Anda di halaman 1dari 18

PALLIATIVE CARE

Disusun oleh:
Kelompok Puskesmas SATELIT :
Jihan Nurlela
M . Fadhillah
Pradila Desty Sari
Sarah Carolin
Wayan Ferly

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
PENDAHULUAN

Saat ini terjadi peningkatan jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat
disembuhkan baik pada dewasa dan anak Untuk itu diperlukan adanya tempat-tempat
pelayanan bagi pasien yang membutuhkan terapi paliatif tersebut. Salah satunya
adalah puskesmas yang memiliki standarisasi untuk perawatan paliatif.

Prinsip pelayanan perawatan paliatif sendiri sebetulnya adalah mudah murah dan
dapat dilakukan dirumah (home care).
TINJAUAN PUSTAKA
Perawatan paliatif adalah perawatan yang aktif dan
menyeluruh terhadap pasien-pasien yang penyakitnya
WHO, 2004
tidak lagi memberikan tanggapan kepada pengobatan
yang menyembuhkan.

Tujuan dari perawatan paliatif berupa


menguatkan kehidupan dengan dukungan baik
dari pasien dan keluarga, termasuk harapan
kesembuhan atau masa hidup yang lebih
panjang
merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah
PENYAKIT kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau
TERMINAL penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis,
tidak ada lagi obat-obatan

Tujuan terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar


TUJUAN
yang berlaku di seluruh Indonesia, tersusunnya pedoman-pedoman
KEBIJAKAN
pelaksanaan perawatan paliatif, tersedianya tenaga medis dan non
medis yang terlatih, tersedianya sarana dan prasarana yang
diperlukan
Lingkup Kegiatan Kebutuhan Anak yang Menjelaskan
Perawatan Paliatif Terminal Kematian pada Anak
• meliputi • dalam hal ini anak • Kebanyakan seorang
penatalaksanaan sangat perlu di ajak psikolog percaya
nyeri, keluhan fisik unuk berkomunikasi bahwa dengan
lain, dukungan atau berbicara berkata jujur
psikologis, dukungan dengan yang lain merupakan strategi
sosial, dukungan terutama oleh kedua yang terbaik dalam
kultural dan orang tua mendiskusikan
spiritual, dukungan kematian dengan
persiapan dan anak.
selama masa
dukacita
(bereavement) rawat
inap, rawat jalan,
dan kunjungan
/rawat rumah
Aspek Medikolegal dalam Perawatan`Paliatif

Informed consent untuk pasien paliatif: pasien harus memahami pengertian, tujuan
dan pelaksanaan perawatan paliatif melalui, komunikasi yang intensif dan
berkesinambungan antara tim perawatan paliatif dengan pasien dan keluarganya

Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan atau


pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang harus atau boleh
atau tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya kemudian menurun
(advanced directive).
KEPMENKES RI
NOMOR: 812,
2007
Aspek medikolegal

Informed consent untuk pasien paliatif

• Pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif 


komunikasi yang intensif dan berkesinambungan
• Pelaksanaan informed consent
• Pada perawatan paliatif  setiap tindakan yang berisiko
dilakukan informed consent
• Peneima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan
pasien sendiri apabila ia masih kompeten
• Sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan atau
pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa
yang harus atau boleh atau tidak boleh dilakukan terhadapnya
apabila kompetensinya kemudian menurun

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812/Menkes/SK/VII/2007 tentang
Kebijakan Perawatan Paliatif. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
Institusi-institusi terkait,
misalnya:
• Dinas kesehatan propinsi dan
dinas kesehatan
Seluruh pasien (dewasa Pelaksana perawatan kabupaten/kota
dan anak) dan anggota paliatif : dokter, perawat, • Rumah Sakit pemerintah dan
keluarga tenaga kesehatan lainnya swasta
• Puskesmas
• Rumah perawatan/hospis
• Fasilitas kesehatan
pemerintah dan swasta lain.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812/Menkes/SK/VII/2007
tentang Kebijakan Perawatan Paliatif. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
SUMBER DAYA MANUSIA

Tenaga
kesehatan,
pekerja sosial

Rohaniawan,
Keluarga relawan

Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti


pendidikan/pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat sertifik
Tempat dan organisasi perawatan paliatif

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812/Menkes/SK/VII/2007 tentang
Kebijakan Perawatan Paliatif. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang dengan melibatkan


perhimpunan profesi terkait. Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh
Departemen Kesehatan

mutu perawatan
paliatif diperlukan
pemenuhan pendidikan
sarana

pelatihan yang
berkelanjutan peralatan
kesehatan dan
non kesehatan
Peran spiritual dalam perawatan paliatif
• Petugas kesehatan  perawatan medis dimana hal ini sangat penting
 memenuhi kebutuhan spiritual dan keagamaan (depresi dan
gangguan mental)
Pelayanan Paliatif pada Kedokteran Keluarga
• Pasien mengambil keputusan; siapa yang berhak mengambil keputusan
akan dirinya apabila sudah jatuh dalam kondisi koma, hal ini yang
biasanya sebut advance directive
• Dukungan sosial pada keluarga penting karena merawat orang sakit
menyebabkan kelelahan secara fisik dan emosional menyebabkan
stess, depresi dan kecemasan

1Booth S, Edmonds P, Kendall M. 2010. Palliative Care in the Acute Hospital Setting. New York, NY: Oxford University
Press.
2 White, PG. 2002. Word Hospice Palliative Care The Loss of Child Day. Pediatric Heart Network. Tersedia dari:

www.hospiceinternational.com. (Diakses 13 Juni 2016).


Kompetensi Dokter Keluarga dalam Perawatan Paliatif
• Mampu mengidentifikasi rencana perawatan untuk pasien yang sakit parah
• Mampu mengenali bahwa kualitas hidup adalah apa yang didefinisikan oleh
pasien dan bukan oleh dokter
• Mampu mengidentifikasi pembuat keputusan utama ketika pasien tidak
mampu untuk berkomunikasi dan / atau membuat keputusan medis
• Mampu memfasilitasi otonomi pasien, akses informasi, serta pilihan
• Kenali tanda dan gejala, serta mengantisipasi kebutuhan, pasien waktu dekat
sekarat
• Menunjukkan pengakuan sistematis, penilaian, dan pengelolaan sindrom
nyeri memanfaatkan kedokteran berbasis bukti.

American Academy of Family Physicians (AAFP). 2011. Palliative and End-of-Life Care. The Association of Departments of Family
Medicine (ADFM), the Association of Family Medicine Residency Directors (AFMRD), and the Society of Teachers of Family Medicine
(STFM).
Sikap Dokter Keluarga dalam Perawatan Paliatif

• Kemampuan untuk penuh kasih dan empati menyampaikan berita buruk


• Pemahaman tentang masalah psikososial dan dinamika keluarga yang
mempengaruhi pasien yang sakit parah
• Pemahaman tentang isu-isu spiritual dan agama
• Pemahaman tentang isu-isu khusus yang terkait dengan anak-anak, baik
sebagai tersembuhkan pasien sakit atau sebagai anggota keluarga dari
pasien yang sakit parah
• Pemahaman tentang kebutuhan pasien sekarat untuk perawatan paliatif,
nyeri, kontrol, dan martabat
• Pemahaman tentang proses berkabung untuk pasien sekarat dan anggota
keluarga selama kontinum penyakit dan setelah kematian

Meier D, Isaacs SL, Hughes RG, eds. 2010. Palliative Care: Transforming the Care of Serious Illness. San Francisco: Jossey-Bass
Perawatan Paliatif di Puskesmas SATELIT

• sudah dilaksanakan, namun belum secara


maksimal belum melibatkan disiplin ilmu lain, baru
berdasarkan medis saja.
• Kunjungan ke rumah pasien (home care) juga
sesekali dilaksanakan, namun belum maksimal
karena terbatasnya tenaga medis dan tenaga
sukarela yang melakukan palliatif secara kunjungan.
Kesimpulan

• Cara pendekatan  bertujuan memperbaiki kualitas


hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah
 penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan, identifikasi dini dan penilaian yang
tertib serta penanganan nyeri, fisik, psikososial,
spiritual, dan masalah lain. Agama dan keyakinan
spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan
dalam penyakit fisik yang serius.
Daftar Pustaka
American Academy of Family Physicians (AAFP). 2011. Palliative and End-of-Life Care. The Association of Departments of Family Medicine (ADFM), the
Association of Family Medicine Residency Directors (AFMRD), and the Society of Teachers of Family Medicine (STFM).

Booth S, Edmonds P, Kendall M. 2010. Palliative Care in the Acute Hospital Setting. New York, NY: Oxford University Press.

Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. Jakarta : PDKI

Doyle, Hanks and Macdonald. 2003. Palliative Medicine 3rd ed. Oxford: Medical Publications.

Ferrell, B.R. & Coyle, N. 2007. Textbook of palliative nursing, 2nd ed. New York, NY: Oxford University Press.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kebijakan
Perawatan Paliatif. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Meier D, Isaacs SL, Hughes RG, eds. 2010. Palliative Care: Transforming the Care of Serious Illness. San Francisco: Jossey-Bass.

Nur, Cemy. 2010. Palliative Care pada Penderita Penyakit Terminal. GASTER Vol. 7 No.1:527-537.

White, PG. 2002. Word Hospice Palliative Care The Loss of Child Day. Pediatric Heart Network. Tersedia dari: www.hospiceinternational.com. (Diakses
13 Juni 2016).

Witjaksono, Maria. 2013. Hospis: Rumah bagi Pasien Stadium Terminal. CDK 210/ vol. 40 no. 11. Tersedia dari:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/26_210Opini-Hospis Rumah%20bagi%20Pasien%20Stadium%20Terminal.pdf. (Diakses 13 Juni 2016).

Wonodirekso, Sugito. 2009. Sistem Pelayanan Dokter Keluarga Meningkatkan Kadar Kesejawatan dan Profesionalisme. Perhimpunan Dokter Keluarga
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol.59 No.1.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai