Anda di halaman 1dari 45

APENDICTOMY

DI RUANG IBS RSUD SUNAN KALIJAGA


DEMAK

Anggota Kelompok:
1. Abdul Malik (17.001)
2. Anik Cahyani (17.008)
3. Apriliya Triwidiya Cahya N (17.012)
A. PENGERTIAN

Apendiksitis adalah peradangan dari


apendiks dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering (Mansjoer,2000).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip
yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi
dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi
(Sabiston, 1995).
B. ETIOLOGI
Menurut Syamsyuhidayat, 2004 :
 Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.
 Tumor apendiks.
 Cacing ascaris.
 Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.
 Hiperplasia jaringan limfe.
Menurut Mansjoer , 2000 :
 Hiperflasia folikel limfoid.
 Fekalit.
 Benda asing.
 Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.
 Neoplasma.
Menurut Markum, 1996 :
 Fekolit
 Parasit
 Hiperplasia limfoid
 Stenosis fibrosis akibat radang sebelumnya
 Tumor karsinoid
C. PATOFISIOLOGI
Apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen
apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Feses yang
terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan
mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai
kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus yang
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus semakin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukus. Pada saat ini terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan
epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E Coli dan spesibakteroides dari
lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan akhirnya ke
peritoneum parietalis terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh
mulai naik.Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan
bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut dengan apendisitis supuratif akut.
D. MANIFESTASI KLINIK

 Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah


 Anoreksia
 Mual
 Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih
besar).
 Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
 Nyeri lepas.
 Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
 Konstipasi.
 Diare.
 Disuria.
 Iritabilitas.
 Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6
jam setelah munculnya gejala pertama.
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI

 Perforasi.

 Peritonitis.

 Infeksiluka.
 Abses intra abdomen.

 Obstruksi intestinum.
G. DATA PENUNJANG

Pemeriksaan Radiologi.
 Pemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa
apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan
gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya
udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada keadaan perforasi
ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih dari
13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak
menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan
urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila
apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan
laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh
terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan perforasi
akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju
endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting
untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN
A. Pengkajian
APENDIKSITIS
a. Identitas
b. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul
keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul
nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
c. Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien sekarang ditanyakan
kepada orang tua.
d. Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
e. Kebiasaan eliminasi.
f. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
 Sirkulasi : Takikardia.
 Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
 Aktivitas/istirahat : Malaise.
 Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
 Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
 Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada
kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
 Demam lebih dari 380C.
 Data psikologis klien nampak gelisah.
 Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
 Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
 Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
 Pemeriksaan Penunjang
 Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah.
Gambaran perselubungan mungkin terlihat “ileal atau
caecal ileus” (gambaran garis permukaan cairan udara
di sekum atau ileum).
 Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan
apendisitis infiltrat.
 Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada
ginjal.
 Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.
 Pada enema barium apendiks tidak terisi.
 Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks
nonperforasi, abses apendiks.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.
2. Intra Operasi
a. Resiko infeksi b,d kerusakan integritas kulit
3. Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
asupan cairan yang tidak adekuat.
C. Intervensi Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Dx I. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
 Nyeri berkurang
 Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
 Kegelisahan atau keteganganotot
 Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
 Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi
 Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan,
factor presipitasinya.
 Observasi ketidaknyamanan non verbal.
 Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase,
perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.
 Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan.
 Anjurkan pasien untuk istirahat.
 Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
 Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
b. Dx II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual,muntah, anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat.
Kriteria Hasil :
 Mempertahankan berat badan.
 Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
 Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
 Turgor kulit baik.
Intervensi
 Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
 Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
 Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
 Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
 pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
2. Intra operasi
Dx. Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeski dapat berkurang
atau hilang.
Kriteria hasil :
 Kemerahan dari skala 3 (sedang) ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada)
 Cairan (luka) yang berbau busuk dari skala 3 (sedang) ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada)
 Nyeri dari skala 3 (sedang) ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada)
Intervensi
 Monitor kerentangan terhadap infeksi
 Pertahankan absesis untuk pasien beresiko
 Mencuci tangan dengan steril sebelum tindakan oprasi Menjaga kesterilan alat
3. Post Operasi
a. Dx. I. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat
berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
 Nyeri berkurang
 Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
 Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
 Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi
 Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan.
 Observasi ketidaknyamanan non verbal
 Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase,
perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.
 Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan.
 Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat
nyeri.
 Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
 Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
b. Dx II. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan
yang tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan
cairan pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Kriteria Hasil :
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal.
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa
lembab.
 Tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi
 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
 Monitor vital sign dan status hidrasi.
 Monitor status nutrisi
 Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu
pembekuan.
 Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
 Atur kemungkinan transfusi darah.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai