Anda di halaman 1dari 51

NORMA K3 PENANGGULANGAN

KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

M. HISYAM, ST
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN
Pengertian Norma
 Pengertian Umum :
• pedoman perilaku untuk melangsungkan

kehidupan bersama-sama dalam suatu


kelompok masyarakat
 Pengertian Norma Hukum

• aturan yang dibuat oleh lembaga terttu,

misalnya pemerintah, shg dengan tegas dapat


melarang serta memaksa orang utk dapat
berperilaku sesuai dengan keinginan pembuat
peraturan itu sendiri. Pelanggaran thp norma
ini berupa sanksi denda sampai hukuman fisik
PENGERTIAN K3
Secara Etimologis :
Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar
tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap
sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
aman dan efisien
Secara Filosofi :
Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk
menjamin kelestarian tenaga kerja dan setiap insan
pada umumnya beserta hasil karya dan budaya dalam
upaya mencapai masry. adil, makmur dan sejahtera
Secara Keilmuan :
Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari
tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja
 Norma K3 :
 instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan
masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja
 Kebakaran adalah suatu nyala api baik kecil
atau besar pada tempat yang tidak di
kehendaki dan dapat menimbulkan
kerugian yang pada umumnya sulit
dikendalikan

 Pencegahan kebakaran adalah segala


usaha yang dilakukan agar tidak terjadi
penyalaan api yang tidak terkendali
Penanggulangan kebakaran adalah
segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai usaha
pengendalian setiap perwujudan energy,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan
sarana penyelamatan serta pembentukan
organisasi tanggap darurat untuk
memberantas kebakaran
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
ADALAH GABUNGAN ILMU
PENGETAHUAN UNTUK
MENEMUKAN/MENGENALI POTENSI
BAHAYA KEBAKARAN, MEMBOBOT
RESIKO MENYIAPKAN METODA
PENGENDALIANNYA SERTA MENYIAPKAN
SUMBERDAYA UNTUK TINDAKAN
ANTISIPASI
NORMA K3
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
Pasal 3 ayat (1). ………………………
Dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat syarat keselamatan kerja untuk :
Undang-undang No 1 Th 1970

• Mencegah dan mengurangi kecelakaan


PENGENDALIAN
• ENERGI dan memadamkan
mencegah, mengurangi,
Keselamatan Kerja

kebakaran,
• mencegah, mengurangi peledakan
• memberikan kesempatan jalan
tentang

menyelamatkanSARANA
diri dalam bahaya
kebakaran PROTEKSI
• KEBAKARAN asap, uap, gas
pengendalian penyebaran
dan suhu
• Mengamankan dan memelihara segala jenis
bangunan
MANAJEMEN
Pasal 9 ayat (3).K3……………………
Pengurus wajib membina K3 penanggulangan
kebakaran
PERATURAN
PERATURAN DAN
DAN STANDAR
STANDAR TEKNIS
TEKNIS
K3
K3 PENANGGULANGAN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
KEBAKARAN

•PERMENAKER 12/2015 K3 LISTRIK


PENGENDALIAN •PERMENAKER 02/89 Prot. Petir
ENERGI •KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B2)
•PER. KHUSUS “EE” (BH. MUDAH TERBAKAR)
•PER. KHUSUS “K” (BH. MUDAH MELEDAK)

SARANA •PERMENAKER 04/80 APAR


PROTEKSI •PERMENAKER 02/83 ALARM
KEBAKARAN •INST. MENAKER INS. 11/MEN/1997

• PERMENAKER 04/87 P2K3


• PERATURAN PEMERINTAH N0 50/2012
MANAJEMEN K3 • PERMENAKER 26/2014 SMK3
• KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA
PENGENDALIAN ENERGI
LISTRIK
- Tidak berfungsinya pengaman Kegagalan isolasi
- Sambungan tidak sempurna
- Peralatan tidak standar
- Sambungan kendor dan aus
- Salah pemasangan dan perencanaan

SAMBARAN PETIR
Obyek yang tidak terlindungi penyalur petir atau instalasi
yang tidak memenuhi syarat
Kurang lebih ribuan jenis B3 yang ada di dunia ini,
namun bila dikaitkan dengan bencana kebakaran
maka dapat digolongkan menjadi beberapa
bagian , yaitu :
1.Bahan peledak (Eksplosif materials);
2.Bahan mudah terbakar (Flamable materials);
3.Bahan oksidator (Oksidizing agent);
4.Bahan yang mudah meledak dan terbakar karena
air (water sensitive fire and eksplosion hazards);
5.Gas bertekanan ( Compressed gas);
SARANA PROTEKSI KEBAKARAN
SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
ALAT PEMADAM API RINGAN
(APAR)
 STANDAR INTERNASIONAL
NFPA 10
 STANDAR NASIONAL
PERATURAN MENTERI TENGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI
NO. PER-04/MEN/1980 Tentang :
Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR
Syarat Ketentuan :
Pemakaian APAR sesuai dengan jenis
kebakaran
Lebeling penempatan APAR
Ditempatkan pada posisi yg mudah dilihat,
mudah diambil, dan mudah digunakan
Terdapat instruksi atau pentunjuk
penggunaan APAR
Jarak penempatan antar APAR atau
kelompok APAR maksimal 15 meter
Terdapat segel dalam keadaan baik
Syarat Ketentuan :
APAR tidak boleh ditempatkan pada ruangan
yg suhunya lebih dari 490 C dan di bawah 40 C
Dilakukan pemeriksaan 2 x dalam setahun
yaitu 6 bulan sekali
Dipasang menggantung dengan penguatan
sengkang atau dalam lemari kaca dan dapat
digunakan dengan mudah pada saat
diperlukan
Bagian APAR paling atas berada pada
ketinggian 1,2 m dari permukaan laintai
JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA
Jenis media pemadam kebakaran
Klasifikasi Jenis kebakaran Tipe basah Tipe kering
Air Busa Powder Clean
Agent
Bahan padat seperti kayu VVV V VV VVV*)
Klas A Bahan berharga atau penting XX XX VV**) VVV
Bahan cair XXX VVV VV VVV
Klas B Bahan gas X X VV VVV
Klas C Panel listrik, XXX XXX VV VVV
Klas D Kalium, litium, magnesium XXX XXX Khusus XXX

Keterangan :
VVV : Sangat efektif X : Tidak tepat
VV : Dapat digunakan XX : Merusak
V : Kurang tepat / tidak dianjurkan XXX : Berbahaya
*) : Tidak efisien **) : Kotor / korosif 19
Standard Internasional
N F P A 14
Standar Nasional
oInstruksi Menaker No.11/M/BW/1997
oKepmen PU No. 02/KPTS/1985
 Syarat Ketentuan :
 Kotak hydrant mudah dilihat, dibuka, dan
dijangkau
 Pilar hydrant dicat berwarna merah
 Hydrant dalam gedung dicat merah dan
bertuliskan hydrant warna putih
 Kotak hydrant berisi rak, slang, nozel, dan
katup slang
 Sumber persediaan air harus diperhitungkan
minimum untuk pemakaian selama 30 menit
 Pompa kebakaran dan peralatan listrik
lainnya harus mempunyai aliran listrik
tersendiri dari sumber daya listrik
 Harus disediakan kopling penyambung yang
sama dengan kopling dari unit pemadam
kebakaran
 Penempatan hydrant halaman harus mudah
dicapai oleh mobil pemadam kebakaran
FIRE HYDRANT

Jaringan instalasi pipa air


untuk pemadam kebakaran
yang dipasang secara permanen

Komponen sistem Hidrant 1 1/2 Inc


- Sistem persediaan air
- Sistem tekanan/aliran (Pompa)
- Jaringan pipa 2 1/2 Inc
- Kopling outlet / Pilar / Landing valve 2 1/2 Inc
- Slang dan nozle
- Sistem kontrol tekanan & aliran
Out door

Seamiest
Connection

RESERVOAR

23
24
 Standard Internasional
N F P A 13
 Standar Nasional
o Instruksi Menaker No.11/M/BW/1997
o Kepmen PU No. 02/KPTS/1985
Tentang Ketentuan Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran Pada
bangunan Gedung
Pengertian sistem sprinkler sendiri
adalah sebuah instalasi pemadam
kebakaran yang terpasang secara
permanen di dalam gedung atau
bangunan yang dapat berfungsi untuk
memadamkan kebakaran secara
otomatis dengan menyemburkan air
dilokasi mula terjadinya kebakaran.
Syarat Ketentuan :
Jumlah dan jenis kepala springkler
jumlahnya disesuaikan dengan klasifikasi
bahaya kebakaran
Batas jarak maksimum antara kepala
springkler disesuaikan dengan kelas kebakaran
Sistem springkler otomatis harus dilengkapi
dg sekurang2nya satu jenis system penyedia
air yg bekerja secara otomatis
Sekurang2nya mampu mempertahankan
atau memadamkan api minimal 30 menit sejak
springkler pecah
Pemakaian Instalasi Kebakaran
Otomatis
 Standard Internasional
N F P A 72
 Standard Nasional

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No. Per-02/MEN/1983
Tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Automatik
Syarat Ketentuan :
Titikpanggil manual ditempatkan pd jalur
keluar dg ketinggian maksimal 1,4 m dari lantai
Penempatan TPM tidak boleh tersembunyi,

mudah kelihatan dan mudah dicapai


TPM diberi warna merah

Bunyi alarm frekwensinya antara 500 s/d

1000 Hz
Tingkat kekerasan suara minimal 65 dB

Sumber tenaga listrik memiliki tegangan

minimal 6 volt
 Panel control harus bisa menunjukkan asal
lokasi kebakaran
 Pemilihan jenis alarm sesuai dengan ruangan
dalam gedung
 Adanya pemeliharaan bulanan terhadap
alarm dan detektor
MANAJEMEN K3
P2K3
Wadah kerjasama antara unsur
pimpinan perusahaan dan tenaga kerja
dalam menangani masalah K3 di
perusahaan
Latar Belakang
• Meningkatkan komitmen pimpinan
perusahaan
• Mempercepat birokrasi
• Mempercepat pengambilan keputusan
• Pengawasan tidak langsung
Tujuan & sasaran SMK3
Terciptanya Sistem K3 dg melibatkan unsur :
- Manajemen
- Tenaga Kerja
- Kondisi & lingkungan Kerja

Cegah & kurangi


Kecelakaan & PAK
KEPMENAKER NO. KEP–
186 /MEN/1999 tentang
UNIT PENANGGULANGAN
KEBAKARAN DI TEMPAT
KERJA
Pengurus atau pengusaha wajib mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran, serta
latihan penanggulangan kebakaran ditempat kerja.
Meliputi :
 Pengendalian setiap bentuk energi
 Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam
kebakaran dan sarana evakuasi
 Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas
 Pembentukan unit penanggulangan kebakaran
ditempat kerja
 Penyelenggaraan latihan penanggulangan
kebakaran
Unit Penanggulangan
Kebakaran terdiri atas

 Petugas Peran Kebakaran


 Regu Penanggulangan Kebakaran
 Koordinator Unit Penanggulangan
Kebakaran
 AK3 Spesialis Penanggulangan
Kebakaran
 Petugas peran kebakaran adalah petugas yang
ditunjuk dan diserahi tugas untuk
mengidentifikasi sumber bahaya dan
melaksanakan upaya penanggulangan
kebakaran di unit kerjanya.
 Regu penanggulangan kebakaran adalah
satuan tugas yang mempunyai tugas khusus
fungsional di bidang penanggulangan
kebakaran.
 Ahli keselamatan dan kesehatan kerja (AK3)
ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen tenaga kerja yang ditunjuk oleh
Menaker.
KLASIFIKASI TINGKAT POTENSI
BAHAYA KEBAKARAN
Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran
ringan
Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran
sedang I
Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran
sedang II
Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran
sedanng III
Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran
berat
Petugas peran kebakaran sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang untuk setiap
jumlah 25 (dua puluh lima) orang.
Regu Penanggulangan Kebakaran dan
ahli K3 Spesialis Penanggulangan
Kebakaran ditetapkan tempat kerja
dengan tingkat resiko bahaya
kebakaran ringan dan sedang I yang
mempekerjakan TK 300 (tiga ratus)
orang atau lebih, atau setiap tempat
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran
sedang II, sedang III dan berat.
TUGAS PETUGAS PERAN
KEBAKARAN
 Mengidentifikasi dan melaporkan
tentang adanya factor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran.
 Memadamkan kebakaran pada tahap
awal.
 Mengarahkan evakuasi.
 Koordinasi dengan instansi terkait.
 Mengamankan lokasi kebakaran.
Regu Penanggulangan Kebakaran
 Untuk tempat kerja tingkat resiko
bahaya kebakaran ringan, sedang I
yang mempekerjakan minimal 300
orang pekerja
 Untuk tempat kerja tingkat resiko
bahaya kebakaran sedang II, sedang
III dan berat.
Tugas Regu Penanggulangan
Kebakaran
 Mengidentifikasi & melaporkan tentang adanya factor
yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
 Pemeliharaan sarana proteksi kebakaran.
 Penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada
tahap awal.
 Membantu menyusun rencana tanggap darurat.
 Memadamkan kebakaran.
 Mengarahkan evakuasi.
 Koordinasi dengan instansi terkait.
 P3K.
 Mengamankan seluruh lokasi tempat kerja.
 Koordinasi dengan seluruh petugas peran kebakaran.
Koordinator Unit Penanggulangan
Kebakaran ditetapkan sebagai berikut
 Untuk tempat kerja tingkat resiko
bahaya kebakaran ringan, sedang I
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang
untuk setiap jumlah TK 100 orang.
 Untuk tempat kerja tingkat resiko
bahaya kebakaran sedang II, sedang
III dan berat sekurang-kurangnya 1
(satu) orang untuk setiap unit kerja.
TUGAS KOORDINATOR
UNIT PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
 Memimpin penanggulangan kebakaran
sebelum mendapat bantuan dari instansi
yang berwenang.
 Menyusun program kerja dan kegiatan
cara penanggulangan.
 Mengusulkan anggaran, saran dan
fasilitas penanggulangan kebakaran.
AHLI K3 SPESIALIS
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
 Untuk tempat kerja tingkat resiko
bahaya kebakaran ringan, sedang I
yang mempekerjakan minimal 300
orang pekerja
 Untuk tempat kerja tingkat resiko
bahaya kebakaran sedang II, sedang
III dan berat.
TUGAS AHLI K3
 Membantu mengawasi pelaksanaan per-U-Uan.
 Memberikan laporan kepada menteri / pejabat
yang ditunjuk.
 Merahasiakan segala keterangan tentang
rahasia perusahaan.
 Memimpin penanggulangan kebakaran.
 Menyusun program kerja / kegiatan.
 Mengusulkan anggaran, sarana & fasilitas
penanggulangan kebakaran.
 Koordinasi dengan instansi terkait.
KEWENANGAN AK3

 Memerintahkan menghentikan dan


menolak pelaksanaan pekerjaan yang
dapat menimbulkan kebakaran /
peledakan.

 Meminta keterangan atau informasi


mengenai pelaksanaan syarat-syarat,
K3 di bidang kebakaran di tempat kerja.
INSTRUKSI MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI
NOMOR : 11 tahun 1997
Ditujukan :
Kepada : Para Kepala Kantor Wilayah
Departemen Tenaga Kerja di seluruh Indonesia.
Untuk :
1. Mengadakan koordinasi dengan Instansi/
Dinas terkait dalam rangka upaya-upaya
peningkatan penerapan norma-norma
keselamatan kerja di bidang penaggulangan
kebakaran antara lain:
− Penerapan syarat-syarat K3 dlm mekanisme
perizinan IMB, IPB, HO dan lain-lain.
− Pembinaan/penyuluhan/pelatihan penanggu
langan bahaya kebakaran.
− Pemeriksaan/investigasi/analisa kasus kbkrn.
2. Meningkatkan pemeriksaan secara intensif
tempat-tempat kerja yg berpotensi bahaya
kebakaran tinggi dg menugaskan pegawai
pengawas terutama yg telah mengikuti Diklat
Spesialis penanggulangan kebakaran.

3. Melaksanakan pengawasan pemasangan
sarana proteksi kebakaran pada proyek
konstruksi bangunan.
4. Melaksanakan instruksi ini dengan penuh
tanggung jawab sesuai ketentuan yang
berlaku dan petunjuk teknis terlampirkan.
Melaporkan pelaksanaannya kepada Menteri.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai