Anda di halaman 1dari 13

BIOFLOK

Nurul Suhaila 160330013


Hidayani 150330096
Muhammad Nasir 160330015
Ikbal Setia Putra 160330010
Muhammad Akhsani 160330021
APA ITU BIOFLOK?

Bios Kehidupan

Flok Gumpalan

Bioflok merupakan kumpulan dari berbagai organisme


baik bakteri, jamur, protozoa, maupun alga yang tergabung
dalam suatu gumpala yang melayang-layang di air. Teknologi
Bioflok adalah Teknologi yang memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme yang membentuk gumpalan.
TEKNOLOGI BIOFLOK

Aplikasi BFT (Bio Floc Technology)


juga banyak diaplikasikan disistem
pengolahan air limbah industri serta mulai
diterapkan di sistem pengolahan air media
aquakultur.
Kegunaan daripada sistem
pengelolaan tersebut ialah mengubah
senyawa organik serta anorganik yang
mengandung senyawa kabon (C), hidrogen
(H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dengan
sedikit posfor (P) menjadi berupa bioflok
dengan menggunakan bakteri pembentuk
flok (flocs forming bacteria) yang mensintesis
biopolimer poli hidroksi alkanoat yaitu
sebagai ikatan bioflok.
BAKTERI YANG MEMBENTUK
FLOK

Bakteri yang dapat membentuk flok antara lain :


 Bacillus cereus
 Bacillus subtilis
 Escherichia intermedia
 Flavobacterium
 Paracolobacterium aerogenoids
 Pseudomonas alcaligenes
 Sphaerotillus natans
 Tetrad dan Tricoda
 Zooglea ramigera
PENGGUNAAN TEKNOLOGI
BIOFLOK DALAM AKUAKULTUR

Teknologi bioflok produksi ikan mengalami peningkatan produksi


hingga 3 kali lipat dan bermanfaat untuk menambah suplai ikan secara
nasional. Untuk padat tebar bisa mencapai 1000 ekor dalam satu kolam yg
berdiameter m3 membutuhkan 110 hari saja. Menghemat penggunaan lahan
yang luas.
KELEBIHAN BIOFLOK

pH relatif stabil Tidak tergantung pada


pH 7 - pH 7,8 Tidak perlu ganti sinar matahari dan
air (sedikit ganti aktivitasnya akan
air) sehingga menurun bila suhu
pH nya cenderung rendah
biosecurity
rendah, sehingga
(keamanan) terjaga
kandungan amoniak
(NH3) relatif kecil Limbah tambak
(kotoran, algae, sisa
Tingkat produksi pakan, amonia)
naik 3 kali lipat didaur ulang dan
Lebih ramah
dijadikan makanan
lingkungan
alami berprotein
tinggi
KEKURANGAN BOFLOK

 Tidak bisa diterapkan pada tambak yang bocor/rembes karena tidak


ada/sedikit pergantian air
 Memerlukan peralatan/aerator cukup banyak sebagai suply oksigen.
 Aerasi harus hidup terus (24 jam/hari)
 Pengamatan harus lebih jeli dan sering muncul kasus Nitrit dan Amonia.
 Bila aerasi kurang, maka akan terjadi pengendapan bahan organik.
Resiko munculnya H2S lebih tinggi karena pH airnya lebih rendah.
 Kurang cocok untuk tanah yang mudah teraduk (erosi). Jadi dasar harus
benar-benar padat (dasar berbatu / sirtu, semen atau plastik HDPE)
 Bila terlalu pekat, maka dapat menyebabkan kematian bertahap karena
krisis oksigen (BOD tinggi)
 Untuk itu volume Suspended Solid dari floc harus selalu diukur. Bila
telah mencapai batas tertentu, floc harus dikurangi dengan cara
konsumsi pakan diturunkan.
HAL – HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN DALAM SISTEM
BIOFLOK

 Bahan organik harus cukup (TOC > 100 mgC/L) dan selalu
teraduk
 Nitrogen disintesis menjadi mikrobial protein dan dapat
dimakan langsung oleh udang dan ikan
 Perlu disuplay C organik (molase, tepung terigu, tepung
tapioka) secara kontinue atau sesuai dgn amonia dalam air
,Oksigen harus cukup serta alkalinitas dan pH harus terus
dijaga.
PERMASALAHAN YANG TERJADI
PADA SISTEM BIOFLOK

Bioflok ketebalannya
Gumpalan dalam berkurang dan warna
kolam bebusa air mengarah ke coklat
merah

Warna hijau biru (BGA)


atau merah
Bioflok terlalu pekat (Dinoflagellata) tetap
ada

Bioflok ketebalannya
berkurang dan warna air
mengarah ke hijau
BERITA TERKINI

Simeulue Kembangkan Budi Daya Lele dengan Sistem Bioflok


Aceh, akan mengembangkan budi daya ikan lele sangkuriang dengan teknologi sistem bioflok.
Bisnis.com, MEULABOH - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten
Simeulue, Provinsi Aceh, akan mengembangkan budi daya ikan lele sangkuriang
dengan teknologi sistem bioflok atau membuat kolam dengan bahan terpal untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya DKP Simeulue, Samsil Amin, di hubungi dari
Meulaboh, Sabtu (30/3/2019), mengatakan teknologi yang dicetuskan Kementrian
Kelautan dan Perikanan (KKP) itu sudah terbukti keberhasilannya.
"Di beberapa daerah teknologi sistem bioflok ini ada yang berhasil, karena itu
kami tahun ini akan melakukan uji coba pengembanganya kolam berbahan terpal
atau bioflog yang dilakukan oleh dua kelompok nelayan binaan," paparnya.
Dia mengutarakan sektor perikanan budi daya di Simeulue hingga kini masih
terbatas dan dikembangkan oleh masyarakat secara sederhana, hal itu disebabkan
oleh warga di daerah kepulauan Aceh itu lebih banyak nelayan perikanan tangkap.
Melalui pengembangan teknologi sistem bioflok tersebut diharapkan bisa meningkatkan
produktivitas perikanan budidaya, apalagi teknologi tersebut terbukti lebih simpel, lebih mudah
perawatan dan secara ekonomis lebih menguntungkan dari produksi.
"Dibandingkan dengan pengembangan di kolam lumpur, dengan bioflog ini lebih meningkat dari
produktivitas, kita akan memberikan bibit serta sarana budidaya kepada dua kelompok
pembudidaya di Kecamatan Simeulue Timur dan Simeulue Barat," ungkapnya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa ukuran kolam bioflok tergantung luas lokasi, namun untuk
diameter biasanya berukuran 3 - 4 meter persegi. Kolam bioflok bisa berbentuk bujur sangkar,
bisa juga berupa lingkaran.
Sistem bioflok ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya mampu berproduksi lebih banyak
dibandingkan kolam biasa, demikian halnya untuk waktu pemeliharaan lebih singkat, yakni dengan
benih awal 8 - 10 cm, sudah bisa dipanen selama 3 bulan.
Samsil Amin menyampaikan teknologi tersebut akan hemat dari sisi penyediaan pakan, kemudian
memudahkan nelayan yang berencana memindahkan kolam tersebut, demikian juga saat proses
panen tidak memakan waktu lama seperti kolam tambak.
"Pemerintah Provinsi Aceh akan membantu pengadaan benih. Ini baru pertama coba kita
kembangkan dan semoga berhasil. Sebab pemanfaatan usaha perikanan di perairan umum dan
budi daya tambak di Simeulue masih terbatas," ujarnya.
PROGRAM PENGADAAN LELE BIOFLOK DI
LUMAJANG, DINAS TERKAIT MENGAKU BELUM
MENDISTRIBUSIKAN
SELASA, 07 MEI 2019 - 19:43 WIB

LUMAJANG (suarajatimpost.com) Kabar baik datang bagi petani ikan lele di Kabupaten
Lumajang. Dinas kelautan dan perikanan provinsi Jawa Timur, saat ini mengalokasikan
anggaran senilai Rp. 200 juta dari APBD 2019, dalam bentuk paket bididaya lele bioflok.
Berdasar dari sumber terpercaya yang dihimpun media ini, pengalokasian anggaran tersebut
mencakup dua Kabupaten Lumajang dan Probolinggo.
Sementara di Kabupaten Lumajang meliputi Kecamatan Klakah dan Rowokangkung,
tertanggal dibuatnya paket ini pada Jum'at (12/4/2019) kemarin.
Ditanya perihal ini, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lumajang Agus
Widarto, pihaknya mengaku hingga saat ini belum mendistribusikan ketangan petani.
"Iya tapi itu masih belum didistribusikan, karena bibitnya masih dalam tahap pengadaan,"
ucap dia saat ditemui diruang kerjanya, Selasa (7/5/2019).
Dia juga menjelaskan, jika diwaktu kedepan akan mengadakan evaluasi kinerja pada tiap
tahapan program terkait efektifitas, karena diwaktu sebelumnya cara itu kata dia, tidak
pernah dilakukan.
"Jadi kami nantinya juga akan mengvaluasi, cara ini bagaimana hasilnya. Berhasil atau tidak,
cocok atau tidak. Karena sebalumnya, yang demikian tidak pernah dilakukan," imbuh dia.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai