Anda di halaman 1dari 18

SUKU DANI

PAPUA
Dani adalah salah satu dari sekian
banyak suku bangsa yang terdapat
atau bermukim atau mendiami
wilayah Pegunungan Tengah,
Papua, Indonesia dan mendiami
keseluruhan Kabupaten Jayawijaya
serta sebagian kabupaten Puncak
Jaya.
• Pemukiman mereka berada di antara Bukit Ersberg dan Grasberg yang
menyimpan kandungan emas, perak, dan tembaga.

• Suku Dani dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan
telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui
telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari
tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu
galian yang terkenal sangat kuat dan berat.

• Mereka menggantungkan hidup dari alam dengan bercocok tanam sebagai


aktivitas utamanya. Setiap hari, Suku Dani menanam sayur mayur kemudian
memanen dan menjualnya ke pasar.

• Dari cara berpakaian pun, mereka masih banyak mengenakan


''koteka''(penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning dan
para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat

• Tempat tinggal mereka di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan


jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih
dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya).
1. Kepercayaan
• Dasar religi masyarakat Dani adalah menghormati roh nenek moyang dan juga
diselenggarakannya upacara yang dipusatkan pada pesta babi. Konsep
kepercayaan/keagamaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan sakti
para nenek moyang yang diturunkan secara patrilineal (diturunkan kepada
anak laki-laki). Kekuasaan sakti ini antara lain :

• kekuatan menjaga alam. Bagi mereka, alam Lembah Baliem tabu dan bertuah.
Mereka percaya bahwa menjaga alam samahalnya menghormati nenek
moyang.

• kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala

• kekuatan menyuburkan tanah Untuk menghormati nenek moyangnya, suku


Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka. Selain itu juga
adanya Kaneka Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk menyejahterakan
keluarga masyarakat serta untuk mengawali dan mengakhiri perang.
2. Sistem Kekerabatan
• Masyarakat Dani tidak mengenal konsep keluarga batih, di mana bapak, ibu, dan anak tinggal
dalam satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah dipandang sebagai
suatu kesatuan fisik yang menampung aktivitas-aktivitas pribadi para penghuninya, dalam
masyarakat Dani unit rumah tersebut adalah sili.

• Sistem kekerabatan masyarakat Dani ada tiga, yaitu kelompok kekerabatan, paroh masyarakat,
dan kelompok teritorial.

• Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah keluarga luas. Keluarga
luas ini terdiri atas tiga atau dua keluarga inti bersama – sama menghuni suatu kompleks
perumahan yang ditutup pagar (lima).

• Paroh masyarakat. Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan beberapa ukul (klen kecil)
yang disebut ukul oak (klen besar)

• Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah
kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal
(diturunkan kepada anak laki-laki).
3. Pernikahan
• Pernikahan orang Dani bersifat poligami diantaranya poligini.
Keluarga batih ini tinggal di satu – satuan tempat tinggal yang
disebut silimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3 & ndash; 4 slimo yang
dihuni 8 & ndash; 10 keluarga. Menurut mitologi suku Dani berasal
dari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di
sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka
mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang
menikah dengan kerabat suku Moety sehingga perkawinannya
berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety / dengan orang di luar
Moety).
4. Kesenian
• Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun
tempat kediaman, seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada
beberapa bangunan, seperti : Honai, Ebeai, dan Wamai.

• Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni


kerajinan khas, anyaman kantong jaring penutup kepala dan pegikat
kapak. Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan yang terbuat
dari bata, peralatan tersebut antara lain : Moliage, Valuk, Sege, Wim,
Kurok, dan Panah sege
5. Pendidikan
• Sebagaimana suku – suku pedalaman Papua, seperti halnya suku
Dani, umumnya tingkat pendidikan (formal) rendah dan kesadaran
untuk menimba ilmunya juga masih kurang. Namun, sejak masa
reformasi beberapa belas tahun silam suku Dani sudah banyak yang
menuntut ilmu ke luar daerahnya. Salah satunya adalah Meri Tabuni.
Sebagian mereka belum bisa membaca.
6. Politik dan Kemasyarakatan yang
Bersahaja
Masyarakat Dani senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong, kehidupan masyarakat
Dani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Masyarakat Dani memiliki kerjasama yang bersifat tetap dan selalu bergotong royong

• Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang dipimpin oleh
seorang penata adat atau kepala suku

• Organisasi kemasyarakat pada suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan keluarga dan
keturunan dan berdasarkan kesatuan teritorial.

• Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yaitu disebut Ap Kain yang memimpin desa
adat watlangka, selain itu ada juga 3 kepala suku yang posisinya berada di bawah Ap Kain dan
memegang bidang sendiri & ndash; sendiri, mereka adalah : Ap. Menteg, Ap. Horeg, dan Ap
Ubaik Silimo biasa yang dihuni oleh masyatakat biasa dikepalai oleh Ap. Waregma. Dalam
masyarakat Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk pria yang berarti kuat,
pandai dan terhormat.

• Pada tingkat uma, pemimpinnya adalah laki-laki yang sudah tua, tetapi masih mampu mengatur
urusannya dalam satu halaman rumah tangga maupun kampungnya. Urusan tersebut antara lain
pemeliharaan kebun dan Bahi serta melerai pertengkaran.

• Pemimpin federasi berwenang untuk memberi tanda dimulainya perang atau pesta lain.
Pertempuran dipimpin untuk para win metek. Pemimpin konfederasi biasanya pernah juga
menjadi win metek, meski bukan syarat mutlak, syarat menjadi pemimpin masyarakat Dani :
Pandai bercocok tanam, bersifat ramah dan murah hati, pandai berburu, memiliki kekuatan fisik
dan keberanian, pandai berdiplomasi, dan pandai berperang.
7. Perekonomian
Sistem Ekonomi

• Sistem ekonomi nenek moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu proses perpindahan
manusia yang sangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya.

• Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat praagraris yaitu baru
mulai menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas. Inovasi yang
berkesinambungan dan kontak budaya menyebabkan pola penanaman yang sangat
sederhana tadi berkembang menjadi suatu sistem perkebunan ubijalar, seperti sekarang.

Mata Pencaharian

• Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan beternak babi. Umbi
manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan, artinya mata
pencaharian umumnya mereka adalah berkebun. Tanaman-tanaman mereka yang lain
adalah pisang, tebu, dan tembakau.

• Kebun-kebun milik suku Dani ada tiga jenis, yaitu:

• Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan secara menetap

• Kebun-kebun di lereng gunung

• Kebun-kebun yang berada di antara dua uma


• Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok
kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai, gunung, atau
jurang. Dalam mengerjakan kebun, masyarakat suku Dani masih menggunakan peralatan
sederhana seperti tongkat kayu berbentuk linggis dan kapak batu.

• Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi. Babi dipelihara dalam
kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang babi berupa bangunan
berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan hunu. Bagian dalam
kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi
bilah-bilah papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar
dan alat-alat berkebun.

Bagi suku Dani, babi berguna untuk:

• dimakan dagingnya

• darahnya dipakai dalam upacara magis

• tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan

• tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi

• sebagai alat pertukaran/barter

• menciptakan perdamaian bila ada perselisihan

Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat terdekat di sekitarnya.
Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak, dan hasil hutan seperti
kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.
Tradisi Menghormati Nenek
Moyang
• Suku Dani sangat menghormati roh leluhur. Mereka menganggap roh leluhur
sebagai kekuatan terbesar di alam semesta. Orang Suku Dani juga meyakini
jika kekuatan sakti akan diturunkan dari generasi ke generasi secara
patrilineal (keturunan laki-laki).

• Di kalangan Suku Dani dikenal kekuatan sakti bernama Atou. Kekuatan itu
dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, penolak bala maupun
untuk keperluan pertanian seperti menyuburkan tanah.

• Untuk menghormati nenek moyangnya, Suku Dani membuat lambang nenek


moyang yang disebut Kaneka. Selain itu, juga adanya Kaneka Hagasir yaitu
upacara keagamaan untuk mensejahterakan keluarga masyarakat serta untuk
mengawali dan mengakhiri perang.
Tradisi Potong Jari
• Banyak cara menunjukkan kesedihan dan rasa dukacita ditinggalkan anggota
keluarga yang meninggal dunia. Butuh waktu lama untuk mengembalikan
kembali perasaan sakit akibat kehilangan. Namun berbeda dengan Suku Dani,
mereka melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota
keluarga yang meninggal. Tidak hanya dengan menangis, tetapi memotong
jari. Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia
seperti suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik, Suku Dani diwajibkan memotong
jari mereka. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari
sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya.
Pemotongan jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang
kembali’ malapetaka yangg telah merenggut nyawa seseorang di dalam
keluarga yg berduka.
Mengapa Jari yang Dipotong?
• Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai simbol kerukunan, kesatuan dan kekuatan
dalam diri manusia maupun sebuah keluarga, walaupun dalam penamaan jari yang ada di
tangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga, yaitu ibu jari. Akan tetapi
jika dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan
kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling
bekerjasama membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan
sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya
tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah komponen
kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.

• Alasan lainnya adalah “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman dasar
hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu
leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah
penting bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati
orang yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah
sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua
memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia.
• Tradisi potong jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara,
mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak, atau parang. Ada
juga yang melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga putus,
mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas
jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari.Selain tradisi
pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara
berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur
dilakukan oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi
lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah
kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah.Beberapa
sumber ada yang mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir
ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya
pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan
tengah Papua. Namun kita masih bisa menemukan banyak sisa lelaki dan
wanita tua dengan jari yang telah terpotong karena tradisi ini.
Tradisi Mayat Leluhur Dijadikan
Mumi
• Suku Dani di Papua ternyata juga memiliki tradisi mumi. Suku Dani
dikenal bisa mengawetkan mayat tanpa dibalut. Mumi di Papua
hanya dijemur dan disimpan di dalam gua. Dikutip dari laman
boombastis.com, salah satu mumi paling tua di tempat itu berusia
300 tahun.

• Mumi bernama Wim Motok Mabel itu ditempatkan di pilamo atau


rumah laki-laki. Mumi Suku Dani ini berwarna hitam dengan posisi
badannya duduk dan kepala mendongak ke atas. Mumi ini bisa
dikeluarkan dari rumah jika ada wisatawan yang ingin melihatnya.
Tradisi Pesta Bakar Batu
• Masyarakat Suku Dani gemar menggelar pesta dalam menyambut
pernikahan kelahiran seseorang maupun merayakan kemenangan
perang. Mereka dengan antusias memasak babi dan umbi-umbian
untuk dijadikan konsumsi pesta. Bahan makanan tersebut lalu
dimasukkan ke lubang yang telah diberi beberapa batu dan
dedaunan. Makanan itu nantinya dibagikan merata ke seluruh
penduduk desa.

• Uniknya, dalam membakar batu, Suku Dani tidak menggunakan


korek atau bahan bakar lainnya. Mereka hanya menggosok batu
hingga menimbulkan panas lalu digunakan untuk memasak.
Tradisi Perang Suku Dani
• Selain bakar batu dan potong jari, Suku Dani juga mengenal tradisi perang
sebagai wujud menjaga harga diri. Dahulu, perang biasanya dilakukan ketika
memperebutkan wilayah, makanan hingga menjaga wilayahnya.
Konflik antar desa kerap dipicu oleh sengketa tanah menjadi pemicu perang
antar desa mau pun antar suku yang letaknya bersebelahan.
Namun, di era modern saat ini, perang tidak dilakukan hingga menelan korban
jiwa. Perang dipertontonkan dalam rangka menyambut wisatawan yang
datang.
Tradisi ini digelar setahun sekali di Lembah Baliem, tempat tinggal Suku Dani.
Pada festival Baliem akan dipertunjukkan perang antara Suku Dani dengan
Suku Lani ataupun Suku Yali dengan tujuan melestarikan tradisi mereka.

Anda mungkin juga menyukai