumlah
1 Jas operasi 4
2 Duk besar 2
3 Duk sedang 2
4 Duk kecil 2
1 Persiapan Alat Duk kecil 2, handscoon 1
2 Desinfeksi Kom 2, betadin, alcohol, Klem ovarium 1, kasa steril 4lbr
3 Drapping Duk besar 1, duk sedang 2, duk
kecil 2,
4 Pemasangan slang suction Canul suction, selang section
5 Pemasangan bipolar Set Alat bipolar
6 Sayat area frontal siap bisturi 23, dan kasa
7 Adanya perdarahan Siap klem, kasa , bipolar.
8 Menghentikan perdarahan klemarteri, kassa steril, pinset, bipolar, suction
9 Insisi selaput cranium bisturi 11
10 Mengamankan kulit kepala dan selaput Kasa basah 2 lembar, klem dendy
cranium
11 Cek perdarahan Kasa, pinset anatomis, bipolar
12 Bor cranium Bor , mata bor cranio
13 Melepas cranium frontalis Handle gigli, gigli
22 Penutupan selaput cranium Softsilk 3.0, needle holder,pinset cirugis, gunting benang
23 Penutupan skin frontalis Safil 3.0 needle holder,pinset cirugis, gunting benang
Rencana Pasca Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
di butuhkan sesuai
prosedur
3. Menstabilkan meja operasi
saat memindahkan ke
bankar
4. Memasang restrain untuk
savety
5. Memonitor keadaan pasien
saat post operasi
ANALISIS JURNAL
PERBANDINGAN ANTARA TINDAKAN DEKOMPRESI HEMICRANIOTOMY EVAKUASI
TERHADAP HASIL LUARAN PASIEN PERDARAHAN INTRACEREBRAL SPONTAN
DENGAN GLASGOW COMA SCALE < 9
METODE
Populasi adalah seluruh pasien dewasa dengan PIS dikarenakan hipertensi yang
menjalani terapi kraniotomi evakuasi atau dekompresi hemikraniektomi evakuasi
yang dirawat di Departemen Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi
sebagai berikut: Semua penderita PIS dewasa, disebabkan oleh hipertensi, letak
NEXT…..
perdarahan di ganglia basal, GCS < 9, volume perdarahan ≥ 30cc pada
CT scan dan dilakukan tindakan kraniotomi evakuasi atau dekompresi
hemikraniektomi evakuasi. Dengan kriteria eksklusi: Penderita PIS
dengan penyakit penyerta lain (ginjal, liver, kelainan darah, dsb.),
menolak untuk dilakukan tindakan operasi, meminum obat
antihipertensi secara teratur, tidak lengkap data rekam medisnya sesuai
dengan variabel penelitian yang diperlukan.
Desain penelitian ini merupakan penelitian kohort analitik dengan
rancangan penelitian analitik komparatif. Analisis statistik akan
menggunakan uji-t tidak berpasangan jika sebaran data nomal,
dilanjutkan dengan Mann Whitney jika sebaran data tidak normal.
HASIL
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil luaran lebih baik dengan
menggunakan skor NIHS antara dekompresi hemikraniektomi
evakuasi dengan kraniotomi evakuasi pada pasien PIS spontan di
ganglia basal dengan GCS < 9. Hal ini menunjukkan bahwa
dekompresi hemikraniektomi evakuasi merupakan tindakan
pembedahan yang efektif dan aman untuk keadaan pasien diatas.
vol06no01Pebruari2017AchmadAdam.pdf