Pasien Tuberkulosis
PELATIHAN TB DOTS
BAGI PETUGAS DOKTER DAN PETUGAS KESEHATAN
DI BEST WESTERN PREMIER SOLO BARU
20 – 24 FEBRUARI 2017
1
Deskripsi Singkat
2
tatalaksana pengobatan pasien Tuberkulosis (TB) adalah mengobati
semua pasien TB yang ditemukan dengan keberhasilan pengobatan
setinggi-tingginya, sehingga dapat memutus rantai penularan
penyakit ini.
pengelola Program TB, dalam hal ini yang dimaksud adalah Wasor
TB, mempunyai peran penting membantu para pelaksana Program
TB di Fasilitas Kesehatan ( faskes ) agar petugas melaksanakan
kegiatan dengan baik dan benar.
3
Materi Tatalaksana Pengobatan Pasien Pasien TB ini menguraikan
tentang
5
Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU )
setelah menyelesaikan materi ini, peserta latih
mampu memahami tatalaksana pengobatan pasien TB
6
Tujuan Pembelajaran Khusus ( TPK )
setelah menyelesaikan materi ini, peserta latih mampu :
8
A. Tujuan dan Prinsip Pengobatan Pasien TB
A.1. Tujuan
A.2. Prinsip
9
C. Pengobatan TB
D.1. TB Dewasa
D.2. TB Anak
D.3. TB-HIV
D.4. TB Resistan Obat
10
F. Pemantauan Hasil Pengobatan
F.1. TB Dewasa
F.2. TB Anak
F.3. TB-HIV
F.4. TB Resistan Obat
11
Metode Pembelajaran
12
• Paparan-Tanya-Jawab
• Curah Pendapat
• Pembelajaran dalam Kelas
• Tugas Baca
• Penugasan ( Latihan Soal )
13
Uraian Materi
14
A. Tujuan dan Prinsip Pengobatan Pasien TB
A.1. Tujuan Pengobatan
15
A.2. Prinsip Pengobatan
Tahap Awal
18
o bila pengobatan tahap awal diberikan secara tepat, potensi
penularan menurun dalam kurun waktu 2 minggu.
o setelah menjalani pengobatan tahap awal, sebagian besar
pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif ( konversi ).
Tahap Lanjutan
20
Rifampisin (R)
Pirazinamid (Z)
Streptomisin (S)
o bersifat bakterisid
o dosis harian yang dianjurkan 15 mg / kg BB
o Untuk pasien berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 g /
hari, sedangkan untuk pasien berumur 60 tahun atau lebih
diberikan 0,50 g / hari.
22
Etambutol (E)
o Bersifat bakteriostatik
o Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan tahap lanjutan diberikan 3 kali seminggu dengan
dosis 30 mg/kg BB.
23
24
Dosis yang direkomendasikan
Jenis OAT Sifat ( mg / kg )
Harian 3 x seminggu
Isoniasid (H) Bakterisid 5 10
(4-6) (8-12)
Rifampisin (R) Bakterisid 10 10
(8-12) (8-12)
Pirazinamid (Z) Bakterisid 25 35
(20-30) (30-40)
Streptomisin (S) Bakterisid 15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15 30
(15-20) (20-35)
25
B.2. Paduan OAT
26
paket kombinasi dosis tetap / fixed dose combination ( KDT /
FDC ), merupakan kombinasi 2 atau 4 jenis OAT, dalam 1 tablet,
dosis sama pada tiap tablet nya, pemakaian dosis disesuaikan
BB, tersedia :
27
o dibandingkan dengan bentuk obat yang tidak dikombinasi
atau bentuk lepas, OAT KDT mempunyai keuntungan
30
C. Pengobatan Pasien TB
C.1. Pengobatan TB pada Dewasa
31
tahap awal tahap lanjutan
setiap hari / 56 hari 3 kali per minggu / 16 minggu
BB ( KG )
RHZE RH
( 150 / 75 / 400 / 275 ) ( 150 / 150 )
32
Dosis per hari / kali
Jumlah
hari / kali
tahap lama Tablet Kaplet Tablet Tablet menelan
Isoniasid Rifampisin Pirazinamid Etambutol obat
300 mg 450 mg 500 mg 250 mg
awal 2 bulan 1 1 3 3 56
lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
33
Kategori 2 : 2 (HRZE) S / (HRZE) / 5 (HR)3 E3, adalah untuk
pasien TB yang sudah pernah diobati sebelumnya ( ulang )
34
tahap awal tahap lanjutan
BB ( KG ) setiap hari 3 kali seminggu
RHZE ( 150 / 75 / 400 / 275 ) + S RH ( 150 / 150 ) + E ( 400 )
35
Etambutol
Jumlah
tablet kaplet tablet
Streptomisin hari / kali
tahap lama Isoniasid Rifampisin Pirazinamid
tablet tablet injeksi menelan
300 mg 450 mg 500 mg
250 mg 400 mg obat
2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
awal
1 bulan 1 1 3 3 - - 28
lanjutan 5 bulan 2 1 - 1 2 - 60
36
o untuk pasien berumur > 60 tahun dosis maksimal
streptomisin : 500 mg tanpa memperhatikan berat badan.
o untuk perempuan hamil pengobatan TB keadaan khusus.
o cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan
menambahkan aquabidest sebanyak 3,7 ml sehingga
menjadi 4 ml. ( 1 ml = 250 mg ).
o pnggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida
( seperti kanamisin-Km ) dan golongan kuinolon tidak dianjur
kan diberikan
37
2 ( RHZE ) / 4 ( RH ) 3
38
C.2. Pengobatan TB pada Anak
39
• beberapa hal penting dalam tatalaksana TB Anak adalah:
40
C.2.a. Prinsip Pengobatan TB pada Anak
41
pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap :
42
o selama tahap awal dan lanjutan, OAT pada anak
diberikan setiap hari untuk mengurangi ketidak
teraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika
obat tidak diminum setiap hari.
43
o pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB,
perikarditis TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan
peritonitis TB, diberikan kortikosteroid ( prednison )
dosis 1-2 mg / kg BB / hari, dibagi dalam 3 dosis.
o dosis maksimal prednison adalah 60 mg/hari.
o lama pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu
dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam
jangka waktu yang sama.
o tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses
inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.
44
paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program
Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah :
45
Berat Badan 2 bulan 4 bulan
( kg ) RHZ ( 75 / 50 / 150 ) RH ( 75 / 50 )
47
obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah /
di kulum ( chewable ), atau dimasukkan air dalam sendok
( dispersable ).
obat diberikan pada saat perut kosong, atau paling cepat
1 jam setelah makan
apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka
semua obat tidak boleh digerus bersama dan dicampur
dalam satu puyer
pada kondisi tertentu misalnya terjadi efek samping OAT,
dapat menggunakan OAT obat lepas
48
mengacu kepada upaya Program Nasional Pengendalian
TB, setelah pemberian pengobatan selama 6 bulan, dapat
dilaporkan sebagai pasien dengan hasil akhir : Pengobatan
Lengkap.
49
Dosis
Dosis harian
maksimal
Nama Obat ( mg / kg BB / hari ) Efek samping
( mg / hari )
Isoniazid (H) 10 (7-15) 300 Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitis
Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,
Rifampisin (R) 15 (10-20) 600 trombositopenia, peningkatan enzim hati,
cairan tubuh berwarna oranye kemerahan
Pirazinamid (Z) 35 (30-40) - Toksisitas hepar, artralgia, gastrointestinal
Neuritis optik, ketajaman mata berkurang,
Etambutol (E) 20 (15–25) - buta warna merah hijau, hipersensitivitas,
gastrointestinal
Streptomisin (S) 15 – 40 1000 Ototoksik, nefrotoksik
50
tahap tahap
Jenis Prednison Lama
awal lanjutan
TB Anak -
2 HRZ 4 HR
Efusi pleura TB 2 minggu dosis penuh-tappering off 6 bulan
atau
Meningitis TB 4 minggu dosis penuh-tappering off
+S
Peritonitis TB hanya untuk 2 minggu dosis penuh-tappering off
10 HR 12 bulan
meningitis
Perikarditis TB TB / skeletal 2 minggu dosis penuh-tappering off
TB
Skeletal TB -
51
C.2.b. Pengobatan Ulang pada TB Anak
52
apabila hasil pemeriksaan dahak menunjukkan hasil
positif, maka anak diklasifikasikan sebagai kasus kambuh.
pada pasien TB anak yang pernah mendapat pengobatan
TB, tidak dianjurkan untuk dilakukan uji tuberkulin ulang.
paduan obat yang diberikan adalah sesuai penyakitnya
saat ini.
53
C.2.c. Efek Samping Pengobatan pada TB Anak
54
untuk pencegahan neuritis perifer, apabila tersedia
piridoksin 10 mg / hari direkomendasikan diberikan pada :
55
C.2.d. Tatalaksana Pengobatan TB Anak yang Tidak Teratur
57
Umur HIV Hasil pemeriksaan Tata laksana
Balita (+) / (-) Sehat, Kontak (+), Uji tuberkulin (-) PP-INH
58
obat yang diberikan adalah INH ( Isoniazid ) dengan dosis
10 mg / kg BB ( 7-15 mg / kg ) setiap hari selama 6
bulan.
59
o jika terbukti sakit TB, pengobatan harus segera ditukar
ke rejimen terapi TB anak dimulai dari awal
63
C.3.b. Pada HIV Positif Anak
64
o apabila dalam 12 minggu tidak dijumpai kecurigaan ke
arah TB, maka pemeriksaan berkala boleh dihentikan.
o atau bila anak sakit berat.
66
pada meningitis TB, TB milier dengan distress
pernapasan, efusi pleura dan efusi perikardial diberikan
tambahan kortikosteroid berupa prednison 1 mg / kg BB /
hari dibagi 3 dosis selama 6 minggu, selanjutnya di-
tapering-off selama 6 minggu.
67
Pemberian ART pada anak dengan ko-infeksi TB-HIV
68
o sindrom pulih imun adalah kumpulan tanda dan
gejala akibat menurunnya kemampuan respon imun
tubuh anak terhadap antigen atau organisme yang
dikaitkan dengen pemberian ARV.
o SPI biasa timbul dalam 2 -12 minggu inisiasi ARV,
dengan gejala dan tanda seperti : infeksi subklinis
yang tidak tampak seperti TB, atau seperti TB yang
aktif kembali, atau juga munculnya abses pada
tempat vaksinasi BCG atau limfadenitis BCG.
o pilihan ART pada anak dengan ko-infeksi TB HIV
mengacu pada pedoman tatalaksana HIV pada anak
69
Pencegahan TB pada anak terinfeksi HIV
70
C.4. Pengobatan TB Resistan Obat
72
prinsip dasar paduan pengobatan untuk anak sama
dengan paduan obat untuk dewasa, obat-obat yang
dipakai juga sama, dengan penyesuaian dosis berdasar
kan BB anak
76
lama pengobatan seluruhnya paling sedikit 18 bulan
setelah terjadi konversi biakan, berkisar 20-24 bulan.
Informasi lengkap mengenai pengobatan pasien TB
RESISTAN OBAT dibahas pada di Juknis MTPTRO
( Permenkes 13 / 2013 ).
77
C.4.c. Tahapan Pengobatan TB Resistan Obat
tahap awal
78
o dasar strategi pengobatan untuk Manajemen Terpadu
Pengendalian TB Resistan Obat ( MTPTRO ) adalah
pengobatan rawat jalan ( ambulatoir ) secara penuh
yang diawasi secara langsung oleh petugas kesehatan
yang terlatih.
79
• Inisiasi Pengobatan
80
TAK membuat surat pengantar ke faskes tujuan,
dan diinformasikan ke wasor provinsi / kabupaten-
kota yang bersangkutan ( desentralisasi )
81
tahap lanjutan
82
• suntikan 5x seminggu
• obat oral 7x seminggu
tahap awal
• jumlah dosis oral minimal 224
• jumlah dosis suntikan minimal 160
Tambah 18 bulan
Bulan 3-4 8 bulan 13 – 14 bulan
Baru dari bulan konversi
Kehamilan
85
o streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena
bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier
placenta, sehingga dapat menyebabkan gangguan
pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi
yang akan dilahirkan.
o perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan
pengobatannya sangat penting artinya supaya proses
kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan
dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB.
86
Ibu menyusui dan Bayi nya
87
o ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan, bayi dapat terus disusui.
o pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi
tersebut sesuai dengan berat badannya.
88
o seorang pasien TB sebaiknya mengggunakan kontrasepsi
non-hormonal, atau kontrasepsi yang mengandung estrogen
dosis tinggi ( 50 mcg ).
89
o pada keadaan dimana pengobatan TB sangat diperlukan,
maka dapat diberikan streptomisin (S) dan Etambutol (E)
maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan di
lanjutkan Rifampisin (R) dan Isoniasid (H) selama 6 bulan.
90
o kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali maka OAT
tidak diberikan, dana apabila peningkatan SGOT dan SGPT
terjadi setelah dalam pengobatan, maka OTA dihentikan.
o kalau peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan dapat
dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat.
o pasien dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh
digunakan, dan paduan OAT yang dapat dianjurkan adalah
2 RHES / 6 RH atau 2 HES / 10 HE.
91
Pasien TB dengan gagal ginjal
92
o apabila fasilitas pemantauan faal ginjal tersedia, Etambutol
dan Streptomisin tetap dapat diberikan dengan dosis yang
sesuai faal ginjal saat itu
o paduan OAT yang paling aman untuk pasien dengan gagal
ginjal adalah 2 HRZ / 4 HR.
93
o penggunaan Rifampisin dapat mengurangi efektifitas obat
oral anti diabetes ( sulfonil urea ) sehingga dosis obat anti
diabetes perlu ditingkatkan.
o Insulin dapat digunakan untuk mengontrol gula darah,
setelah selesai pengobatan TB, dilanjutkan dengan anti
diabetes oral.
o pada pasien Diabetes Mellitus sering terjadi komplikasi
retinopathy diabetika, oleh karena itu hati-hati dengan
pemberian etambutol, karena dapat memperberat kelainan
tersebut.
94
Pasien TB yang perlu mendapat tambahan kortikosteroid
• Meningitis TB
• TB milier dengan atau tanpa meningitis
• TB dengan Pleuritis eksudativa
• TB dengan Perikarditis konstriktiva.
95
o selama fase akut prednison diberikan dengan dosis 30-40
mg per hari, kemudian diturunkan secara bertahap.
o lama pemberian kortikosteroid disesuaikan dengan jenis
penyakit dan kemajuan pengobatan.
Indikasi operasi
96
• untuk TB paru :
97
• untuk TB ekstra paru :
98
D. Efek Samping OAT
sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan
tanpa mengalami efek samping OAT yang berarti,
beberapa pasien mengalami efek samping berat.
guna mengetahui terjadinya efek samping OAT, sangat penting
untuk memantau kondisi klinis pasien selama masa pengobatan,
petugas kesehatan dapat memantau terjadinya efek samping
dengan cara mengajarkan kepada pasien unuk mengenal
keluhan dan gejala umum efek samping serta menganjurkan
mereka segera melaporkan kondisinya kepada petugas
kesehatan.
99
selain daripada hal tersebut, petugas kesehatan harus selalu
melakukan pemeriksaan dan aktif menanyakan keluhan pasien
pada saat mereka datang ke faskes untuk mengambil obat.
efek samping yang terjadi pada pasien dan tindak lanjut yang
diberikan harus dicatat pada kartu pengobatannya.
secara umum, seorang pasien yang mengalami efek samping
ringan sebaiknya tetap melanjutkan pengobatannya dan diberi
kan petunjuk cara mengatasinya atau pengobatan tambahan
untuk menghilangkan keluhannya.
100
apabia pasien mengalami efek samping berat, pengobatan harus
dihentikan sementara dan pasien dirujuk kepada dokter atau
faskes rujukan guna penatalaksanaan lebih lanjut.
pasien dengan efek samping berat sebaiknya dirawat di RS
101
Efek Samping Ringan Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu makan, mual, H, R, Z OAT ditelan malam sebelum tidur. Apabila keluhan tetap
sakit perut ada, OAT ditelan dengan sedikit makanan
Nyeri Sendi Z Beri Aspirin, Parasetamol atau obat anti radang non steroid
Flu sindrom (demam, R dosis Pemberian R dirubah dari intermiten menjadi setiap hari
menggigil, lemas, sakit kepala, intermiten
nyeri tulang)
102
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Bercak kemerahan kulit (rash) dengan atau tanpa rasa Ikuti petunjuk penatalaksanaan
H, R, Z, S
gatal dibawah *.
Bingung, mual muntah (dicurigai terjadi gangguan Semua OAT dihentikan, segera
Semua jenis OAT
fungsi hati apabia disertai ikterus ) lakukan pemeriksaan fungsi hati.
104
E. Pengawas Menelan Obat
salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT
jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin
keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.
Persyaratan PMO
106
o bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO
dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK,
atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
107
o mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu
yang telah ditentukan,
o memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang
mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera
memeriksakan diri ke Fasilitas Kesehatan.
o tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban
pasien mengambil obat dari Fasilitas Kesehatan.
108
Kerjakan Soal Latihan-1
109
F. Pemantauan Hasil Pengobatan
F.1. Pada TB Dewasa
111
KATEGORI BULAN PENGOBATAN
PENGOBATAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Pasien pengobatan (====) (====) (====) (-------) (-------) (-------) (-------) (-------)
ulang X X X
BTA positif apabila hasilnya BTA apabila apabila
2(HRZE)S /(HRZE)/ positif *, lanjutkan hasilnya BTA hasilnya BTA
5(HR)ӡEӡ pengobatan dan positif **, positif **,
periksa kembali pada dinyatakan dinyatakan
bulan ke 5 gagal gagal
112
F.2. Pada TB Anak
114
sistem skoring hanya digunakan untuk diagnosis, bukan
untuk menilai hasil pengobatan.
setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihenti
kan dengan melakukan evaluasi baik klinis maupun
pemeriksaan penunjang lain seperti foto rontgen dada.
pemeriksaan tuberkulin tidak dapat digunakan sebagai
pemeriksaan untuk pemantauan pengobatan, karena uji
tuberkulin yang positif masih akan memberikan hasil yang
positif.
115
meskipun gambaran radiologis tidak menunjukkan
perubahan yang berarti, tetapi apabila dijumpai perbaikan
klinis yang nyata, maka pengobatan dapat dihentikan dan
pasien dinyatakan selesai.
pada pasien TB anak yang pada awal pengobatan hasil
pemeriksaan dahaknya BTA positif, pemantauan
pengobatan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
dahak ulang sesuai dengan alur pemantauan pengobatan
pasien TB BTA pos
116
F.2.b. Hasil Pengobatan Pasien TB Anak
118
konversi dahak dan biakan merupakan indikator respons
pengobatan, dimana konversi biakan adalah pemeriksaan biakan
2 kali berurutan dengan jarak pemeriksaan 30 hari menunjukkan
hasil negatif.
pemantauan yang dilakukan selama pengobatan meliputi
pemantauan secara klinis dan pemantauan laboratorium seperti
pada tabel berikut
119
Bulan pengobatan
Pemantauan
0 1 2 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Evaluasi Utama
Pemeriksaan dahak dan biakan
√ Setiap bulan pada tahap awal, setiap 2 bulan pada fase lanjutan
dahak
Evaluasi Penunjang
Evaluasi klinis (termasuk BB) Setiap bulan sampai pengobatan selesai atau lengkap
Uji kepekaan obat √ Berdasarkan indikasi
Foto toraks √ √ √ √
Ureum, Kreatinin √ 1-3 minggu sekali selama
suntikan
Elektrolit (Na, Kalium, Cl) √ √ √ √ √ √ √
EKG √ Setiap 3 bulan sekali
Thyroid stimulating hormon (TSH) √ √ √ √
Enzim hepar (SGOT, SGPT) √ Evaluasi secara periodik
Tes kehamilan √ Berdasarkan indikasi
Darah Lengkap √ Berdasarkan indikasi
Audiometri √ Berdasarkan indikasi
Kadar gula darah √ Berdasarkan indikasi
Asam Urat √ Berdasarkan indikasi
Test HIV √ dengan atau tanpa faktor risiko
120
Kerjakan Soal Latihan-2
121
G. Tatalaksana Berobat Tidak Teratur
122
H. Evaluasi Hasil Akhir Pengobatan
123
Hasil pengobatan Definisi
Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal pengobatan
Sembuh yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif dan
pada salah satu pemeriksaan sebelumnya.
Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dimana pada salah
Pengobatan lengkap satu pemeriksaan sebelum akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti
hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan atau kapan saja apabila selama
Gagal dalam pengobatan diperoleh hasil laboratorium yang menunjukkan adanya
resistensi OAT
Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai
atausedangdalampengobatan.
Putus berobat ( lost to Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang
follow-up ) Pengobatannya terputus selama 2 (dua) bulan terus menerus atau lebih.
125