Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

BRONCHiolitis
Dr. Hilda Permana
Pembimbing: dr. Yuni Sp.A
PEMBAHASAN
DEFINISI

Inflamasi paru yang terfokus pada area bronkiolus dan


memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat
mengakibatkan obstruksi saluran respiratori dan
menyebabkan konsolidasi yang merata ke lobulus yang
berdekatan. (Nelson,2013)
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Lahir - 20 hari Bakteri Bakteri
E.colli Bakteri anaerob
Streptococcus grup B Streptococcus grup D
Listeria monocytogenes Haemophillus influenza
Streptococcus pneumonie
Virus
CMV
HMV
3 miggu – 3 bulan Bakteri Bakteri
Clamydia trachomatis Bordetella pertusis
Streptococcus pneumoniae Haemophillus influenza tipe B
Virus Moraxella catharalis
Adenovirus Staphylococcus aureus
Influenza Virus
Parainfluenza 1,2,3 CMV
4 bulan – 5 tahun Bakteri Bakteri
Clamydia pneumonia Haemophillus influenza tipe B
Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis
Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus
Virus Neisseria meningitides
Adenovirus Virus
Rinovirus Varisela Zoster
Influenza
Parainfluenza
5 tahun – remaja Bakteri Bakteri
Clamydia pneumonia Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumoniae Legionella sp
Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus
Virus
Adenovirus
Epstein-Barr
Rinovirus
Varisela zoster
Influenza
Parainfluenza
PATOFISIOLOGI
• Mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori.
• Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya.
• Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN,
fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut
stadium hepatisasi merah.
• Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
kelabu.
• Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi,
fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi.
Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung GEJALA KLINIS
pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai
berikut:
• Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah,
malaise, penurunan napsu makan, keluhan gastrointestinal
seperti mual, muntah atau diare; kadang-kadang ditemukan
gejala infeksi ekstrapulmoner.
• Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas,
retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger,
merintih, dan sianosis. (Suprianto, 2006) Keluhan Utama:
Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang:
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Sesak terjadi pada saat batuk,
apabila sesak muka anak menjadi biru. Ibu pasien
mengatakan ini pertama kali anak sesak. Serta ada keluhan
batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan panas
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Tadi pagi, pasien
datang ke poli anak RSUD Genteng, namun menolak
untuk masuk rumah sakit.
PEMERIKSAAN
Suara napas yang melemah seringkali ditemukan pada
FISIK
auskultasi. Ronkhi basah halus yang khas untuk pasien yang lebih
besar, mungkin tidak terdengar pada bayi. Pada bayi dan balita
kecil karena kecilnya volume thoraks biasanya suara napas saling
berbaur, dan sulit untuk diidentifikasi. (Suprianto, 2006)
Who merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan retraksi
subkosta untuk mengklasifikasikan pneumonia di negara berkembang. Berikut
klasifikasi pneumonia berdasarkan WHO :
Bayi usia < 2 bln :
- Pneumonia berat : napas cepat (≥ 60 kali/menit) atau retraksi yang berat
- Pneumonia sangat berat : tidak mau menetek atau minum, kejang, letargis, demam
atau hipothermia, bradipnea, atau pernapasan irreguler
Usia 2 bulan- 5 tahun :
- Pneumonia ringan : napas cepat (≥ 50 kali/menit pada usia 2bulan-1tahun, dan ≥
40 kali/menit pada usia >1-5 tahun)
- Pneumonia berat : retraksi
- Pneumonia sangat berat : tidak dapat makan atau minum, kejang, letargis,
malnutrisi
Keadaan Umum: Sesak
Kesadaran: Somnolen
Tanda-tanda Vital:
Nadi: 130x/menit
RR: 58 x/menit
Suhu: 37.7 ° C
BB: 3600 g
𝒏
BBI: + 4 = 5500 gram
𝟐
Plot Grafik Z score: BB/U: Diantara -2SD dan +2SD
(Gizi baik)
Pemeriksaan Fisik
Kepala/ Leher: anemis -/-, ikterus -/-, cyanosis +, dyspnea +, nafas
cuping hidung +, pembesaran KGB (–)
Thorax:
• Pulmo: Ronkhi (+/+), wheezing (-/-), vesikuler +/+, retraksi
interkostal dan dinding bawah thorax
• Cor: S1S2 reguler, murmur (+), gallop (-)
Abdomen: Bising usus (+) normal, soefl, hepar dan lien tidak teraba,
timpani seluruh lapangan abdomen
Extremitas: Akral hangat, kering, merah, edema -/-
Pemeriksaan Penunjang:
1. Laboratorium: Darah Lengkap
2. Foto Thorax
3. Pemeriksaan Mikrobiologi

Darah Lengkap
Hb: 15.9 g/dl Leukosit: 8.13 x 103 ul
Hct: 50.3 Eos: 0,2 %
RBC: 5.87 x 106 ul Bas: 0.2%
MCV: 85.7 fl Neu: 32.4%
MCH: 27.1 pg Lym: 58.5%
MCHC 31.6 g/dl Mon: 8.7%
Trombosit: 389 x 103 ul
Gambaran foto rontgen thoraks pneumonia pada anak meliputi infiltrat
ringan pada satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada
suatu penelitian ditemukan bahwa lesi pneumonia pada anak terbanyak
berada di paru kanan, terutama di lobus atas. Bila ditemukan di paru kiri,
dan terbanyak di lobus bawah, maka hal itu merupakan prediktor
perjalanan penyakit yang lebih berat dengan risiko terjadinya pleuritis
lebih meningkat. Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah
pengobatan. (lynch dkk, 2004)
Diagnosis Gejala klinis yang ditemukan
Bronkiolitis - episode pertama wheezing pada anak umur < 2 tahun D
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang I
- gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai kurang atau tidak ada
respon dengan bronkodilator
A
Tuberculosis (TB) - riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa G
- uji tuberculin positif (≥10 mm, pada keadaan imunosupresi ≥ 5 mm)
- pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan menurun N B
demam (≥ 2 minggu) tanpa sebaba yang jelas
-
- batuk kronis (≥ 3 minggu)
O A
pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal yang spesifik. S N
Pembengkakan tulang/sendi punggung, panggul, lutut, falang.
I D
S I
Asma - riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan dengan
batuk dan pilek
N
-
-
hiperinflasi dinding dada
ekspirasi memanjang
G
berespon baik terhadap bronkodilator
PENATALAKSANAAN

Pasien dengan saturasi oksigen ≤92% pada saat


bernapas harus diberikan terapi oksigen dengan
nasal kanul, head box, atau sungkup untuk
mempertahankan saturasi oksigen >92%
(IDAI,2009)

Terapi:
O2 nasal canul 1 lpm saturasi 95%
IVFD Kaen 3b 9tpm mikro
Inj ampicillin 3x 100mg
Inj gentamisin 2x 10mg
Paracetamol drop 3x 0,4cc
Ambroxol drop 3x 0,2cc
Nebul PZ 2x1
Monitor: keluhan, tanda-tanda vital (nadi, rr, suhu), nutrisi
KOMPLIKASI

• Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps


paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
• Empiema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
• Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
• Infeksi sitemik
• Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
• Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai