Anda di halaman 1dari 47

DIABETES MELITUS

KELOMPOK 1
1. Putri rahmadani (1404100)
2. Dwigita Yulia Penny (1504088)
3. Riska Safitri (1604008)
4. Yosi Yendriana (1604022)
5. Fira Andila (1604058)
6. Intan Suci Mayasari (1604074)
7. Winda astri gazali (1604089)
8. Asni Febri Tama (1604098)
9. Restu Tria N H (1604124)
10. saskia Putri Zelvi (1704022)
11. Syafna Elviona YP (1704038)
12. Neneng Andespa (1704050)
13. Lola Sofiana (1704064)
14. Khalisa savira elbazs (1704076)
15. Jacko valentino gea (1704098)
16. Roslina (1704116)
Pengertian

Klasifikasi dan Etiologi


Konsul Gizi DM

Diabetes Melitus

Penatalaksanaan
Jenis Diet Pemeriksaan DM

Terapi untuk Penderita DM


Baik secara Farmakologi
maupun Non Farmakologi
Pengertian
Suatu Sindroma kelainan metabolik, ditandai
adanya hiperglikemia, akibat gangguan sekresi insulin,
gangguan kerja insulin, atau kombinasi keduanya.
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik (endocrine)
yang berkembang menjadi kekurangan insulin absolute (type
1) atau relative (type 2)

Dapat dikategorikan sebagai hyperglycemia kronis, sehingga


merubah organ dan sistem tubuh penderita.
Klasifikasi DM
DM Type 1 (kerusakan sel β  mengacu
terjadinya berkurangnya insulin absolute/
secara mutlak):
- autoimmune;
- idiopathic.

DM Type 2 (resistensi terhadap insulin dan


kekurangan insulin secara relatif, atau
gangguan sekresi insulin tanpa/ dengan
resistensi insulin).
TYPE 1
INSULIN-DEPENDENT DIABETES MELLITUS (IDDM)

• Dikarakteristikan
sebagai kerusakan sel
beta langerhan
pankreas 
kekurangan yang
absolut.
• Paparan awal : sejak
mulai remaja & gejala
bisa terjadi kapanpun.
• Butuh suntikan insulin
untuk bertahan
TYPE 2,
NON INSULIN-DEPENDENT DIABETES MELLITUS (NIDDM)

• Type 2  diabetes
paling sering terjadi
90–95 % dari seluruh
populasi diabetes.
• Pada DM tipe 2 terjadi
gangguan pengikatan
glukosa oleh
reseptornya, tetapi
produksi insulin masih
dalam batas normal
sehingga penderita
tidak tergantung pada
pemberian insulin.
• Ada yang menyebutkan
karena faktor genetik
 namun lokus gen
yang berbeda
PATOGENETIC DAN PERBEDAAN KLINIS PENDERITA DM TYPE I
DAN TYPE II

Tanda Type 1 Type 2

1 Usia Muda (dibawah 35) Tua, dewasa

2 Awal penyakit Akut Berulang

3 Durasi Naik turun Menetap

4 Ketosis, Selalu terjadi Jarang terjadi


ketoacidosis
5 Berat badan Menurun atau Obesitas, pada 80-
normal 90 % penderita
LANJUTAN...

Tanda Type 1 Type 2


6 Penanganan Insulin, diet Diet, obat, insulin
7 Tingkat keparahan menengah, berat Ringan,
menengah, berat
8 Hubungan dengan Ada Tidak ada
sisten-HLA
9 Level insulin dan Menurun, atau tidak Biasanya level
C-peptide ada normal
LANJUTAN...

Tanda Type 1 Type 2


10. Antibodi Ada pada 80-90 % Tidak ada
terhadap β- pada minggu
cells pertama, bulan
11. Komplikasi Microangiopathy Macroangiopathy
lanjut
12. kematian Kurang dari10% Lebih dari 20%

13. Penyebaran 10-20% 80-90%


Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Tujuan penatalaksanaan secara umum
adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang
diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan
DM, memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan
menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya
morbiditas dan mortalitas DM.
Penalaksanaan umum

Pembagian penatalaksanaan DM

Penatalaksaan khusus
Penatalaksaan umum
1. Riwayat penyakit
– Usia dan karakteristik saat onset diabetes.
– Pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik, dan
riwayat perubahan berat badan.
– Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak
/dewasa muda.
– Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya
secara lengkap, termasuk terapi gizi medis dan
penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan
DM secara mandiri.
– Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit
jantung koroner, obesitas, dan riwayat penyakit
keluarga (termasuk penyakit DM dan endokrin lain).
Lanjutan
2. Pemeriksaan fisik
• Pengukuran tinggi dan berat badan.
• Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran
tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari
kemungkinan adanya hipotensi ortostatik.
• Pemeriksaan jantung
• Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka,
hiperpigmentasi, necrobiosis diabeticorum, kulit
kering, dan bekas lokasi penyuntikan insulin).
• Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan
DM tipe lain.
Lanjutan

3. Evaluasi laboratorium
• Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan
2 jam setelah TTGO.
• Pemeriksaan kadar HbA1c
Penatalaksanaan khusus

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat,


perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang
sangat penting dari pengelolaan DM secara
holistik (B).
Terapi untuk Penderita DM Baik secara
Farmakologi maupun Non Farmakologi

A. Terapi farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya
hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari
obat oral dan bentuk suntikan.
Terapi farmakologi

Obat
Obat
antihiperglikemia
antihiperglikemia oral
suntik
Obat antihiperglikemia oral
Terbagi 5 kelompok :

1. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)


Contohnya sulfonilurea dan glinid
2. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin. Contohnya
metformin dan tiazolindindion (TZD).
3. Penghambat absorpsi glukosa di saluran pencernaan.
Contohnya penghambat alfa glukosidase (acarbose).
4. Penghambat DPP-IV (dipeptidyl peptidase-IV).
Contohnya sitagliptin dan linagliptin.
5. Penghambat SGLT-2 ( sodium glukose Co-transporter
2). Contohnya kanagliflozin, empagliflozin,
dapagliflozin dan ipragliflozin.
Obat antihiperglikemia suntik
Terbagi menjadi 3 :

1. Insulin
Cara penyuntikan insulin:
• Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit (subkutan),
dengan arah ala suntik tegak lurus terhadap cubitan permukaan kulit.
• Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau drip.
• Insulin campuran (mixed insulin) merupakan kombinasi antara insulin
kerja pendek dan insulin kerja menengah, dengan perbandingan dosis
yang tertentu, namun bila tidak terdapat sediaan insulin
campurantersebut atau diperlukan perbandingan dosis yang lain, dapat
dilakukan pencampuran sendiri antara kedua jenis insulin tersebut.
• Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara insulin harus dilakukan
dengan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik.
• Penyuntikan insulin dengan menggunakan semprit insulin dan jarumnya
sebaiknya hanya dipergunakan sekali, meskipun dapat dipakai 2-3 kali oleh
penyandang diabetes yang sama, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin.
Penyuntikan insulin dengan menggunakan pen, perlu penggantian jarum
suntik setiap kali dipakai, meskipun dapat dipakai 2-3 kali oleh penyandang
diabetes yang sama asal sterilitas dapat dijaga.
• Kesesuaian konsentrasi insulin dalam kemasan (jumlah unit/mL) dengan
semprit yang dipakai (jumlah unit/mL dari semprit) harus diperhatikan,
dan dianjurkan memakai konsentrasi yang tetap. Saat ini yang tersedia
hanya U100 (artinya 100 unit/ml).
• Penyuntikan dilakukan pada daerah: perut sekitar pusat sampai
kesamping, kedua lengan atas bagian luar (bukan daerah deltoid), kedua
paha bagian luar.
2. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1
merupakan pendekatan baru untuk pengobatan DM.
Agonis GLP-1 dapat bekerja pada sel-beta sehingga
terjadi peningkatan pelepasan insulin, mempunyai efek
menurunkan berat badan, menghambat pelepasan
glukagon, dan menghambat nafsu makan.
Efek penurunan berat badan agonis GLP-1 juga
digunakan untuk indikasi menurunkan berat badan
pada pasien DM dengan obesitas. Pada percobaan
binatang, obat ini terbukti memperbaiki cadangan sel
beta pankreas. Efek samping yang timbul pada
pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan muntah.
Obat yang termasuk golongan ini adalah: Liraglutide,
Exenatide, Albiglutide, dan Lixisenatide.
3. Terapi kombinasi
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin
dimulai dengan pemberian insulin basal (insulin kerja
menengah atau insulin kerja panjang). Insulin kerja menengah
harus diberikan jam 10 malam menjelang tidur sedangkan
insulin kerja panjang dapat diberikan sejak sore sampai
sebelum tidur.
Pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat
mencapai kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin
yang cukup kecil. Pada keadaaan dimana kadar glukosa darah
sepanjang hari masih tidak terkendali meskipun sudah
mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi kombinasi
insulin basal dan prandial, sedangkan pemberian obat
antihiperglikemia oral dihentikan dengan hati-hati.
Terapi nutrisi dan
pengaturan diet

Terapi non farmakologi

Olahraga
1. Terapi nutrisi dan pengaturan diet

Untuk tipe 1 DM fokusnya pada fisiologis yang mengatur


pemberian insulin dengan diet seimbang untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan yang sehat. Merencanakan makan
dengan jumlah karbohidrat yang mederat dan rendah lemak jenuh,
dengan fokus pada makanan seimbang.
Pasien dengan DM tipe 2 sering membutuhkan
keseimbangan kalori untuk meningkatkan berat badan. Dianjurkan
diet dengan komposisi makanan yang seimbang dalam hal
karbohidrat, lemak dan protein sesuai dengan kecukupan gizi yang
baik, sebagai berikut :
a. Karbohidrat 60-70 %
b. Protein 10-15 %
c. Lemak 20-25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,
umur, stress akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan
untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
2. Olahraga
Prinsipnya tidak perlu olahraga berat, olahraga
ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus
pengaruhnya bagi kesehatan. Disarankan olahraga
yang bersifat CRIPE ( continuous, rhytmical, interval,
progressive, endurance training).
Beberapa contoh olahraga yang disarankan
antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang,
dll.
DIET UNTUK PENDERITA DIABETES
MELITUS
Tujuan terapi nutrisi DM

1. Mengontrol hiperglikemia
2. Mencapai /mempertahankan BB normal
3. Mencegah komplikasi: dislipidemia,
hipertensi, penyakit jantung koroner, dll
Diet untuk penderita DM
1. Asupan kalori sesuai kebutuhan
2. Karbohidrat dan asam lemak tidak jenuh
tunggal (monounsaturated fatty acid)
memenuhi 60-70% kebutuhan energi
3. Asupan asam lemak jenuh < 10%
4. Tinggi serat (> 25 g/hari)
Carbohydrate Counting
1. Ketahui jenis
makanan sumber
karbohidrat.
2. Kenali porsi
karbohidrat dalam 1
kali penyajian
ukuran /porsi makan
(1 kali : 15 g)
3. Kenali berapa
banyak karbohidrat
yang dikonsumsi
dalam camilan/snack
Sumber Karbohidrat
• Tepung/biji-bijian: gandum, beras, jagung,
Gula
• Umbi: singkong, ubi, kentang
• Serat: bagian yang tidak bisa dicerna oleh
enzim pencernaan manusia
• Serat: metabolisme menghasilkan asam
lemak rantai pendek (short chain fatty acid).
SCFA meningkatkan sensitivitas insulin
Indeks Glikemik (GI)
 Seberapa cepat peningkatan kadar glukosa
setelah mengkonsumsi 50 g glukosa atau roti
putih
 Rentang 0-100
 Pilih: indeks glikemik rendah (0-55)
Asam Lemak Tidak Jenuh Tunggal
(Monounsaturated Fatty Acids/MUFA)
 Menggantikan sebagian
asupan karbohidrat (tepung
dan gula) dengan MUFA
akan menurunkan risiko
dislipidemia:
– Penurunan trigliserida
– Penurunan kolesterol VLDL
– Tanpa menurunkan kolesterol
HDL
– Memperbaiki resistensi insulin
Asam lemak Tidak Jenuh Jamak
(Polyunsaturated Fatty Acids/ PUFA)
 Menggantikan asam lemak jenuh dengan
PUFA terbukti:
– Memperbaiki resistensi insulin
– Menurunkan kadar trigliserida darah
Prinsip Pola Makan
3 J , yaitu :
 Jadwal teratur
 Jumlah sesuai kebutuhan
 Jenis dipilih yang tidak meningkatkan kadar
gula darah dengan cepat
Menghitung Kebutuhan Kalori/ Hari
Berat Badan:
 Kurang: BB x 35 kalori
 Normal: BB x 30 kalori
 Lebih: BB x 25 kalori
 Ditambah dengan kalori untuk aktifitas fisik
Aktivitas Fisik
 30-50% : jika aktivitas banyak duduk, menonton
televisi, membaca majalah, atau mengobrol lewat
telepon.
 55-65% : untuk aktivitas ringan meliputi kesibukan
mengurus rumah, memasak, dan berjalan-jalan.
 65-70% : untuk aktivitas sedang seperti berenang
santai atau berjalan cepat tetapi tidak sampai
tersengal-sengal waktu diajak bicara.
 75-100% : untuk aktivitas berat meliputi olahraga
yang menggenjot jantung seperti berlari atau
aerobik.Kalori tambahan = persentase aktivitas x
basal metabolic rate
Pola Makan
 Pagi: 20% dari kalori total
 Siang: 30% dari kalori total
 Malam: 30% dari kalori total
 Snack pagi: 10% dari kalori total
 Snack sore: 10% dari kalori total
Prinsip:
 Makan porsi kecil tetapi sering
Berolah Raga

 Penting untuk
penurunan BB
 Durasi: 150
jam/minggu
 Sifat: aerobik untuk
pembakaran lemak
Konsul Gizi
a. Komposisi Makanan yang Dianjurkan terdiri dari:
• Karbohidrat
o Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
o Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga
penyandang diabetes dapat makan sama dengan
makanan keluarga yang lain.
o Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
o Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti
glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian
(Accepted Daily Intake/ADI).
o Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat
diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan
lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Lanjutan
• Lemak
o Asupan lemak dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan
kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30% total
asupan energi.
o Komposisi yang dianjurkan:
 lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.4
 lemak tidak jenuh ganda < 10 %.
 selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
o Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang
banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans
antara lain: daging berlemak dan susu fullcream.
o Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
Lanjutan
• Protein
o Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan
energi.
o Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi,
daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
o Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB
perhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65%
diantaranya bernilai biologik tinggi. Kecuali pada
penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis
asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
Lanjutan
• Natrium
o Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM
sama dengan orang sehat yaitu <2300 mg
perhari(B).
o Penyandang DM yang juga menderita hipertensi
perlu dilakukan pengurangan natrium secara
individual(B).
o Sumber natrium antara lain adalah garam dapur,
vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti
natrium benzoat dan natrium nitrit.
Lanjutan
• Serat
o Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacangkacangan, buah dan sayuran serta sumber
karbohidrat yang tinggi serat.
o Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang
berasal dari berbagai sumber bahan makanan.
• Pemanis Alternatif
o Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak
melebihi batas aman (Accepted Daily Intake/ADI)
o Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori, seperti
glukosa alkohol dan fruktosa.
o Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin,
acesulfame potassium, sukralose, neotame
b. Kebutuhan kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan
jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang
DM, antara lain dengan memperhitungkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30
kal/kgBB ideal.
Jumlah kebutuhan tersebut ditambah
atau dikurangi bergantung pada beberapa
faktor yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas,
berat badan, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai