Anda di halaman 1dari 30

KEGAWATDARURATAN

OBSTETRI
PUSKESMAS CIKEUSAL KIDUL
SELASA, 30 APRIL 2019
“POST PARTUM HAEMORRHAGE”
Definisi

 Kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah


persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih
setelah seksio sesaria
Jenis

Primer: Perdarahan Sekunder:


< 24 jam sesudah Perdarahan > 24 jam
bayi lahir sesudah bayi lahir
• Atonia uteri • Endometritis
• Retensio plasenta / • Sisa Plasenta
sisa plasenta
• Robekan jln lahir
• Kel. Pembekuan drh
• Inversio uteri
KLAS ATAU TINGKATAN SHOCK PERDARAHAN OBSTETRIK (B-Lynch C,
et.al, 2006)
KLASIFIKASI KLAS I KLAS II KLAS III KLAS IV
% VOL 10-15 15-30 30-40 >40
KEHILANGAN 500-1000ml 1000-1500ml 1500-2000ml >2000ml
DARAH
STATUS ALERT, MILD ANXIOUS AND AGITATED OR DROWSY, CONFUSED, OR
UNCONCIOUS
KESADARAN THIRST RESTLESS CONFUSED
RESPIRASI NORMAL MENINGKAT RINGAN MENINGKAT MENINGKAT
MARKED PALLOR OR GRAY
KOMPLEKSI NORMAL PALE PALE
EKSTREMITAS NORMAL COOL PALE & COOL COLD
REFIL KAPILER NORMAL SLOW (>2 S) SLOW (>2 S) MINIMAL OR
ABSENT
NADI NORMAL NORMAL MENINGKAT CEPAT, KECIL

TEKANAN NORMAL NORMAL NORMAL/ SEDIKIT HIPOTENSI


SISTOLIK TURUN

URINE OUTPUT NORMAL BERKURANG BERKURANG OLIANURIC


Prinsip penanganan perdarahan pasca salin

1. Prinsip terpenting adalah pengenalan dini


perdarahan pasca salin dan segera mengkoreksi
volume darah yang hilang
2. Secara simultan mengatasi penyebab
perdarahan
Prinsip

• Pada kasus perdarahan post partum, kita harus


bekerja sebagai Tim:

1. Minta bantuan
2. Penanganan I : resusitasi cairan dan memberikan
oksigen
3. Penanganan II : atasi penyebab
1. Pemberian oksigen, bila tersedia dapat menggunakan NRM (non
rebreathable mask).
2. Pasang kateter foley.
3. Pasang infus dua jalur jika terdapat tanda syok
4. Lakukan resusitasi cairan kristaloid (RL) dengan cepat
5. Jika perdarahan diperkirakan lebih dari 1500 mL, begitu kondisi lebih
stabil segera dirujuk
6. Lakukan kontak dengan tempat rujukan sehingga tempat rujukan dapat
mempersiapkan tindakan yang akan dilakukan
7. Perhatikan dengan baik kesadaran pasien, nadi, tekanan darah dan urine
output
Etiologi

Tonus Tissue

Trauma Thrombin
• KEGAGALAN KONTRAKSI UTERUS SETELAH BAYI DAN
PLASENTA LAHIR (KONTRAKSI UTERUS LEMBEK).
• PENYEBAB PERDARAHAN OBSTETRIK TERBANYAK.
• PENYEBAB KEMATIAN SEKITAR 71 % DARI PERDARAHAN
OBSTETRIK.
• PLASENTA BELUM LAHIR 30 MENIT SETELAH BAYI LAHIR.

1. Lakukan manual plasenta

2. Pemberian uterotonika

3. Periksa kelengkapan plasenta

4. Tetap melakukan masase Uterus


 SUSPEK PERDARAHAN POSTPARTUM OLEH KARENA
LASERASI JALAN LAHIR (T- TRAUMA) APABILA PERDARAHAN
TETAP TERJADI SEMENTARA KONTRAKSI UTERUS BAIK/ KUAT.

 EKSPLORASI DILAKUKAN MULAI DARI PERINEUM, VULVA,


VAGINA DAN SERVIKS SESUAI STANDAR PEMERIKSAAN.

 LAKUKAN TINDAKAN UNTUK MENGHENTIKAN ATAU


MENGURANGI PERDARAHAN SESUAI KEMAMPUAN DAN
FASILITAS YANG TERSEDIA.
 PENANGANAN DEFINITIF DENGAN MELAKUKAN TINDAKAN
HEMOSTASIS (MENGHENTIKAN SUMBER PERDARAHAN) DAN
PENJAHITAN LUKA (TRAUMA) DI JALAN LAHIR.

 APABILA TIDAK MAMPU MELAKUKAN PENANGANAN


DEFINITIF, LAKUKAN TINDAKAN SEMENTARA UNTUK
HEMOSTATIS/ MENGURANGI PERDARAHAN, KEMUDIAN
DILAKUKAN RUJUKAN DALAM LINDUNGAN INFUS.
1. Bila eksplorasi berhasil menyingkirkan kemungkinan ruptur
uteri dan retensi sisa plsaenta  perdarahan dari jalan lahir
dengan kontraksi uterus yang baik mungkin disebabkan
defek koagulasi

2. Terapi dengan tranfusi faktor pembekuan (FFP dan atau


trombosit)
PENCEGAHAN PERDARAHAN POSTPARTUM
DENGAN PENANGANAN AKTIF KALA
III, YANG TERBUKTI
 MENGURANGI PERDARAHAN,
 MEMPERPENDEK KELAHIRAN PLASENTA,
 MENCEGAH INVERSIO UTERI, DAN
 MENCEGAH ATONIA UTERI.
“HIPERTENSI DALAM
KEHAMILAN”
Definisi

• hipertensi yang terjadi saat kehamilan berlangsung dan


biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20
minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya
normotensif, tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmHg,
atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik
15 mmHg di atas nilai normal
• hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
Hipertensi Kronis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampa 12 minggu pascapersalinan.

Preeklampsia pada
hipertensi kronik • hipertensi kronik disertai tanda- tanda preeklampsi atau
(preeclampsia superimposed hipertensi kronik disertai proteinuria.
upon chronic hypertension)

• hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan


disertai dengan proteinuria.
Preeklampsia
• Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai dengan
kejang-kejang dan/atau koma

• hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai


proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
Hipertensi Gestasional pascapersalinan atau kematian dengan tanda-tanda
preeklampsi tetapi tanpa proteinuria
• Preeklampsia : tekanan darah > 140/90 mmHg
dan ada minimal 1 dari gejala berikut :
• Protenuria : dipstick > +1 atau > 300 mg/24 jam
• Serum kreatinin > 1,1 mg/dL
• Edema paru
• Peningkatan fungsi hati > 2 kali
• Trombosit > 100.0000
• Nyeri kepala, nyeri epigastrium dan gangguan
penglihatan
Preklampsia berat jika ada salah satu dari:
Tekanan darah > 160/110 mmHg

Proteinuria > +1

Serum kreatinin > 1,1 mg/dl

Peningkatan enzim hati > 2 kali

Trombosit < 100.000

Edema paru

Nyeri kepala, gangguan penglihatan dan nyeriepigastrium


Preeklampsia

U s ia U s ia
Kehamilan < Kehamilan ≥
37 m g g 37 m g g

Perawatan poliklinik
- Kontrol 2 kali perming gu
- Evaluasi gejala pemberatan preeklmapsia (tekanan darah, Terminasi
tanda impending , edemia paru Kehamilan
- Cek laboratorium (trombosit, serum kreatinin, albumin,
(AST/ALT) setiap ming gu
- Evaluasi kondisi janin (hitung fetal kick count/hari,
kesejahteraan janin (NST dan USG) 2 kali/minggu, evaluasi
pertumbuhan janin setipa 2 ming gu)

Perburukan kondisi maternal dan


janin/Preeklampsia Berat Usia
Kehamilan ≥ 37
mgg
Protokol Preeklampsia Berat
Preeklampsia dengan gejala berat
 MRS, Evaluasi gejala, DJJ, dan cek
laboratorium ≥ 34 minggu
 Stabilisasi, pemberian MgSO4
profilaksis

< 34 minggu

Jika didapatkan :
 Eklampsa Jika usia kehamilan ≥ 24
 Edema paru minggu, janin hidup :
 DIC Berikan pematangan
Terminasi
 HT berat, tidak terkontrol paru (dosis tidak harus
kehamilan setelah
 Gawat janin Iya selalu lengkap) tanpa
stabilisasi
 Solusio plasenta menunda terminasi
 IUFD
 Janin tidak viabel (tergantung kasus)

Tidak

Jika didapatkan : Jika usia kehamilan >


 Gejala persisten 24 minggu :
 Sindrom HELLP Pematangan paru
 Pertumbuhan janin terhambat (inj. dexamethason
 Severe olygohydramnion Iya IM 2x6 mg atau
 Reversed end diastolic flow betamethason IM
 Gangguan renal berat 1x12 mg) 2x24 jam

Tidak

Perawatan konservatif :
 Evaluasi di kamar bersalin selama 24-48 jam  Usia kehamilan ≥
 Rawat inap hingga terminasi 34 minggu
 Stop MgSO4, profilaksis (1x24 jam)  KPP atau inpartu
 Pemberian anti HT jika TD ≥ 160/110  Perburukan
 Pematangan paru 2x24 jam maternal - fetal
 Evaluasi maternal-fetal secara berkala
ANTI HIPERTENSI
• Indikasi utama pemberian anti hipertensi ada kehamilan
adalah untuk keselamatan ibu dan mencegah penyakit
serebrovaskuler
• Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah >
160/110 mmHg (II/A)
• Pemberian anti hipertensi pilihan pertama adalah
nifedipin oral , hydralazine, dan labetalol parenteral(I/A)
• Alternatif anti hipertensi yang lain adalah :nitrogliserin,
metildopa, labetalol (I/B)
MAGNESIUM SULFAT

• Direkomendasikan sebagai terapi lini pertama


preeklamsia / eklamsia
• Direkomendasikan sebagai profilaksis terhadap
eklamsia pada Pasien preeklamsia berat (I/A)
• Merupakan pilihan utama pada Pasien preeklamsia
• Terdapat syarat pemberian MgSO4
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN MGSO4

• Loading dose :4 g MgSO4 40% dalam 10 cc nacl, diberikan iv


perlahan selama 20 menit
• Maintenance dose : 6 gr MgSO4 40% dalam 500 ccRinger
Laktat selama 6 jam : (28tts/menit)
• Awasi : volume urine, frekuensi nafas, dan reflex patella setiap
jam
• Pastikan tidak ada tanda-tanda intoksikasi magnesium
pada setiap pemberian MgSO4 ulangan
• Bila ada kejang ulangan : berikan 2g MgSO4 40%,IV perlahan 15-
20 menit
GAMBARAN UMUM PENANGANAN PREEKLAMPSIA

Preeklmasia
Preeklampsia/tanpa
Kehamilan Normal berat/dengan Eklampsia dan Komplikasi PEB
gejala berat
gejala berat

Faskes Primer  HT Gestasional Faskes Primer Eklampsia klasik  Edema paru


Skrining Preeklampsia,  HT Kronis  Pasang iv line  CVA
jika negatif kontrol rutin Diperlakukan  Berikan inj SM  HELLP Sydrome
loading dose Primer  Gagal ginjal
Faskes Primer  Rujuk SEGERA  Pasang iv line  Eklampsia krusial
JIKA (+)
Rujuk Poliklinik  Berikan inj SM
RUJUK loading dose Primer
POLIKLINIK
 Beri oksigen, - Pasang iv line
miringkan kepala - Berikan inj SM
Faskes Sekunder
 Rujuk SEGERA loading dose jika
Faskes Sekunder Faskes Sekunder - MRS
- Skrining - Evaluasi kondisi - iv line dan kateter syarat terpenuhi
Preeklampsia maternal (Gejala, - Inj SM sesuai - Rujuk SEGERA
- Aspirin dosis rendah VS, laboratorium prosedur
80 mg - Evaluasi kondisi - Anti HT Sekunder
- Kalsium 1g janin (USG, NST) Terminasi ≥ 34 - iv line dan kateter Sekunder
- Kontrol rutin, cek DV - ANC rutin di mgg - Inj SM sesuai - iv line dan kateter
a. uterina (sesuai Faskes Sekunder - < 34 minggu/ prosedur - Inj SM sesuai
fasilitas) perawatan - Oksigen, miringkan prosedur
konservatif  rawat kepala, spatel lidah - Anti HT
di sekunder*/rujuk - Anti HT - Diuretik bila edema
Faskes Sekunder tersier - Cegah kejang ulang, paru
Tetap PER cegah komplikasi - Rawat di sekunder*
Faskes Sekunder - Terminasi setelah /rujuk tersier
Preeklampsia (-) - Terminasi usia
kehamilan 37 stabil - Terminasi setelah
 Perawatan rutin stabil
minggu Rujuk Tersier

Rujuk Tersier

PENINGKATAN DERAJAT BERAT PENYAKIT


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai