PAPUA
Dani adalah salah satu dari sekian
banyak suku bangsa yang terdapat
atau bermukim atau mendiami
wilayah Pegunungan Tengah,
Papua, Indonesia dan mendiami
keseluruhan Kabupaten Jayawijaya
serta sebagian kabupaten Puncak
Jaya.
• Pemukiman mereka berada di antara Bukit Ersberg dan Grasberg yang
menyimpan kandungan emas, perak, dan tembaga.
• Suku Dani dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan
telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui
telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari
tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu
galian yang terkenal sangat kuat dan berat.
• kekuatan menjaga alam. Bagi mereka, alam Lembah Baliem tabu dan bertuah.
Mereka percaya bahwa menjaga alam samahalnya menghormati nenek
moyang.
• Sistem kekerabatan masyarakat Dani ada tiga, yaitu kelompok kekerabatan, paroh masyarakat,
dan kelompok teritorial.
• Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah keluarga luas. Keluarga
luas ini terdiri atas tiga atau dua keluarga inti bersama – sama menghuni suatu kompleks
perumahan yang ditutup pagar (lima).
• Paroh masyarakat. Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan beberapa ukul (klen kecil)
yang disebut ukul oak (klen besar)
• Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah
kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal
(diturunkan kepada anak laki-laki).
3. Pernikahan
• Pernikahan orang Dani bersifat poligami diantaranya poligini.
Keluarga batih ini tinggal di satu – satuan tempat tinggal yang
disebut silimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3 & ndash; 4 slimo yang
dihuni 8 & ndash; 10 keluarga. Menurut mitologi suku Dani berasal
dari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di
sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka
mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang
menikah dengan kerabat suku Moety sehingga perkawinannya
berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety / dengan orang di luar
Moety).
4. Kesenian
• Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun
tempat kediaman, seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada
beberapa bangunan, seperti : Honai, Ebeai, dan Wamai.
• Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang dipimpin oleh
seorang penata adat atau kepala suku
• Organisasi kemasyarakat pada suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan keluarga dan
keturunan dan berdasarkan kesatuan teritorial.
• Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yaitu disebut Ap Kain yang memimpin desa
adat watlangka, selain itu ada juga 3 kepala suku yang posisinya berada di bawah Ap Kain dan
memegang bidang sendiri & ndash; sendiri, mereka adalah : Ap. Menteg, Ap. Horeg, dan Ap
Ubaik Silimo biasa yang dihuni oleh masyatakat biasa dikepalai oleh Ap. Waregma. Dalam
masyarakat Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk pria yang berarti kuat,
pandai dan terhormat.
• Pada tingkat uma, pemimpinnya adalah laki-laki yang sudah tua, tetapi masih mampu mengatur
urusannya dalam satu halaman rumah tangga maupun kampungnya. Urusan tersebut antara lain
pemeliharaan kebun dan Bahi serta melerai pertengkaran.
• Pemimpin federasi berwenang untuk memberi tanda dimulainya perang atau pesta lain.
Pertempuran dipimpin untuk para win metek. Pemimpin konfederasi biasanya pernah juga
menjadi win metek, meski bukan syarat mutlak, syarat menjadi pemimpin masyarakat Dani :
Pandai bercocok tanam, bersifat ramah dan murah hati, pandai berburu, memiliki kekuatan fisik
dan keberanian, pandai berdiplomasi, dan pandai berperang.
7. Perekonomian
Sistem Ekonomi
• Sistem ekonomi nenek moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu proses perpindahan
manusia yang sangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya.
• Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat praagraris yaitu baru
mulai menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas. Inovasi yang
berkesinambungan dan kontak budaya menyebabkan pola penanaman yang sangat
sederhana tadi berkembang menjadi suatu sistem perkebunan ubijalar, seperti sekarang.
Mata Pencaharian
• Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan beternak babi. Umbi
manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan, artinya mata
pencaharian umumnya mereka adalah berkebun. Tanaman-tanaman mereka yang lain
adalah pisang, tebu, dan tembakau.
• Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi. Babi dipelihara dalam
kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang babi berupa bangunan
berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan hunu. Bagian dalam
kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi
bilah-bilah papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar
dan alat-alat berkebun.
• dimakan dagingnya
Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat terdekat di sekitarnya.
Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak, dan hasil hutan seperti
kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.
Tradisi Menghormati Nenek
Moyang
• Suku Dani sangat menghormati roh leluhur. Mereka menganggap roh leluhur
sebagai kekuatan terbesar di alam semesta. Orang Suku Dani juga meyakini
jika kekuatan sakti akan diturunkan dari generasi ke generasi secara
patrilineal (keturunan laki-laki).
• Di kalangan Suku Dani dikenal kekuatan sakti bernama Atou. Kekuatan itu
dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, penolak bala maupun
untuk keperluan pertanian seperti menyuburkan tanah.
• Alasan lainnya adalah “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman dasar
hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu
leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah
penting bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati
orang yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah
sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua
memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia.
• Tradisi potong jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara,
mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak, atau parang. Ada
juga yang melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga putus,
mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas
jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari.Selain tradisi
pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara
berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur
dilakukan oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi
lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah
kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah.Beberapa
sumber ada yang mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir
ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya
pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan
tengah Papua. Namun kita masih bisa menemukan banyak sisa lelaki dan
wanita tua dengan jari yang telah terpotong karena tradisi ini.
Tradisi Mayat Leluhur Dijadikan
Mumi
• Suku Dani di Papua ternyata juga memiliki tradisi mumi. Suku Dani
dikenal bisa mengawetkan mayat tanpa dibalut. Mumi di Papua
hanya dijemur dan disimpan di dalam gua. Dikutip dari laman
boombastis.com, salah satu mumi paling tua di tempat itu berusia
300 tahun.