Anda di halaman 1dari 11

PENANGANAN RJP PADA

NEONATUS
ANANDA DEVARA ALAN PUTRI NISWATUN AMANAH
CECEN NUR CAHYANTI NITA WARDANA
DESY AULIA WINTAWATI OQE WIJAYANTI
IDA MATUL KHOIRIYAH SITI NURBAYA
JUMRANA SITI ULVANA RIYANI
Resusitasi

Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak,


jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang
meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekwat
(Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang
dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem
pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua
sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang
singkat (sekitar 4 – 6 menit).
ETIOLOGI

Penyebabnya karena terjadinya oksigenasi yang tidak


efektif dan perfusi yang tidak adekuat pada neonatus
dapat berlangsung sejak saat sebelum persalinan hingga
masa persalinan
PATOFISIOLOGI

• MASALAH PELAYANAN PERINATAL


• PELAYANAN INTRANATAL
• PELAYANAN POSTNATAL
MANIFESTASI KLINIS

Gejala umum yang terjadi pada bayi baru lahir yang


memerlukan tindakan resusitasi adalah bayi yang baru lahir
namun tidak mampu untuk menghirup oksigen dengan
adekuat dengan tanda dan gejala : Bayi tidak bernapas atau
napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit,
kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan.
Prinsip-prinsip umum prosedur resusitasi
neonatus

• Prinsip resusitasi neonatus :


T (temperature), baru kemudian A-B-C-D
Pengaturan suhu
STANDAROPERASIONALPROSEDUR
PELAKSANAAN TINDAKAN RESUSITASI
• Penilaian Keputusan
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban Putusan perlu dilakukan tindakan resustasi apabila :
pecah
a. Air ketuban bercampur mekonium
Apakah air ketuban bercampur
mekonium (warna kehijauan) pada b. Bayi tidak bernafas atau megap-megap
presentasi kepala.
c. Bayi cemas atau tungkai
Segera setelah bayi lahir
C. Tindakan
Apakah bayi menangis, bernafas
spontan dan teratur, bernafas megap- Segera lakukan tindakan apabila :
megap atau tidak bernafas a. Bayi tidak bernafas atau megap-megap atau
Apakah bayi lemas atau tungkai lemas, lakukan langkah-langkah resustasi BBL
• Persiapan Resustasi BBL
• Peralatan resusitasi neonatal
Persiapan keluarga
Persiapan tempat resusitasi Permukaan meja resusitasi dengan alas yang cukup keras
Persiapan alat Sumber kehangatan dan cahaya
Jam dengan pencatat waktu
• Sebelum menolong persalinan, Oksigen
selain peralatan persalinan, siapkan
juga alat-alat resusitasi dalam Kain linen, kantung polietilen atau pembungkus yang hangat
keadaan siap pakai, yaitu : Sarung tangan
Stetoskop
• 2 helai kain / handuk Ekstraktor lendir/suction apparatus, kateter suction (6, 8, 10 Fr)
• Bahan ganjal bahu bayi, berupa kain, Facemask (ukuran 0 dan 1)
kaos, selendang, handuk kecil/bantul Kantung self-inflating dengan penampung (ukuran bayi baru lahir), flow-
kecil
inflating bag atau T-piece device
• Alat penghisap lendir delle atau bulu Laringoskop dengan bilah lurus (ukuran 0 dan 1), bohlam dan baterai
karet cadangan
• Tabung dan sungkap atau balon atau Endotracheal tubes (ukuran 2.0, 2.5, 3.0, 3.5 dan 4 mm ID)
sungkup neonatal Stylet
Nasogastric tubes (6, 8 Fr)
• Kotak alat resusitasi
Disposable syringes (1, 2 dan 10 ml), jarum sekali pakai n(no. 23 dan 24)
• Jam atau pencatat waktu. Kanul intravena, Kateter pembuluh umbilikalis
Pita perekat, gunting
Obat – larutan NaCl, naloxone, adrenalin (1:10.000)
• Langkah-langkah Resusitasi BBL
• Sambil melakukan langkah awal
• Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai bernafas dan minta keluarga mendampingi ibu.
• Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik) secara umum 6 langkah awal dibawah ini cakup untuk merangsang bayi baru lahir.
b. Jaga bayi tetap hangat
• Alat pemancar panas telah diaktifkan sebelumnya sehingga tempat meletakkan bayi hanya.
• Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum dan selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.
• Pindahkan bayi keatas kain ke tempat resusitasi di bawah alat pemancar panas tubuh dan kepala bayi dikeringkan dengan menggunakan handuk dan selimut hangat
(apabila diperlukan penghisapan mekonium, dianjurkan menunda pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium dihisap
c. Atur posisi bayi
• Baringkan bayi terlentang di alas yang di atas dengan kepala didekat penolong
• Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi, sehingga bahu terangkat ¾ sampai 1 inci (2-3 cm).
d. Isap Lendir / Bersihkan jalan nafas
• Kepala bayi dimirngkan agar cairan berkumpul di mulut dan tidak difaring bagian belakang.
• Mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan maksud. • Cairan tidak teraspirasi
• Hisapan pada hidung akan menimbulkan pernafasan megap-megap : Apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan penghisapan dari trakea
dengan menggunakan pipa endotrakea (pipa et)
e. Keringkan dan rangsang bayi
• Keringkan bayi mulai dari mulut kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan rangsangan ini dapat memulai pernafasan bayi atau pernafasan lebih
baik.
• Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
• Menepuk atau menyentil telapak kaki
• Menggosok punggung, perut, dada, atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
f. Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi • Pasang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi
• Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering 2. Ventilasi percobaan (2 x)
yang baru
• Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air.
• Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian
• Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru
muka dan dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat
agar bayi bisa memulai kaligus menguji apakah jalan nafas
diteruskan
terbuka dan bebas.
• Atur kembali posisi terbalik kepala bayi sedikit ekstensi
• Lihat apakah dada bayi mengembang
g. Lakukan penilaian bayi.
• Bila tidak mengembang maka :
• Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, megap-
• – Periksa posisi kepla, pastikan posisinya sudah benar
megap atau tidak bernafas
• Letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya untuk
• – Perksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi
kebocoran
menjaga kehangatan tubuh bayi melalui persentuhan kulit
ibu-bayi. • – Periksa ulang apakah jalan napas tersumbat cairan atau
lendir (isap kembali)
• Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya
3. Ventilasi Definitif (20 kali dalam 30 detik)
• Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap segera lakukan
tindakan ventilasi. • a. Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air,m 20 kali dalam
30 detik.
• Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk
memasukkan sejumlah udara ke dalam paru-paru dengan • b. Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik
tekanan positif yang memadai untuk membuka, alveoli paru tindakan.
agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur.
1. Pasang Sungkup
4. Lakukan penilaian
• Bila bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi, bayi diberikan asuhan pasca resusitasi
• Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi
• – Lakukan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya
• – Evaluasi hasil ventlasi setiap 30 detik
• – Lakukan penilaina bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megak-megap. Bila bayi sudah mulai bernapas normal,
hentikan ventlasi dan pantau bayi dengna seksama, berikan asuhan pasca resusitasi.
• Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20 x untuk 30 detik
berikutnya dan nailai haslnya setiap 30 detik.

c. Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit di ventilasi
• – Minta keluarga membantu persiapan rujukan
• – Teruskan resusitasi sementara persiapan rujuakn dilakukan
d. Bila bayi tidak dirujuk
• – Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
• – Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi jika setelah 20 menit, upaya ventilasi tidak berhasil.
• Bayi yang tidak bernapas normal setelah 20 menit diresusitasi akan mengalami kerusakan otak. Sehingga akan
menderita kecacatan yang berat/meninggal

Anda mungkin juga menyukai