Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
BRONKOPNEUMONIA + KDS
Disusun oleh:
Ida Farida
1710029047
Pembimbing:
dr. Sukartini, Sp.A
Identitas pasien
Nama : An. S
Usia : 1 Tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 9 kg
Tinggi Badan : 96 cm
MRS : 26 November 2018
Laporan Kasus
Selama hamil ibu pasien rutin ANC di Puskesmas dan dinyatakan tidak memiliki
penyakit selama kehamilan. Pasien lahir spontan di bidan. Berat badan lahir 1600 gram
dan panjang badan lahir orangtua lupa.
Pemeriksaan Fisik
Thorax (Paru)
» Inspeksi :Tampak simetris, pergerakan simetris, retraksi (+)
» Palpasi : Pelebaran ICS (-), fremitus raba D=S
» Perkusi : Sonor
» Auskultasi : Vesikuler, Stridor (-), Ronki (+/+), wheezing (+/+)
Thorax (Jantung)
» Inspeksi : Ictus cordis tampak pada ICS 5 midclavicularis sinistra
» Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5 midclavicularis sinistra
» Perkusi : Normal pada batas jantung
» Auskultasi : S1S2 terdengar reguler, kesan meredup
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
» Inspeksi : Cembung, scar (-)
» Palpasi : Soefl, nyeri tekan (-), organomegali (-), turgor kembali
cepat
» Perkusi : Timpani, acites (-)
» Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Ekstremitas
» Ekstremitas superior : Akral hangat, pucat (-/-), edem (-/-)
» Ekstremitas inferior : Akral hangat, pucat (-/-), edem (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab Hematologi
Diagnosis Kerja
Bronkopneumonia
Tatalaksana
Penatalaksanaan di IGD :
» Oksigen nasal kanul 1 lpm
» Konsul dr. Sp. A :
» IVFD D5 1/2 NS 900cc/24 jam
» Ampicilin 3x300 mg
» (CTM 0,9 + NAC 90 + Salbutamol 0,9) 3x1 Pulv
» Parasetamol 3x ¾ cth
» Nebu ventolin 0,9ml
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Tinjauan Pustaka
Definisi
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran infiltrat pada foto rontgen mendukung diagnosis pneumonia; pada foto rontgen, juga dapat
terlihat komplikasi seperti efusi pleura atau empiema. Pneumonia virus biasa dikarakteristikkan sebagai
hiperinflmasi dengan infilitrat interstisial bilateral dan peribronchial cuffing. Konsolidasi lobar biasanya
terlihat pada pneumonia pneumokokal.
Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin dilakukan kecuali pada
pneumonia berat yang dirawat di rumah sakit. Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal
dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru
Diagnosis Banding
Tatalaksana
Pneumonia rawat jalan
Anjurkan Ibu untuk memberi makan anak.
NasihatiPada pneumonia
Ibu untuk rawat anaknya
kontrol ulang jalan dapat diberikan
setelah 2 hari
antibiotik
ke RS, ataulini pertama secara
lebih cepat oral, misalnya
jika keadaan amoksisilin
anak memburuk,
atau
tidakkotrimoksazol.
bisa minum atau Pada pneumonia
menyusu (WHO,ringan berobat jalan,
2009).
dapat
Ketikadiberikan antibiotik
anak kembali : tunggal oral dengan efektifitas
yang
• Jika mencapai 90%. Dosis
pernapasannya membaikyang(melambat),
digunakan demam
adalah
kotrimoksazol
berkurang,(4mg TMP/kgBB/kali)
nafsu 2 kali sehari selama
makan membaik, lanjutkan3
hari pengobatan
atau amoksisilin (25mg/kgBB/kali)
sampai seluruhnya 3 hari 2 kali sehari
selama
• Jika3frekuensi
hari. Untuk pasien HIVdemam,
pernapasan, diberikan selama
dan nafsu5makan
hari
tidak ada perubahan, ganti ke antibiotik ke lini kedua
dan nasihati ibu untuk kembali lagi.
• Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di rumah
sakit dan tangani sesuai pedoman di bawah ini.
Tatalaksana
Tatalaksana
Pneumonia rawat inap :
Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV
Bila pasien
atau IM setiap 6 jam),datang
harus dengan
dipantaukeadaan klinis berat,
24 jam selama 72
segera berikan oksigen dan pengobatan
jam pertama. Bila anak memberikan respons yang baik kombinasi
ampisilin-kloramfenikol
maka diberikan selama 5atau hari. ampisilin-gentamisin.
Selanjutnya terapi
Sebagai alternatif,
dilanjutkan di rumahberi atau
seftriakson (80-100
di rumah mg/kgBB
sakit denganIM
atau IV sekali
amoksisilin oralsehari)
(15mg/kgBB/kali diberikan 3 kali sehari)
untuk 5 hari berikutnya
Bila keadaan
Apabila klinispneumonia
diduga memburuk stafilokokal,
sebelum 48 ganti
jam
atau terdapat
antibiotik keadaan
dengan yang berat
gentamisin (7,5(tidak dapat menyusu
mg/kgBB IM sekali
atau
sehari)minum/makan,
dan kloksasiklinatau memuntahkan
(50 mg/kgBB IM atausemuanya,
IV setiap 6
kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis,
jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari-3 kali pemberian).distress
pernapasan
Bila keadaan berat)
anakmaka ditambahkan
membaik, lanjutkankloramfenikol (25
klosasiklin (atau
mg/kgBB/kali
diklosasiklin)IMsecara
atau IVoral
setiap4 8 jam)
kali sehari sampai secara
keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara
oral selama 2 minggu
Kriteria Pasien Pulang
» Pasien dengan saturasi oksigen < 92% pada saat bernapas dengan udara
kamar, harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau
sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%
» Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, pastikan anak
memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai umur anak, tetapi hati –
hati terhadap kelebihan cairan atau overhidrasi.
» Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien (Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali)
Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak biasanya merupakan hasil dari penyebaran langsung
infeksi bakteri dalam kavitas torakal (efusi pleura, empiema, perikarditis) atau penyebaran
hematologik dan bakteremia. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang
jarang dari penyebaran secara hematologi dari pneumokokal atau H. influenzae tipe b (Nelson,
2015).
TINJAUAN PUSTAKA
2. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut sebagai kejang demam
3. Anak berumur 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam namun jarang sekali. National
Institute of health (1980) menggunakan batasan lebih dari 3 bulan, sedangkan Nelson dan
Ellenburgh (1978), serta ILAE (1993) menggunakan batasan usia lebih dari 1 bulan. Bila anak
berumur kurang dari 6 bulan mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain,
terutama infeksi sususnan saraf pusat.
4. Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasukd alam rekomendasi ini melainkan termasuk
dalam kejang demam. (Ismael, dkk, 2016)
Epidemiologi
Setelah kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi
setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa
defisit neurologis.
Bangkitan kejang yang lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang
pertama.
Anamnesis
Tanda rangsang meningeal : kaku kudul, brudzinski I dan II, Kernig dan
Laseque
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam
Pungsi lumbal
Kebanyakan dokter melakukan lumbal pungsi hanya pada kasus yang dianggaP
mengalami meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama. Indikasi pungsi
lumbal :
Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-
scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan,
tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti :
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan
adanya lesi struktural di otak (mikrosefali, spastisitas)
2. Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran
menurun,
muntah berulang, ubun-ubun besar menonjol, paresis nervus VI
dan papil
edema)
Diagnosa Banding
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah
adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg
atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari
10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.
Antipiretik
Antikonvulsan
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut
(salah satu) :
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang.
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Dosis asam valproat 15-40
mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-
2 dosis
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah :
Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara 4.Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang
yang diantaranya: dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
1.Menyakinkan bahwa kejang demam kemungkinan lidah tergigit, jangan
umumnya mempunyai prognosis baik. memasukkan sesuatu kedalam mulut.
2.Memberitahukan cara penanganan kejang 5.Ukur suhu, observasi dan catat lama dan
bentuk kejang.
3.Memberikan informasi mengenai
kemungkinan kejang kembali 6.Tetap bersama pasien selama kejang
4.Pemberian obat untuk mencegah rekurensi 7.Berikan diazepam rektal. Dan jangan
memang efektif tetapi harus diingat adanya diberikan bila kejang telah berhenti.
efek samping obat.
8.Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang
Beberapa hal yang ha berlangsung 5 menit atau lebih (Ismael dkk,
2016)
Vaksinasi Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral
atau rektal bila anak demam, terutama setelah
Sejauh in tidak ada kontra indikasi untuk vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter
melakukan vaksinasi terhadap anak yang anak merekomendasikan parasetamol pada
mengalami kejang demam. Kejang setelah saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.
demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka
kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9
kasus per 100.000 anak yang divaksinasi
sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per
100.000.
Pembahasan:
Anamnesis
Teori Kasus
• Pada bayi, terdapat gejala prodromal infeksi saluran pernapasan • Batuk dan sesak selama 2 hari
atas dan nafsu makan menurun, mengarah ke onset demam tiba sebelum masuk rumah sakit.
– tiba, gelisah, dan distres pernafasan. Bayi tampak sakit dengan • Keluhan batuk dan sesak napas
distres pernapasan yang bermanifestasi sebagai grunting, nasal terjadi secara bersamaan.
flaring, retraksi supraklavikular, interkostal, subkosta, takipnea, • Batuk yang dialami oleh pasien
takikardia, air hunger dan sianosis. Pneumonia bakteri pada bayi mengandung dahak yang kental dan
juga dapat bermanifestasi sebagai gangguan gastrointestinal berwarna putih.
seperti muntah, anoreksia, distensi abdomen. • Demam sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit yang disertai dengan
kejang 1 kali selama 5 menit
Pembahasan:
Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus
Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia ditemukan hal-hal Pneumonia
sebagai berikut : KU: Tampak sakit sedang
• Pada nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, Kesadaran: CM
suprasternal, dan pernapasan cuping hidung Frekuensi Nadi : 64x / menit
• Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris. Frekuensi Napas : 80x / menit
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak Suhu Badan : 37,0OC
menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas masih (axillar)
terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps Paru
paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang. Inspeksi : Gerakan dinding dada
Pada perkusi tidak terdapat kelainan dan pada auskultasi simetris, retraksi subkosta (+)
ditemukan crackles sedang nyaring Palpasi : Fremitus raba
dextra = sinistra, pelebaran ICS (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : rhonki
+/+, wheezing -/-
Pembahasan:
Pemeriksaan Penunjang
Teori Kasus
• Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi • Darah Lengkap
20.000/mm2 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit Leukosit : 17.96 x 103/ mikroliter
meningkat 15.000-40.000 /mm2 dengan neutrofil yang predominan. Eritrosit : 4.91 x 106/mikroliter
• Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta Hemoglobin : 10,5 g/dl
peningkatan LED. Hct : 33,4 %
• Pemeriksaan Radiologi : Tampak adanya infiltrat baik interstisial PLT : 542.000/mikroliter
maupun alveolar • Pemeriksaan Radiologi
• Pemeriksaan Mikrobiologis: Untuk pemeriksaan mikrobiologik, Cor: Besar dan bentuk kesan
spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, normal.
bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru Pulmo: tampak perselubungan
dengan air bronchogram di
lapang paru kanan disertai
penebalan hilus kanan
Pembahasan:
Tatalaksana
Teori Kasus
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah 8 Mei 2017
pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, • IVFD D51/4 NS 700cc/24 jam
serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi • Injeksi Ampisilin 4x175 mg
pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi • Injeksi Gentamisin 1x35 mg
terhadap gangguan keseimbangan asam basa, • CTM 0,7 mg
elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam • Ambroxol 3 mg
dapat diberikan analgetik/antipiretik. Penyakit • Salbutamol 0,7 mg
penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat. 3 x 1 pulv
Bila pasien datang dengan keadaan klinis berat, • Dexametason 3,5 mg lanjut 3x1 mg
segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi • PCT 3 x cth ¾
ampisilin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk 9 Mei 2017
menjaga kenyamanan pasien • Cefixime 2 x 20 mg
Kesimpulan
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain
(aspirasi, radiasi dll). Gejala yang ditimbulkan oleh pneumonia ialah panas tinggi disertai batuk
berdahak, napas cepat, sesak dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah, dan nafsu makan
berkurang). Pneumonia merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas anak di negara
berkembang. Insidensi pneumonia balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12–23 bulan,
sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga
ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dapat dilakukan untuk mengarahkan diagnosis ke pneumonia bakteri maupun virus. Dasar
tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai,
serta tindakan suportif. Penatalaksanaan yang adekuat akan menghindarkan anak – anak dari
komplikasi yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas.
TERIMA KASIH