Anda di halaman 1dari 14

Askep Gerontik sistem

pernapasan

MARIA TRYKURNIATI MAJU


1130117005
Perubahan Anatomi Fisiologi sistem
Pernapasan pada usia lanjut
 a/. Perubahan anatomi sistem pernafasan
 1..Dinding dada : tulang-tulang mengalami
osteoporosis, tulang -tulang rawan mengalami osifikasi,
terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut
epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada
mengecil.
 2..Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan
akibat atrofi.
Perubahan Anatomi Fisiologi sistem
Pernapasan pada usia lanjut
 3. Saluran nafas : akibat kelemahan otot, berkurangnya
jaringan elastis bronkus dan alveoli menyebabkan
lumen bronkus mengecil. Cincin-cincin tulang rawan
bronkus mengalami perkapuran.
 4. Struktur jaringan parenkim paru : bronkiolus, duktus
alveolaris dan alveolus membesar secara progresip,
terjadi emfisema senilis. Struktur kolagen dan elastin
dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang
sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkim
pam mengurang.
b/. Perubahan-perubahan fisiologis
sistem pernafasan
 1. Gerak pernafasan: adanya perubahan hentuk, ukuran
dada, maupun volume rongga dada akan merubah
mekanika pernafasan, amplitude pernafasan menjadi
dangkal, timbul keluhan sesak nafas
 2. Distribusi gas. Perubahan struktur anatomik saluran nafas
akan menimbulkan penumpukan Warn dalam alveolus (air
trapping) ataupun gangguan pendistribusian udara nafas
dalam cabang-cabang bronkus
 3. Volume dan kapasitas paru menurun
 4. Gangguan transport gas
 5. Gangguan perubahan ventilasi paru.
Faktor-factor yang memperburuk
fungsi paru
C. Patogenesis penyakit paru pada usia
lanjut

Perubahan Perubahan
Perubahan
anatomi daya tahan
metabolik tubuh
fisiologis tubuh

Perubahan Perubahan
respon degeneratif
Kekurangan gizi
terhadap obat
Penyakit paru obstruktif
menahun/PPOM
 Definisi Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM)
 PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan
gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode
ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan
saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan
dalam masa observasi beberapa waktu

 Termasuk dalam kelompok PPOM adalah bronkitis kronis,


emfisema paru dan penyakit saluran nafas perifer
Penyakit paru obstruktif
menahun/PPOM
 Etiologi.
 Etiologi penyakit ini belum diketahui. Timbulnya penyakit ini
dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada
penderita, antara lain merokok sigaret yang berlangsung
lama, polusi udara, infeksi paru berulang,umur, jenis
kelamin, ras, defisiensi alfa-1 antitripsin, defisiensi
antioksidan dan sebagainya. Pengaruh dari masing-
masing faktor resiko terhadap terjadinya PPOM adalah
saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang
paling dominan dalam menimbulkan penyakit ini.
Penyakit paru obstruktif
menahun/PPOM
 3/. Patofisiologi.
 Faktor-faktor resiko yang telah disebutkan di atas akan mendatangkan
proses inflamasi bronkus dan juga menimbulknn kerusakan pada dinding
bronkiolis terminal. Akibat dari kerusakan yang
 timbul akan terjadi obstruksi bronkus keel (bronkiolus terminal), yang
mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang pada
saat inspirasi mudah masuk ke dalam alveoli, saat ekspirasi banyak yang
terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (airtrapping).
Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan segara
akibat-akibatnya. Adanya obstruksi dini saat awal ekspirasi akan
menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase
ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun
perfusi darah akan mengalami gangguan.
Penyakit paru obstruktif
menahun/PPOM
 5/. Diagnosis.
 Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan kelemahan badan, batuk,sesak nafas, sesak
nafas waktu aktivitas clan nafas berbunyi, mengi atau wheeze. Oleh karena perjalanan
penyakitnya lambat, maka anamnesis harus dilakukan secara hati-hati dan teliti. Pada
pemeriksaan fisik, pada penderita tingkat penyakitnya masih awal mungkin tidak
ditemukan kelainan. Adanya ekspirasi yang memanjang merupakan petunjuk kelainan
dial. Pada penyakit tingkat lanjut, tampak bentuk dada seperti tong, ditemukan
penggunaan otot-otot bantu nafas, suara nafas melemah, terdengar suara mengi yang
lemah. Kaitting ditemukan (gerak) pernafasan paradoksal. Selain itu dapat ditemukan
edema kaki, mites dan jari tabuh.
 Pemeriksaan faal paru merupakan pemeriksaan penunjang yang penting, untuk
mendiagnosis PPOM. Untuk menentukan apakah pada penderila terdapat obtruksi saluran
nafas dapat dilakukan pemeriksaan dengan spirometri (spirogram) atau memeriksa nilai
arus puncak ekspirasi (APE) dengan alat sederhana, yaitu menggunakan mini Wright Peak
Plow Meter.
Penyakit paru obstruktif
menahun/PPOM
 Pengukuran volume ekspirasi paksa satu detik pertama (VEP
I)merupakan pemeriksaan akurat, standar, mudah dilakukan
dengan spirometer,dan dapat digunakan untuk melihat
beratnya obstruksi saluran nafas. Tingkatan hemoglobin
dalam darah itu dapat memperkirakan adanya Polycytemia,
yang mengakibatkan terjadinya Hypoxemia secara
perlahan-lahan.
 Tingkatan PPOM menurut National Institute Of Health Lung
and Blood, Bethesda 2001

Penyakit paru obstruktif
menahun/PPOM
 Penatalaksanaan
  Meniadakan faktor etiologik/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara..
  Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara
  Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada
infeksi,antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian anti-mikroba harus
tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi, yaitu sesuai hasil uji
sensitivitas atau pengobatan empirik.
  Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator.
Pentgunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronko
spasme)masih kontroversial.
  Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
 Pengobatan oksiogen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
dengan aliran lambat: 1 — 2 liter/menit.
  Tindakan rehabilitasi.
 Tindakan rehabilitasi terhadap penderita meliputi Aktivitas-aktivitas berikut
:
 o Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret
bronkus.
 o Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernafasan yang paling efektif baginya
 o Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan uatuk
memulihkan kesegaran jasmaninya.
 o Vocational guidance : usaha yang dilakukan terhadap pendeiita agar
sedapat-dapat kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.

Anda mungkin juga menyukai