Lap Kas
Lap Kas
”Skizofrenia Paranoid”
Oleh: Irianty W. Gaghiwu
IDENTITAS PASIEN
Kualitas:
Marah-marah baik ada dan tidak ada pencetus, mudah tersinggung, mengancam untuk
membakar rumah, memukul keponakan yang masih usia 10 tahun.
Kuantitas:
Sering marah
Faktor modifikasi
Memperberat :
- Pada saat istri (Coass) dan ibu pasien pergi/ berada jauh dari pasien..
- Orang tua dan Kaka Pasien di penjara
- Pasien berkepribadian tertutup
Meringankan :
Pada saat istri dan ibu pasien berada dekat dengan pasien
Keluhan penyerta :
Pasien juga mengeluh kurang tidur kurang lebih 2 tahun terakhir, sakit kepala, merasa diri lebih hebat dari
orang lain
Kronologis :
Pasien sudah menunjukkan perubahan perilaku mulai tahun 2010, setelah gagal ujian kompetensi untuk
mendapatkan STR sebanyak 9 kali, juga pada saat masalah orang tua dan kakak masuk penjara (Tahun 2016),
pasien mulai marah-marah sendiri, jalan-jalan di dalam rumah pada saat marah, dan beberapa bulan terakhir
sebelum masuk RS pasien beberapa kali mengancam untuk membakar rumah, pasien juga sebelum masuk rumah
sakit hendak memukul keponakan berusia 10 tahun karena mencurigai keponakannya tersebut mencuri uang 20
juta.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa sebelumnya, tapi pasien sudah
menunjukkan perubahan pola perilaku sejak tahun 2010
Selama masa kehamilan dalam keadaan baik. Pasien lahir normal (tempat lahir dan penolong pasien mengaku lupa) dengan umur
kehamilan cukup bulan (mature).
Pasien dilahirkan pada usia kehamilan cukup bulan dan dilahirkan secara spontan dan tidak ada trauma saat lahir.
Pada umur 3-11 tahun, perkembangan pasien baik sesuai umur. Namun, pasien baik dalam bersosialisasi atau bermain dengan
teman-teman di lingkungan sekitar pasien.
Pasien aktif disekolah dan juga dilingkungan sekitar tempat tinggal pasien. Tidak ada kesulitan dalam belajar dan masalah
kesehatan dari pasien, namun pasien mulai menunjukkan kepribadian tidak banyak bicara/ pendiam.
Masa Dewasa
1. Riwayat pendidikan
◦ Pendidikan terakhir pasien merupakan lulusan dari FK Universitas Kusuma Wijaya
2. Riwayat pekerjaan
◦ Pasien merupakan seorang PNS, terakhir bekerja tahun 2016
3. Riwayat Pernikahan
◦ Pasien sudah menikah.
4. Riwayat hukum
◦ Berdasarkan pengakuan dari istri pasien, pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.
5. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, ayah dan ibu pasien masih ada. Hubungan
pasien dengan ibu dan saudara-saudara pasien baik. Dalam keluarga pasien, tidak ada keluarga
pasien yang memiliki sakit yang sama.
Genogram:
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan
6. Riwayat agama
◦ Pasien beragama Kristen Protestan tetapi kurang beribadah.
7. Riwayat sosial
◦ Hubungan pasien dengan teman, tetangga dan warga sekitar kurang baik.
Penampilan
Seorang laki-laki, kulit coklat, postur sedang, memakai baju kaos lengan pendek berwarna hitam dan
celana pendek abu-abu, memakai sandal jepit. Perawakan dan wajah tampak sesuai umurnya, kebersihan
dan kerapian kurang.
Roman Muka : cemas
Perilaku terhadap pemeriksa
Kontak : kurang adekuat
Rapport : kurang adekuat
Sikap terhadap pemeriksa : defensif
Atensi : ada
Tingkah laku : normoaktif
Bicara : Artikulasi kurang jelas, kecepatan bicara kurang, pasien
kurang berusaha menjawab semua pertanyaan pemeriksa, intonasi suara
kurang, volume suara tidak stabil menurun atau meningkat secara tiba-tiba,
kuantitas kurang, kualitas cukup.
Mood dan Afek
Mood : Eutimik
Afek : Datar/ Inappropriate
Persepsi
Ilusi : Ada, melihat muka orang berubah-ubah
Halusinasi auditorik
Ada, berupa bisikan suara-suara berisi kalimat tanpa tujuan, pasien tidak paham maksudnya, saat
mendengar bisikan-bisikan tersebut pasien merasa “gila”, untuk menenangkan diri pasien berjalan bolak-
balik di dalam rumah.
Halusinasi visual
Ada, pasien sering melihat bayangan-bayangan berupa wajah orang saat mengendarai motor, pasien tidak
merasa takut, sebaliknya pasien merasa dirinya lebih hebat
Memori
Short/ immediate term memory : baik
Long term memory
Recent memory (Jam-hari) : kurang
Remote memory (Tahun) : baik
F22.0 Paranoida
F22.8 Gangguan waham menetap lainnya
Rencana Terapi
Terapi Farmakologis selama rawat inap :
Haloperidol 5 mg 2 x 1 ampul (im) (05-09/ 2018)
Diazepam 10 mg 2 x 1 ampul (im) (05-09/ 2018)
Haloperidol 5 mg 2 x 1 tablet (1-0-1) (10-09/ 2018)
Trihexiphenidyl 2 mg 2 x 1 tablet (1-0-1)
Lorazepam 0,5 mg 1 x 1 tablet (0-0-1)
Lorazepam 2 mg 1x ½ tablet (0-0-½) (12-09/ 2018)
Chlorpromazin 100 mg 1x 1½ tablet (0-½-1) (13-09/ 2018)
Haloperidol 5 mg 2 x ½ tablet (17-09/ 2018)
Risperidone 2 mg 2 x 1 tablet ((17-09/ 2018))
Follow up
Tanggal Follow Up Terapi
A: F 20.0
Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia at bonam
Pembahasan
Bagaimana mendiagnosis pasien pada kasus ini ?
Menurut teori berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia edisi ke tiga (PPDGJ III), penegakan diagnosis pada kasus ini
dapat dijabarkan sebagai berikut: Skizofrenia F. 20
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
A. “thought echo” , “thought insertion or withdrawal”, “thought broadcasting”
B. “delusion of control”, “delusion of influence”, “delusion of passivity”, “delusion
perception”
C. Halusinasi auditorik,
D. waham-waham menetap jenis lainnya
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
1. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus
2. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang
berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme
3. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
4. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku
untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa
aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed
attitute), dan penarikan diri secara sosial
F. 20.0 Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan:
• Halusinasi dan atau waham harus menonjol.
• Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan
serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak
menonjol.
Berdasarkan status psikiatri pada kasus didapatkan gejala dan tanda
skizofrenia, seperti: marah-marah tanpa sebab “pasien merasa
dikendalikan oleh kekuatan tertentu dari luar”, pasien bicara sendiri
“adanya isi pikiran yang bergema dalam kepalanya sendiri, adanya isi
pikiran asing dari luar atau isi pikiran diambil keluar dari dirinya”.
Selain itu, dapat melihat hal-hal mistik “ adanya pengalaman inderawi
yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya”. Selain itu,
pasien mengaku mendengar suara-suara, melihat dan merasakan suatu
hal tertentu yang tidak didengar, dilihat, dan dirasakan oleh orang
lain. Jadi berdasarkan status psikiatri pasien pada kasus ini
didiagnosis sebagai skizofrenia paranoid, dan dapat disimpulakan
diagnosis pada kasus sesuai dengan teori.
Apakah Diagnosis Banding pada Kasus Ini Sudah
Sesuai ?
Haloperidol
Obat golongan antipsikotik yang bermanfaat untuk mengatasi gejala psikosis pada
gangguan mental, seperti skizofrenia. Obat ini juga dapat membantu mengurangi gejala
Sindrom Tourette, seperti gerakkan otot yang tidak terkontrol.
Haloperidol bekerja dengan mengembalikan keseimbangan zat kimia dalam otak, yakni
neurotransmitter, sehingga dapat menimbulkan rasa tenang, meredakan kegelisahan,
serta mengurangi perilaku agresif, dan keinginan untuk menyakiti orang lain.
Dosis tablet 2-5 mg, ampul 5 mg/ml, tetes 2 mg/ ml. Dosis anjuran 5-10 mg (im), 5-20
mg/ hari, 50 mg (im) setiap 2 -4 minggu).
Interaksi haloperidol dengan obat lain: menurunkan kadar haloperidol dalam
darah, jika digunakan dengan carbamazepin dan rifampicin. Meningkatkan kadar
haloperidol dalam darah jika digunakan dengan clozapine dan chlorpromazine,
menyebabkan gejala gangguan SSP, jika digunakan dengan obat penenang.
Efek samping: disfungsi ereksi, gangguan siklus menstruasu, keinginan untuk terus
bergerak (akatisia), gangguan pada gerakkan otot (distonia), gerakkan tidak terkendali
pada lidah, wajah, dan bibir, otot kaku, gejala seperti parkinson, sakit kepala, sulit tidur,
lemas.
Diazepam
Diazepam dalah salah satu jenis obat benzodiazepin yang dapat mempengaruhi SSP dan
memberikan efek penenang. Diazepam bekerja dengan cara mempengaruhi neurotransmitter,
yang berfungsi memancarkan sinyal ke otak. Obat ini digunakan untuk mengatasi gangguan
kecemasan, insomnia, kejang-kejang, gejala putus alkohol akut, serta digunakan sebagai obat
bius sebelum operasi.
Dosis obat: antiansietas 2-10 mg, 2-4 kali sehari. Sediaan tablet 2 mg, 5 mg, 10 mg, injeksi 5
mg/ ml.
Interaksi obat dapat meningkatkan efek depresan terhadap sistem saraf pusat
dengan penggunaan bersama antiviral (seperti amprenavir dan ritonavir), obat anestesi,
narkotika analgesik, antidepresan, antipsikotik, ansioliotik, antiepileptik, antihistamine,
antihipertensi, obat relaksan otot (misalnya tizanidine atau baclofen) dan nabilone.
Efek samping diazepam: mengantuk atau pusing, lemas, gangguan fungsi koordinasi atau
keseimbangan, penglihatan kabur, sakit kepala, mudah lupa dan merasa bingung, bersikap
agresif.
Trihexyphenidyl
Trihexyphennidyl digunakan untuk mengatasi gejala ekstrapiramidal, baik
akibat penyakit Parkinson atau efek samping obat, seperti antipsikotik.
Gejala ekstrapiramidal tersebut antara lain: termor, tubuh kaku, gerakkan
tidak normal, dan tidak terkendali baik pada wajah maupun anggota tubuh
lainnya.
Dosis obat dosis harian 5-15 mg/ hari, awal terapi dianjurkan 1 mg/ dosis.
Sediaan tablet 2 mg.
Interaksi obat meningkatkan efek samping obat jika dikonsumsi
bersama dengan clozapine, dapat mengakibatkan efek salung menguatkan bila
dikonsumsi bersama obat antidepresan.
Efek samping obat antara lain konstipasi, pusing, sulit buang air kecil,
mulut kering, pandangan buram, mual.
Lorazepam
Lorazepam adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan. Lorazepam
mampu menghasilkan efek menenangkan di berbagai bagian otak dan SSP. Efek menenangkan
ini sangat membantu dalam berbagai kondisi yang menyebabkan rasa gelisah atau cemas,
seperti sebelum tindakan operasi atau sebelum kemoterapi. Selain itu, lorazepam juga
digunakan untuk insomnia yang berhubungan dengan gangguan kecemasan.
Lorazepam termasuk dalam golongan obat antikonvulsan jenis benzodiazepine yang bekerja
dengan cara meningkatkan efek unsur kimia tertentu di dalam otak, yaitu asam gamma-
aminobutirat (GABA). Dengan meningkatnya aktivitas GABA, kerja otak akan melambat dan
menghasilkan efek menenangkan.
Dosis untuk insomnia 1-2 mg, sebelum tidur, sediaan tablet 0,5 dan 2 mg
Interaksi obat meningkatkan efek lorazepam pada sistem saraf pusat, jika digunakan dengan
phenobarbital dan antidepresan.
Efek samping obat antara lain: kantuk, pusing, vertigo, tekanan darah rendah, tremor, terasa
lemah dan lelah, disartia, sleep apnea, konstipasi, depresi, reaksi paradoks (gelisah, marah,
agresif, muncul rasa permusuhan), muncul ide bunuh diri, gangguan pernapasan.
Chlorpromazine
Chlorpromazine adalah obat untuk menangani gejala psikosis pada skizofrenia. Selain itu untuk
mual, muntah, dan cegukkan yang tidak kunjung berhenti. Obat ini bekerja dengan menghambat zat
kimia di otak yang dinamakan dopamin, sehingga dapat mengurangi gejala psikosis berupa perilaku
berbahaya yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, serta halusinasi , yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang tidak nyata.
Dosis obat tab 100 mg, ampul 50 mg/ 2 ml, dosis anjuran 300-1000 mg/ hari, 50-100 mg (im) tiap
4-6 jam
Interaksi obat, semakin menekan SSP sehingga meningkatkan efek mengantuk, jika chlorpromazine
dikombinasikan dengan obat penenang, antihistamin, obat bius, dan alkohol.
Efek samping antara lain: gejala ekstrapiramidal, efek antikolinergik seperti mulut kering dan
penglihatan kabur, nafsu makan hilang, cemas, depresi, susah tidur, hipotensi ortostatik.
Risperidone
Risperidone adalah obat yang digunakan untuk menangani gangguan mental dengan
gejala psikosis, seperti skizofrenia atau gangguan bipolar. Selain itu, digunakan
untuk menangani penyakit alzheimer atau gangguan tingkah laku. Obat ini bekerja
dnegan cara mengembalikan keseimbangan senyawa alami di otak.
Dosis obat tab 1,2, 3 mg, dosis anjuran 25-50 mg (im) tiap 2 minggu
Interaksi obat, meningkatkan efek obat antihipertensi, meningkatkan kadar
risperidone dalam darah, jika digunakan dengan fluoxetine dan verapamil
Efek samping: insomnia, gelisah, gejala-gejala parkinson, inkontinensia urin, nafsu
makan meningkat, sakit maaag, ginekomastia pada anak-anak.