Anda di halaman 1dari 34

Kajian jurnal diagnostik

Deteksi antigen feses versus 13C-urea breath


test sebagai metode non invasive penegakan
diagnosis infeksi Helicobacter pylori pada
anak-anak untuk fasilitas kesehatan dengan
sarana terbatas
El-Shabrawi M, El-Aziz NA, El-Adly TZ, Hassanin F, Eskander A, Abou-
Zekri, et.al. Stool antigen detection versus 13C-urea breath test for non-
invasive diagnosis of pediatric Helicobacter pylori infection in a limited
resource setting. Arch Med Sci. 2016;116:1-5.

Septina Ayu Samsiati


MS-PPDS Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Skenario kasus
Seorang dokter di RSUD memiliki beberapa pasien anak yang terdiagnosis dengan
dyspepsia. Kebanyakan adalah pasien anak rujukan dari Puskesmas dengan
riwayat nyeri perut di ulu hati yang berulang. Pasien-pasien tersebut beberapa
kali telah diberikan terapi simptomatik namun tidak membaik.
Dokter tersebut merasa bahwa ia perlu memeriksa kemungkinan adanya infeksi
Helicobacter Pylori pada beberapa pasien tersebut, namun kebanyakan orangtua
pasien menolak karena harus dirujuk ke Rumah Sakit Pusat yang jauh dan
beberapa juga menolak ketika dijelaskan mengenai prosedur endoskopi dan
biopsy yang mungkin akan perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis
tersebut. Dokter tersebut merasa sayang sekali karena seandainya saja dia dapat
mengetahui ada tidaknya infeksi H.pylori pada anak-anak tersebut, tentu dapat
ditangani di RSUD terlebih dulu tanpa perlu merujuk ke Rumah sakit pusat.
Dokter tersebut berencana mengajukan kepada Tim direksi untuk pengadaan
pemeriksaan H.pylori dan menemukan bahwa terdapat pilihan pemeriksaan
H.pylori yang non-invasive, diantaranya Urea breath test dan tes antigen feses
untuk H Pylori. Melihat kemudahan dalam pelaksanaan tes antigen feses,dokter
tersebut jadi ingin mengetahui bagaimana performa alat tersebut dibandingkan
P I C O
Problems/
Intervention Comparison Outcome
patients
Anak-anak
Pemeriksaan Pemeriksaan
usia 2-15 Infeksi
specimen tinja dengan urea
tahun dengan dengan HpSA Helicobacter
keluhan breath test
test pylori
dyspepsia

Pertanyaan Klinis
Bagaimana performa tes antigen tinja dibandingkan dengan
urea breath test untuk penegakkan diagnosis infeksi
Helicobacter pylori?
Search in search engine  science direct
Kata kunci : Helicobacter pylori, non invasive,
stool, diagnosis, pediatric
Latar belakang
• Infeksi Helicobacter pylori merupakan masalah global 
±50% populasi dunia (N.Eng. J.Med 2010)
• Di Jakarta, prevalensi infeksi H. pylori berdasarkan
pemeriksaan serologi pada 150 murid Sekolah Dasar
didapatkan angka sebesar 27% dan 90% dari mereka yang
mempunyai seropositif ditemukan H. pylori pada
lambungnya.
• Infeksi H. pylori  risiko terjadinya gastritis kronik,
penyakit ulkus peptikum/ peptic ulcer disease (PUD),
gastric mucosal-associated lymphoid tissue (MALT)
lymphoma, dan adenokarsinoma lambung.
• Pengetahuan mengenai prevalensi infeksi H.pylori pada
anak dan implikasinya terhadap kesehatan , mendorong
berbagai penelitian untuk mengembangkan metode
diagnostik yang mudah pengaplikasiannya pada anak-
anak dan juga memiliki akurasi yang tinggi
• Penelitian ini ingin membandingkan performa dari Urea
breath test dan tes antigen feses dalam penegakkan
diagnosis H.pylori pada setting fasilitas kesehatan dengan
sumber daya terbatas

El-Shabrawi M, El-Aziz NA, El-Adly TZ, Hassanin F, Eskander A, Abou-


Zekri, et.al. Stool antigen detection versus 13C-urea breath test for non-
invasive diagnosis of pediatric Helicobacter pylori infection in a limited
resource setting. Arch Med Sci. 2016;116:1-5.
Tujuan penelitian
• Untuk mengetahui performa tes antigen feses
dibandingkan dengan Urea breath test dalam penegakkan
diagnosis infeksi H.pylori pada anak anak
Metode penelitian
Lokasi
Waktu penelitian
penelitian Cairo
Juni 2012 - University
Maret 2013 Children’s
Hospital

Subjek
penelitian
Desain
penelitian
60 pasien poli
anak dengan
Cross sectional
keluhan
dyspepsia
Ethical clearance
• Penelitian ini telah disetujui oleh komite etik Fakultas
Kedokteran Universitas Kairo.
• Informed consent telah diberikan dan didapatkan dari
seluruh orangtua pasien yang menjadi subyek penelitian
Subyek penelitian

total sejumlah 60 sampel darah


anak dengan keluhan recurrent
abdominal pain yang kontrol di
poli anak dari Juni 2012– Maret
2013 (n= 60)
Hasil penelitian
Hasil perbandingan dari tes antigen tinja dibandingkan dengan pemeriksaan Urea
breath test (n= 60)

Sensitivity , 89,5%, specificity, 95,5%; positive predictive Value 97,1%; negative


Predictive value 84% and diagnostic accuracy, 91,7%
Diskusi
• Pengetahuan mengenai infeksi H.pylori pada anak dan
implikasinya terhadap ekonomi, etika dan Ilmu Kesehatan
masyarakat telah mendorong berbagai studi untuk metode
diagnosis yang akurat dan non-invasive
• Pada studi ini, dari 60 anak dengan dyspepsia 38 (63,3%)
didapatkan hasil positif H.Pylori dengan pemeriksaan UBT
• Hasil studi menggunakan HpSA menunjukkan sensitivitas
89,5%, spesifiitas 95,5% dan akurasi sebesar 91,7%
dibandingkan dengan Urea Breath test baik dipergunakan
untuk diagnostic maupun evaluasi pengobatan
• Tes antigen feses cocok diterapkan di fasilitas kesehatan yang
terbatas sarana prasarananya
• Dibandingkan dengan UBT, tes antigen
feses lebih mudah diaplikasikan untuk
pasien anak-anak
TELAAH KRITIS
Apakah hasil dari penelitian uji
diagnosis ini valid?
1. Apakah dilakukan suatu pembandingan yang independen dan
dibutakan dengan standar referensi (gold standard) diagnosis?
• Ya. Pada seluruh subyek penelitian dilakukan pemeriksaan Urea
breath test. Pemeriksaan ini yang dijadikan baku emas dalam
penelitian ini. Sebagai perbandingan, Sample feses subyek penelitian
juga diperiksa menggunakan tes antigen feses (One step H.Pylori
antigen test device, ACON Laboratories) .
• Tidak dijelaskan secara lugas mengenai metode blinding yang
dilakukan, namun dijelaskan bahwa pasien yang memenuhi kriteria
inklusi diambil terlebih dahulu sampel feses, baru kemudian pasien
tersebut dipondokkan dan puasa semalam untuk kemudaian
menjalani urea breath test.
• Sehingga tenaga pembacaan hasil antigen feses dibutakan terhadap
hasil standar referensi (gold standard).
2. Apakah tes diagnosis ini dievaluasi pada spektrum pasien yang
tepat (seperti pada pasien yang biasanya akan kita ukur dengan tes
tersebut)?
• Ya, tes diagnosis ini dievaluasi pada pasien anak-anak dengan rentang
usia 2-16 tahun dengan keluhan recurrent abdominal pain, muntah
persisten, hematemesis dan growth failure

3. Apakah standar referensi uji diaplikasikan terlepas dari hasil tes


diagnosis?
• Ya, pemeriksaan tes antigen feses H.pylori Stool antigen dikerjakan
pada semua subyek penelitian, terlepas apapun hasil uji diagnosis
yang menjadi baku emas.

Penelitian uji diagnostik ini valid


Apakah bukti mengenai aspek
diagnosis ini penting?
Normogram
• Rasio likelihood pada uji diagnostik
ini sebesar 19,8 sehingga
menghasilkan perubahan yang
bermakna dari pre test probability
63% menjadi post test probability
95%. Tes diagnosis yang
menghasilkan perubahan besar dari
pre test probability menjadi post test
probability adalah penting

Simpulan : Hasil dari


penelitian yang valid ini
penting
Apakah hasil penelitian yang valid
dan penting ini dapat diterapkan
pada pasien kita?

• Apakah posedur tes ini tersedia, terjangkau,


akurat, dan tepat untuk pasien di wilayah ini?
• Iya . Prosedur tes ini belum tersedia di RS Sardjito,
tetapi dapat didapatkan dengan harga terjangkau
dari beberapa distributor alat kesehatan.
• Apakah kita dapat secara klinis melihat estimasi pre test
probability (prTP) pasien kita?
• Ya. infeksi Helicobacter pylori masih menjadi masalah
kesehatan pada negara berkembang. Di Jakarta, prevalensi
infeksi H. pylori berdasarkan pemeriksaan serologi pada 150
murid Sekolah Dasar didapatkan angka sebesar 27% dan
90% dari mereka yang mempunyai seropositif ditemukan H.
pylori pada lambungnya.
Apakah pasien pada tes diagnosis
tersebut serupa dengan pasien kita?
• Ya.
• Pasien pada tes diagnosis tersebut serupa dengan
pasien kita, dimana pasien yang diikutkan dalam
penelitian adalah pasien anak di poli anak University
Cairo Children Hospital usia 2-16 dengan keluhan
dyspepsia.

• Prevalensi infeksi H.Pylori Cairo dikatakan 46%


• Prevalensi infeksi H.Pylori Indonesia  Makasar 55%,
Solo 51,8%, Yogyakarta 30,6%, Surabaya 23,5%
• Syam AF, Abdullah M, Rani AA, et al. Evaluation of the use of rapid urease
test: Pronto Dry to detect H pylori in patients with dyspepsia in several cities
in Indonesia. World J Gastroenterol 2006;12:6216-8.
• Apakah hasil post test probability berpengaruh pada
penanganan terhadap pasien kita ? Dapatkah hal ini
melampaui ambang batas terapi (test treatment
thresholds)?
• Ya, Dalam penelitian ini tidak dijelaskan mengenai ambang
batas terapi tetapi dengan melihat nilai pretest probability
pada rapid test HbsAg sebesar 63% dan post test probability
95% serta Youden index sebesar 85% menunjukkan hasil
tersebut bermakna dalam mempengaruhi keputusan terhadap
penanganan pasien kita sehingga pemeriksaan rapid test
antigen feses dapat digunakan sebagai alat diagnosis untuk
infeksi Helicobacter pylori sehingga dapat dilakukan
penanganan yang komprehensif dan sesuai standar
Apakah pasien kita dapat diajak
bekerjasama sebagai mitra yang baik
(willing partner)?

• Ya. Pasien kita adalah anak-anak, sehingga yang memberikan


persetujuan (informed consent) untuk dilakukan tes diagnosis
adalah orang tua pasien. Prosedur pelaksanaan tes tidak
invasive dan jauh lebih sederhana dibandingkan dengan Urea
Breath test, sehingga kemungkinan besar orang tua akan
menyetujui tindakan diagnosis tersebut dan dapat bekerja sama
dengan baik.
• Apakah konsekuensi dari tes tersebut akan menolong
pasien kita untuk mencapai tujuan?
• Ya. Dengan penegakan diagnosis yang tepat dan cepat, kita
dapat melakukan rencana penanganan segera pada pasien
dengan infeksi Helicobacter pylori sehingga pasien dapat
terhindar dari komplikasi lebih lanjut.

Simpulan
• Uji diagnostik pada jurnal ini valid dan penting
dan dapat diterapkan pada pasien kita
• Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai