Anda di halaman 1dari 52

AIRWAY MANAJEMEN

Ns. Maryana, S.SiT.,S.Psi.,S.Kep.,M.Kep


ANATOMI SALURAN NAFAS
SALURAN NAFAS ATAS
OBSTRUKSI JALAN NAFAS
Penyebab :
 Endogen
- Lidah
- Epiglotis
- Laring
- Cairan lambung
- Darah
- Sekret
 Eksogen
- Gigi palsu
- Makanan
- Muntahan
- Mainan
SIFAT SUMBATAN
 TOTAL

 PARSIAL
TANDA 0BSTRUKSI JALAN
NAFAS
JALAN NAFAS CAIR PADAT

BAG. ATAS gargling Mendengkur


Ngorok
Avonia
BAG. BAWAH Rales weshing
Ronchi
Keadaan yang Diwaspadai
 Trauma pd wajah

 Fraktur Ramus Mandibula bilateral

 Perlukaan daerah leher

 Adanya cairan lambung, Muntahan, darah

 Adanya odem laring


AIRWAY MANAGEMENT
MANUAL
Buka jalan Nafas Manual
 Head Tilt – Chin lift
 Jaw Trust

Ambil Benda Asing Jika tersedak


 Sapuan Jari (finger sweep)
 Manual thrust (Hemlich manauver, Abdominal &
chest thrust)
 Back blow
Head tilt / Chin lift
 Tepat digunakan pada pasien tidak sadar

 Manuver terbaik untk mengkoreksi yang


disebabkan oleh lidah

 Jalan nafas membuka maksimal

 Kontra Indikasi pada pasien yang dicurigai


patah tulang leher
Jaw Thrust Manuver
 Tepat digunakan pada pasien tdk sadar
yang dicurigai adanya trauma kepala, leher
dan spinal

 Tanpa menyebabkan pergerakan leher

 Teknik agak sulit


Pembebasan Jalan Nafas Karena
Benda Asing
Sapuan Jari (fingger sweep)
 Mengkait benda asing
 Kedalaman menelusuri bagian dalam pipi
sampai jauh dalam kerongkongan dan
bagian dasar lidah
 Dilakukan sebelum memberikan nafas
buatan dan ventilasi awal gagal
 Pada bayi maupun anak jangan dilakukan
tanpa melihat benda asing
Abdominal Thrust
 Dilakukan pada pasien dewasa dan anak

 Tidak dilakukan pada bayi dan wanita hamil

 Dilakukan setelah sapuan jari tidak berhasil

 Dapat dilakukan pada pasien sadar maupun


tidak sadar (posisi berdiri atau terlentang)

 Dilakukan 5 kali hentakan dlm satu thrust


Chest thrust

 Dilakukan pada pasien Wanita tahap akhir


kehamilan dan pasien terlalu gemuk

 Dilakukan pada pasien sadar atau tdk sadar

 Pada pasien tdk sadar seperti RJP

 5 kali hentakan dalam satu kali thrust


Back Blow !!

 Dilakukan pada pasien bayi dikombinasikan


dengan Chest Thrust

 Tidak dilakukan pada Neonatus (tetapi


dengan alat penghisap)
Penggunaan Alat Bantu Jalan Nafas
 Pipa Orofaring (OPA)
Ukuran hrs sesuai
 Pipa Nasofaring
Tidak menimbulkan efek muntah
Bisa digunakan walau gigi mengatup
Oropharingeal Airway (OPA)

 Digunakan pada pasien tdk sadar


 Tidak ada reflek muntah (gag reflex)
 Saat memasukkan pipa jangan sampai
lidah terdorong ke dalam faring
 Lakukang penghisapan lendir
 Segera lepas jika pasien sadar atau sudah
timbul reflek muntah
Nasopharingeal airway
 Digunakan pada pasien tidak sadar
 Bisa digunakan pada pasien dengan reflek
muntah masih baik
 Dapat digunakan walau gigi mengatup
rapat
 Jangan gunanakan pipa nasopharing jika
ada bukti keluarnya cairan bening
(serebrospinal) lewat hidung atau telinga
Suctioning
 Digunakan untuk obstruksi bahan cair
(Darah, Sekret, Muntahan, dll)
 Efektif digunakan sebelum dan sesudah
pemberian nafas buatan
 Tindakan pencegahan komplikasi
pneumonia
 Tidak boleh lebih 10 detik dalam satu kali
penghisapan
 Kedalaman tidak boleh melebihi pharing
Jenis Ujung Penghisap
Jenis Kelebihan Kelemahan
Rigit Pharingeal - Lubang besar dpt - Mudah trauma
Tip (Penghisap menghisap partikel - Tidak dpt
kaku) besar mengisap saluran
- Baik utk pasien lubang sempit
tdk responsif
- Dpt diarahkan

Suction canule -Fleksibel/lentur -Tdkdpt menghsap


(kateter -Tdk mudah partikel besar
penghisap) trauma -Mudah tergigit
-Dpt masuk lubang -Tdk dapat
sempit diarahkan
Jalan Nafas Definitif
Indikasi
1. Tdk Bernafas
2. Gagal Menjaga Jalan nafas dg cara
lain
3. Mencegah Aspirasi darah/Muntahan
4. Trauma kepala berat
5. Kegagalan Memberikan Kecukupan
O2
6. Adanya bahaya sumbatan
Teknik Jalan nafas definitif
 Intubasi Orotracheal

 Intubasi Nasotracheal

 Nidle Krikotiroidotomi

 Surgical krikotiroidotomi/Tracheostomi
NIDLE CRICOTHIROIDOTOMI
Intubasi (Pemasangan ET)
Prinsip-Prinsip
 Berikan Cadangan Oksigen (selama 30
detik) dg oksigen 100% sblm pemasangan
 Waktu pemasangan tidak boleh > 30 detik
 Tidak menimbulkan trauma
 Selalu dilakukan pengetesan
Kontra Indikasi

 Edem Glotis

 Fraktur laring

 Fraktur mandibula

 Fraktur/Trauma maksilofasial
Nedle Krikotiroidotomy
 Hanya memberi tambahan waktu 45 menit
 Tindakan menggunakan jarum ukuran 12G
atau 14G
 Flow oksigen 15 liter/menit dihubungkan dg
“Y” konektor
 Menggunakan sistim buka tutup; 1 detik
ditutup dan 4 detik dibuka
Surgical
Krikotiroidotomi/Tracheostomi
 Dilakukan bila ada kontra indikasi
pemasangan Intubasi

 Terdapat Obstruksi jalan nafas atas total


setelah gagal dg Chest Thrust/abd Thrust
PERNAFASAN DAN BANTUAN
NAFAS
Fungsi pernafasan
- Menghirup oksigen
- penggunaan oksigen oleh sel
- Pengeluaran CO2

Bantuan Nafas
- memaksakan oksigen masuk ke dalam paru-
paru
- pada pasien henti nafas atau nafas tdk
adekuat
PROSES PERNAFASAN
 Ventilasi

 Difusi

 Aliran Darah

 Kontrol pernafasan
VENTILASI
 FUNGSI PARU

 DINDING DADA & DIAFRAGMA

 SUSUNAN SYARAF PUSAT


PENGKAJIAN
 Primery suvey
Look, Listen & Feel

 Skunderi Survey
1. Anamnesa
2. Pemeriksan Fisik (kepala sd kaki)
3. Penunjang
Pernafasan inadekuat
PEMERIKSAAN HASIL
Pergerakan dada Tdk ada, minimal, tdk sama ka/ki
Pernafasan Terbatas pada abdomen
Dengar/auskultasi Tdk ada suara nafas, berkurang,
mengi, mendengkur
Kecepatan Terlalu cepat/lambat
Pola Sangat dangkal/dalam
Perfusi Kulit, bibir, lidah,telinga atau kuku Abu-
abu (sianosis)
Ventilasi Inspirasi memanjang (obst atas),
Ekspirasi memanjang (obst bwh)
Bicara Tdk dapat bicara atau tdk berkata dg
kalimat
Otot pernafasan Tarikan otot interkosta
Lain-lain Nafas cuping hidung
KECEPATAN NAFAS NORMAL

UMUR KECEPATAN

DEWASA 12 – 20 X/mnt

ANAK-ANAK 15 – 30 X/mnt

BAYI 25 – 50 x/mnt
POLA NAFAS
Gas Darah

ARTERI VENA

pH 7,35 – 7,45 7,31 – 7,41


Pco2 35 – 45 mm Hg 41 –Hg
Po2 80 – 100 mm Hg 30 – 40 mm Hg
HCO3 21 – 25 mEq 22 – 29 mEq
Saturasi oksg 95% – 99% 60% – 85 %

51mm
CARA PEMBERIAN O2 & KONSENTRASI O2
Pemberian Flow Konsentrasi

Udara bebas 21%


Mouth to mouth 18%
Nasal Kanul 1 L/mnt 21 – 24 %
2 L/mnt 25 – 28 %
3 L/mnt 29 – 32 %
4 L/mnt 33 – 36 %
5L/mnt 37 – 40 %
6 L/mnt 41 – 44 %

Face mask 6 – 10 L/mnt 35 – 50 %

NRM 8 - 12 L/mnt 80 - 90 %
Kegawat Daruratan yang Terjadi
 Gagal Ventilasi Akut
- Hipoventilasi
- Hiperventilasi

 Gagal Nafas

 Henti Nafas
PERNAFASAN BUATAN
 MOUTH TO MOUTH (mulut ke mulut)

 MOUTH TO MASK VENTILATION (mulut ke


masker ventilasi)

 BAG VALVE - MASK VENTILATIONS (ambu bag)

 FLOW-RESTRICTED, OXYGEN-POWERED
(FROP)
MOUTH TO MOUTH
(mulut ke mulut)
 Tidak dianjurkan, kecuali tdk ada metode
lain
 Pakai barier divice (terbuat dari plastik)
 Konsentrasi oksigen yg dicapai 18%
 Frekwensi :
- Dws : 10 – 12 x/mnt
- Anak/Bayi : 20 x/mnt
MOUTH TO MASK VENTILATION
(mulut ke masker ventilasi)
 Cara aman

 Harga mahal

 Konsentrasi oksigen mencapai 55%


(pasang sal. Oksigen 15 lt/mnt pada sisi
masker)
BAG VALVE-MASK
VENTILATIONS (ambu bag)
 Dilakukan satu atau dua orang
 Konsentrasi oksigen dg flow 15 lt/mnt

Tanpa tambahan 21 %
oksigen
Dengan tambahan 50 %
oksigen
Dengan oksigen dan 100 %
reservoir
SYARAT MASKER
 Ukuran sesuai

 Bening

 Memiliki katup satu arah (mouth to mask)


Cara Menggunakan Bag Valve - mask
 Masker menutup dg sempurna
 Letak masker benar, bag. Apeks pd
pangkal hidung dan basic pada
pertengahan antara bibir bawah dan dagu
 Kecepatan memompa
1,5 – 2 detik dws
1 – 1,5 detik anak/bayi
 Jangan memberikan ventilasi terlalu besar
Frekwensi ventilasi yang dibutuhkan

 Ventilasi tdk menggunakan pipa ET


10 – 12 x/menit

 Terintubasi (ET terpasang)


8 – 10 x/mnt

Anda mungkin juga menyukai