Anda di halaman 1dari 31

PEMERIKSAAN FISIK MATA

OLEH: SHEREN BELLA RIDCA (21704101054)


PEMBIMBING: dr. Evy Sp. M

SMF ILMU KESEHATAN MATA


RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBHU BANGKALAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
PEMERIKSAAN FISIK PADA MATA
1. Anamnesa
a. Dilakukan dengan ramah
b. Mencatat identitas pasien
c. Menggali
1. keluhan utama
- penglihatan kabur
2. keluhan tambahan
- mata berair, lelah
- sering menyipitkan mata
- sakit kepala
- silau
- kelelahan setelah membaca
• - mata terasa pedas
3. perjalanan penyakit
d. Mengetahui riwayat keluarga, pengobatan dan penyakit terdahulu
2. INSPEKSI MATA
a). Inspeksi kelopak mata, bulu mata, dan apartus
lakrimal
>Kelopak mata: edem, lesi, ekimosis, entropion,
ekstropion, lagoftalmus, merah,ptosis
>bulu matadan alis mata: jaringan parut, trikiasis
>aparatus lakrimal: inflamasi, pembengkakan atau air
mata yang berlebihan
b). Inspeksi konjungitva
>konjungtiva tarsal superior: sikatriks, simblefaron
>konjungtiva tarsal inferior: sikatriks, hordeolum,
kalazion
>konjungtiva bulbi: injeksi konjungtival, injeksi siliar,
injeksi episklera
c). Inspeksi kornea, ruang anterior, dan iris
>kornea: arkus senil, edema, infiltrat, sikatriks
>COA: dalam, dangkal, hifema, hipopion
>iris: kripta utuh/tidak, radang, atrofi
d). Inspeksi pupil
Periksa kesamaan ukuran, bentuk, reaksi terhadap
cahaya, dan akomodasi pada pupil masing-masing
mata.
3. Palpasi mata
• Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan
nyeri tekan pada kelopak mata.
• Palpasi kantong lakrinal dengan menekankan jari
telunjuk pada lingkar orbital bawah pada sisi yang
paling dekat dengan hidung klien regurgitasi
abnormal materi purulen atau air mata adanya
sumbatan duktus nasolakrimal
PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN (
VISUS )
• Menentukan visus tiap mata:
a. Snellen chart : 6/6
b. Menghitung jari : 1/60 6/60
c. Gerakan tangan : 1/300
d. Penyinaran dengan cahaya :
> pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak
disinari dari segala posisi (nasal,temporal,atas,bawah)
maka tajam penglihatan V = 1/ ~ proyeksi baik (Light
Perception/LP).
> Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka
penilaian V = 1/ ~ (LP, proyeksi salah) .
Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan
dinilai V= 0.
Ukur kekuatan lensa sferis
• Dilakukan bila visus tidak normal(<6/6)
1.Pasang kacamata percobaan pada posisi yang tepat
(jauh)
2.Pasang penutup (occluder) di depan salah satu mata
yang belum akan diperiksa.
3.Kembali melihat Optotip Snellen.
• Letakkan lensa S+ atau lensa S- tergantung bertambah
terang atau tidak pada mata yang diperiksa. Tambah
kekuatan lensanya sampai didapat visus terbaik.
• a. Bila miopia : dipilih untuk kacamata lensa S-
terkecil yang memberi tajam penglihatan terbaik
• b. Bila Hypermetropia: lensa S+terbesar
Pada penderita yang mengeluh baca dekat
(Presbiopia)
Umumnya diatas umur 39 tahun. Pemeriksaan dilakukan sebagai
berikut.
1.Beri lensa S+ umumnya disesuaikan umur S+1 (40 tahun), S+ 1,5 (45
thn)... S+3 (60 thn).
2.Membaca kartu baca dekat pada jarak baca yang baik (+30cm,
Jaegger.
Pupilary Distance
• Posisikan pasien sejajar dengan pemeriksa
• Pegang senter dengan tangan kiri dan penggaris pada tangan
kanan/sebaliknya
• Minta pasien untuk melihat jauh ke depan
• Sinari mata pasien dari arah tengah atas
• Posisikan angka nol disalah satu pupil mata pasien, ukur sampai pupil
satunya
Tonometri
• Pemeriksaan untuk mengukur TIO dg menggunakan tonometer
• Ada 5 cara pengukutan TIO
1. Tonometer digital
2. Tonometer schiotz
3. Tonometer aplanasi goldman
4. Noncontact air-puff tonometer
5. Hand held aplanasi
Tonometeri digital/ jari
• Pasien diminta untuk menutup mata, dan diminta melihat ke bawah
• Pemeriksa melakukan penekanan pada bola mata secara bergantian
menggunakan kedua jari tangan(telunjuk)dirasakan adanya
balotemen(reaksi lenturan bola mata)
• Hasil:
N= normal
N+1,N+2, N+3= lebih besar dari normal
N-1,N-2, N-3= tekanan lebih rendah
Tonometer Schiotz
• Pasien diminta berbaring
• Diberikan tetes mata pantokain 0,5 %/anastesi topikal
• Tonometer schiotz diletakkan diatas permukaan kornea, bila suatu
bebean tertentu memberikan kecekungan pada kornea, maka akan
terlihat perubahan skala schiotz
• Mata yang lain melihat pada satu titik pada langit” kamar periksa
• Dilakukan dg hati”menyebabkan: keratitis, dan erosi kornea
Cont’
• Kelemahan alat ini:
• Mengabaikan faktor kekakuan sklera
• Cara mengetahuinya dengan: Menggunakan 2 macam beban, 5.5 g & 10 g jika
hasil bacaan selalu tinggi pada beban 10 g, maka mata memiliki kekakuan
sklera yg lebih tinggi
• Sebaliknya, jika hasil 10g lebih rendah, maka mata memiliki kekakuan sklera
yang rendah dan TIO lebih tinggi dari waktu bacaan saat itu
Tonometri
Tonometer Aplanasi
• Kebanyakan alat ini diletakkan pada slit lampPada permukaan
kornea ditetesi anestesi dan fluroseinlihat warna biru yang terlihat
sangat dekat dengan korneadreager dan goldman aplanasi
• Aplanasi dengan jet udara yang akan membuat kornea rataalat
dimajukan/mendekati/nempel korneapada kornea terlihat stengah
lingkaran yang hampir berimpitanputar tombol sebelahnya
sehingga lingkaran hijau hampir berhimpitantekanan yg terbaca
antara 9-21 mmHg
Anel test
• Untuk mengetahui fungsi ekskresi sistem lakrimal
• Prosedur:
• Diberikan anastesi topikal dan dilakuakan dilatasi pungtum lakrimal
• Jarum anel dimasukkan pada pungtum dan kanalikuli lakrimal
• Dilakukan penyemprotan garam fisiologis
• Ditanyakan pada pasien, apakah merasa cairan masuk kedalam
tenggorokan/dilihat apa ada refleks menelanada fungsi baik
Seidel test
• Untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea
• Prosedur:
• Pada konjungtiva inferior diberikan kertas fluoresein/diteteskan
fluoreseinlihat ada cairan mata yang keluar dari fistel kornea
• Bila terdapat kebocoran kornea, adanya fistel kornea akan terlihat pengaliran
cairan mata yang berwarna hijau dari lubang fistel
• Cairan mata terlihat bening, dengan larutan warna hijau disekitarnya
Uji fluoresein
• Untuk melihat adanya defek pada kornea
• Prosedur:
• Basahi kertas fluoresein dengan garam fisiologisletakkan pada sakus
konjungtiva anterior
• Pasien diminta tutup mata selama 20 detik
• Kertas diangkatirigasi konjungtiva dg garam fisiologis
• Lihat permukaan korneaterlihat warna hijau dengan sinar birudefek pada
korneauji fluoresein positif
Bilik mata depan
• Iris” yang baik memiliki cekungan” radier (kripti)
• Kejernihan BMD perhatikan kripti iris:
1. Kripti iris terlihat jelas: jernih
2. Kripti iris tidak jelas: keruh
• Kedalaman BMD: sinari iris dari samping, lalu perhatikan luasnya
permukaan iris yang mendapatkan penyinaran:
1. Sebagian kecil permukaan iris mendapat sinar: BMD dangkal
2. Seluruh/sebagian permukaan iris tersinari: BMD dalam
Funduskopi
• Penderita duduk, sebaiknya pada ruangan yang gelap.
• Mata penderita ditetesi midriatikum, kemudian ditunggu ± 20 menit.
• Bila yang diperiksa mata kanan, oftalmoskop dipegang dengan tangan
kanan, gunakan
• mata yang kanan juga, jari telunjuk berada pada panel pengatur
ukuran lensa dansebaliknya.
• Pandangan penderita diminta memfiksasi suatu titik jauh tak
terhingga atau ± 6m.
• Peganglah oftalmoskop dengan cara menggenggam bagian
pegangannya, sedangkan jari telunjuk berada pada panel pengatur
ukuran lensa, siap untuk menyesuaikan ukuranlensa sehingga dapat
diperoleh bayangan yang paling tajam.
• Pada jarak 30 cm , di depan temporal (±450) mata penderita, sinar
oftalmoskop diarahkan pada pupil mata penderita .
• Untuk melihat retina dan pupil NII, oftalmoskop didekatkan sedekat
mungkin ke mata pasien
• Perhatikan reflek fundus:
• Bila media refraksi jernih: reflek fundus berwarna merah kekuningan pada
seluruh lingkaran pupil.
• Media refraksi keruh: terlihat ada bercak hitam didepan latar belakang yang
merah kekuningan.
• Reflek fundus penting untuk membedakan katarak matur (reflek fundus
negatif) dan imatur
Oftalmoskop
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai