Anda di halaman 1dari 37

+

TUTOR : dr.Gina Isna Iskandar


+
KELOMPOK 9
 MUSDALIFAH EKA PRATIWI 110 2014 0011

 SITI RAMDHANI YUGIE P. 110 2014 0019

 IRMA NURWAHYU NINGSIH 110 2014 0026

 RAHMAT ARBIANSYAH H. 110 2014 0034

 RAHMIFAH PUTRI PRATIWI 110 2014 0040

 ANDI TITIN SUHARTINA RAHMAN 110 2014 0050

 MUHAMMAD FADEL ASYHAR 110 2014 0059

 HUSNIANSYARI 110 2014 0062

 FAUZIYAH ABIDAH 110 2014 0069


+
SKENARIO 2 “MATA BUTA”

Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dibawa


oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan
anak selalu memicingkan mata bila membaca
tulisan di papan tulis dan selalu menonton
televisi dari jarak dekat. Ayah dan ibu anak
menggunakan kaca mata. Visus OD 6/48 dan
OS 6/36. Tidak ada kelainan pada segmen
anterior maupun posterior bola mata.
+
KATA SULIT

VISUS adalah ketajaman penglihatan.


+
KALIMAT KUNCI

 Anak laki-laki 10 tahun

 Selalu memicingkan mata bila membaca tulisan di papan


tulis

 Selalu menonton televisi dari jarak dekat

 Ayah dan ibu anak menggunakan kaca mata

 Visus OD 6/48 dan OS 6/36

 Tidak ada kelainan pada segmen anterior maupun


posterior bola mata.
+
PERTANYAAN

 Menjelaskan anatomi, fisiologi, dan histologi mata !

 Apakah hubungan keluhan anak pada scenario dengan usia ?

 Apakah hubungan keluhan anak pada scenario dengan


kebiasaan selalu menonton jarak dekat ?

 Adakah hubungan keluhan anak pada scenario dengan


faktor genetik ?

 Menjelaskan interpretasi visus OD 6/48 dan OS 6/36 !

 Menjelaskan langkah-langkah diagnosis !

 Menjelaskan differensial diagnosis berdasarkan scenario !

 Bagaimana pencegahan yang sesuai dengan scenario ?


+
1. Anatomi, fisiologi, dan histologi
mata :
Anatomi
+
Proses Visual Mata
+
Histologi

Referensi: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6387/1/Bobby%20Ramses%20Erguna%20Sitepu.pdf.
Diupdate tanggal 25 september 2016. Pukul 02.55 p.m.
+
2. Hubungan keluhan anak pada
scenario dengan usia :
 Schoolmyopia atau simple myopia adalah istilah yang
digunakan terhadap myopia yang muncul pada anak-anak
usia 8-14 tahun, yang disebabkan oleh pertumbuhan
sumbu bola mata atau axial line.

 Kebiasaananak seperti belajar/membaca, bermain game,


menonton televisi akan meningkatkan resiko myopia.
Sebaliknya anak yang bermain diluar rumah lebih kecil
kemungkinan terkena myopia.

Basri, saiful. Etiopatogenesis dan penatalaksanaan myopia pada anak usia sekolah. E-Journal UNSYIAH Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
+ 3. Hubungan keluhan anak pada scenario
dengan kebiasaan selalu menonton jarak
dekat :

Menonton dari jarak


dekat

Kebiasaan Kompensasi

Lauralee, Sheerwood. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.


+
4. Hubungan keluhan anak pada
scenario dengan faktor genetik :
Faktor genetic dan lingkungan diduga berperan dalam
menyebabkan timbulnya berbagai variasi myopia pada anak.
Faktor genetic diduga lebih berperan dibandingkan dengan
faktor lingkungan. Sebagian besar anak yang myopia memiliki
orang tua yang menderita myopia. Beberapa penelitian juga
menyebutkan hubungan antara myopia dengan anak yang
mempunyai kebiasaan membaca atau menonton jarak dekat.

Ref : Mutti DO, Mitchell GL, Moeschberger ML, Jones LA, Zadnik K, Parenteral
myopia, Near work, school achievement and children’s refractive error.
Investigative ophthalmology visual science 2012, 43:3633-40
+
5. Interpretasi visus OD 6/48 dan
OS 6/36 :
Menggunakan Snellen chart
 Pada pasien dengan visus OD 6/48
berarti dengan oculi dextra pasien
bisa melihat huruf yang
ditunjukkan dengan jarak 6 meter
sedangkan pada orang normal bias
melihat huruf yang diyunjukkan
dalam jarak 48 meter.

 Dan pada OS 6/ 36 berati pada


oculi sisnistra pasien nelihat huruf
yang ditunjukkan dengan jarak 6
meter sementara pada orang
normal bisa melihat pada jarak 36
meter.

http://repository.usu.ac.id
+
6. Langkah-Langkah Diagnosis

A. A N A M N E S I S

B. PEMERIKSAAN FISIS MATA

C. PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Riordan,Paul. Whitcher, John P.2014. Oftalmologi


Umum.Jakarta:EGC.Halaman 28-43.
A. A N A M N E S I S

KELUHAN RIWAYAT
RIWAYAT
UTAMA PENYAKIT
TERDAHULU KELUARGA

Riordan,Paul. Whitcher, John P.2014. Oftalmologi


Umum.Jakarta:EGC.Halaman 28-43.
B. PEMERIKSAAN FISIS MATA

INSPEKSI PALPASI

Riordan,Paul. Whitcher, John P.2014. Oftalmologi


Umum.Jakarta:EGC.Halaman 28-43.
C. PEMERIKSAAN TAMBAHAN

1. Uji Ketajaman Penglihatan


2. Pemeriksaan Refraksi
3. Pemeriksaan Penglihatan Sentral
4. Uji Pinhole
5. Menguji Penglihatan Perifer
6. Pemeriksaan Slitlamp
7. Pemeriksaan Segmen Anterior
8. Pemeriksaan Funduskopi

Riordan,Paul. Whitcher, John P.2014. Oftalmologi


Umum.Jakarta:EGC.Halaman 28-43.
+
8. Differensial diagnosis berdasarkan scenario :

(Staff AAoO. Clinical Optics. Basic and Clinical Science Course. San
Francisco: American Academy of Ophthalmology;. 120-2.)
+
ETIOLOGI

 Faktor genetik

 Faktor lingkungan

 Aksial bola mata

 Kurvatura

 Indeks bias

 Pergeseran lensa ke anterior

(Mutti DO, Mitchell GL, Moeschberger ML, Jones LA, Zadnik K. Parental Myopia, Near Work,
School Achievement, and Children's Refractive Error. Investigative Ophthalmology & Visual
Science. 2012;43:3633-40)
+
PATOGENESIS

Brian S. Whats Eye Problems Looks Like [cited 2016 September26];


Available from: http://www.wedmd.com/eyehealth. 2014.
+
KLASIFIKASI

 Secara klinis terbagi menjadi;


 Miopia simpleks
 Miopia nokturnal
 Pseudomiopia
 Miopia degeneratif
 Miopia induksi

American Optometric Association. 2006


+
KLASIFIKASI

 Berdasarkan ukuran dioptri koreksi lensa;


 Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
 Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
 Berat :lensa koreksinya > 6,00 Dioptri.

Ilyas, Sidarta ., 2007. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta : Balai
Penerbit
+
MANIFESTASI KLINIS

 Blurred vision

 Shortsighted/mata dekat baik

 Kadang disertai nyeri kepala

 Cenderung memicingkan mata untuk mendapat efek pin


hole (+)

(Staff AAoO. Clinical Optics. Basic and Clinical Science Course. San Francisco:
American Academy of Ophthalmology;. 120-2.)
+
DIAGNOSA
 Anamnesis

 Pemeriksaan tajam penglihatan


 Objektif : retinoskopi

 Subjektif : Snellen chart


+
TATA LAKSANA
 Lensa sferis (-) dengan dioptri terkecil

 Pemberian tetes mata atropin

 Bedah (LASIK)

 Diet tinggi vitamin dan protein

Saw SM, Gazzard G, Eong K-GA, Tan DTH. Myopia: Attempts to Arrest Progression. British Journal of
Ophthalmology. & Slide kuliah anomali refraksi
+
KOMPLIKASI

 Ablatio retina

 Vitreal liquefaction and detachment

 Miopik makulopati

 Glaukoma

 Katarak

Ilyas, Sidarta ., 2007. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit
+
B. HIPERMETROPIA
Definisi
Merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan
mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga
titik fokusnya terletak dibelakang retina.

Patomekanisme
Akibat dari bola mata yang terlalu pendek, yang menyebabkan bayangan
terfokus di belakang retina
+
Bentuk hipermetropia
1. Hipermetropia aksial

2. Hipermetropia kurvatura

3. Hipermetropia refraktif

Klasifikasi Hipermetropia
1. Hipermetropia manifes

2. Hipermetropia manifes absolut

3. Hipermetropia manifes fakultatif

4. Hipermetropia laten

5. Hipermetropia total
+ Gejala klinis
Sakit kepala terutama daerah dahi atau frontal, silau,
kadang rasa juling atau melihat ganda, penglihatan kabur
melihat dekat. Sering mengantuk, mata berair, pupil agak
miosis, dan bilik mata depan lebih dangkal.

Penatalaksanaan
Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung
untuk mematahkan sinar lebih kaut kedalam mata. Koreksi
hipermetropia adalah di berikan koreksi lensa positif maksimal yang
memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia sebaiknya
diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberi tajam
penglihatan maksimal

Referensi : ilyas, sidarta. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
+
C. ASTIGMATISM

Definisi Astigmatisme

Astigmatisme adalah tajam penglihatan dimana


didapatkan bermacam-macam derajat refraksi pada
bermacam-macam meredian sehingga sinar sejajar
yang datang pada mata akan difokuskan pada
tempat yang berbeda

Klasifikasi Astigmatisme

1. Astigmatisme reguler

2. Astigmatisme irreguler
+
Etiologi Astigmatisme

 Bentukkornea yang oval seperti telur, dapat juga


diturunkan atau terjadi sejak lahir, jaringan parut
pada kornea seteh pembedahan (Ilyas, 2006),
ketidakteraturan lengkung kornea, dan perubahan
pada lensa (Nelson, 2000).23

Patofisiologi

 Akibat
dari kurvatura yang tidak sama pada
kornea atau lensa yang menyebabkan sinar
melengkung dalam arah yang berbeda
+
Jatuhnya fokus sinar dapat dibagi menjadi 5
(Ilyas dkk, 2002), yaitu :
 Astigmaticus miopicus compositus, dimana 2 titik jatuh
didepan retina

 Astigmaticus hipermetropicus compositus, dimana 2 titik


jatuh di belakang retina

 Astigmaticus miopicus simplex, dimana 2 titik masing-


masing jatuh di depan retina dan satunya tepat pada retina

 Astigmaticus hipermetropicus simplex, dimana 2 titik


masing- masing jatuh di belakang retina dan satunya tepat
pada retina

 Astigmaticus mixtus, dimana 2 titik masing-masing jatuh


didepan retina dan belakang retina 24
+
Gejala Klinis Astigmatisme

 Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat


ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang
bulat menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh
ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah,
mengecilkan celah kelopak mata, sakit kepala, mata tegang
dan pegal, mata dan fisik lelah , astigmatisme tinggi (4–8 D)
yang selalu melihat kabur sering mengakibatkan ambliopia
(Ilyas, 2006), gambar di kornea terlihat tidak teratur
+

Pemeriksaan Astigmatisma

 Karenasebagian besar astigmatisma disebabkan


oleh kornea, maka dengan mempergunakan
keratometer, maka derajat astigmatisma dapat
diketahui

 Cara obyektif semua kelainan refraksi, termasuk


astigmatisma dapat ditentukan dengan skiaskopi,
retinoskopi garis (streak retinoscopy), dan
refraktometri (Langston, Deborah pavan, 1996).
+
Pengobatan

 Kelainan astigmatisma dapat dikoreksi dengan


lensa silindris, sering kali dikombinasi dengan
lensa sferis. Karena tak mampu beradaptasi
terhadap distorsi penglihatan yang disebabkan
oleh kelainan astigmatisma yang tidak terkoreksi
(American Academy of Opthalmology Section 5,
2009-2010).
+
PENCEGAHAN

 Jarak baca 40-45 cm

 Aktifitas pemakaian jarak dekat dan jauh bergantian

 Nutrisi seimbang

 Mengatur program harian/ aktifitas anak


+

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai