Anda di halaman 1dari 23

EVIDENCE BASED MEDICINE

ENDANG LESTARI
Sasaran Belajar

 Siswa memahami definisi, reasoning, dan


manfaat EBM
 Siswa mengetahui langkah-langkah
melakukan EBM
 Siswa memahami peran EBM dalam
praktek kedokterannya
What is EBM?
 Evidence Based Medicine adalah Kedokteran
Berbasis Bukti
 Yakni: sistem atau cara untuk menyaring semua
data dan informasi dalam bidang kesehatan,
sehingga seorang dokter hanya memperoleh
informasi yang sahih dan mutakhir untuk
mengobati pasiennya
 the conscientious, explicit, and judicious use of
the best current evidence in making decisions
about the care of individual patients
Sejarah EBM
 EBM dikembangkan oleh sejumlah ahli epidemiologi klinis dan
biostatistik, yang berkembang sangat pesat.
 Pertama kali ditulis dalam majalah JAMA sebagai petunjuk
kepustakaan kedokteran (Readers' Guides to Medical
Literature) untuk menolong para klinikus dalam menilai karya
ilmiah bidang kedokteran.
 Kemudian sebagai pengguna kepustakaan kedokteran atau
Users' Guides to Medical Literature dan berkembang menjadi
pengetahuan klinis berbasis bukti atau Evidence Based Clinical
Specialities
 Dengan berkembangnya metode-metode dalam bidang
penelitian dan tuntutan untuk mengetahui hasil penelitian
secara benar, maka pada tahun 1992 berkembanglah EBM
 EBM lahir pada tahun 1992 oleh suatu kelompok yang
diketuai oleh Gordon Guyatt dari McMaster University di
Canada
Mengapa EBM?
 OnLine data base website pada tahun 1998 diperkirakan
sebesar 5 juta. Jumlah website bidang kedokteran lebih
dari 100 ribu, karena itu era sekarang disebut sebagai
cyber medicine.
 Kita harus dapat mengendalikan data-data yang
terpaparkan baik dari kepustakaan, makalah ataupun
website, karena tidak semua informasi tersebut adalah
valid untuk dapat diterima sebagai tambahan ilmu
pengetahuan.
 Untuk itu sejak tahun 1990 para ahli biostatistik,
epidemiologi klinis dan para klinikus mengembangkan
suatu ilmu yang disebut sebagai EBM (Evidence Based
Medicine)
 makalah yang disaring oleh EBM adalah makalah yang
termasuk dalam bidang ilmu kedokteran kuantitatif,
sedangkan pada bidang kualitatif EBM tidak berperan
banyak
EBM mengintergrasikan 3 hal
 Bukti penelitian
terbaik (best research
evidence)
 Keahlian klinis Keahlian klinis

(Clinical experties)
 Nilai pasien (patient’s
values)
 Penelitian yang terbaik adalah penelitian klinis yang
mempunyai validitas yang tinggi, akurat dan persisi
sempit, serta aman balk dalam aspek diagnosis,
terapi, prognosis, dan sebagainya.
 Keahlian klinis adalah kemampuan menggunakan
keterampilan pengalaman dan secara cepat dan
tepat untuk mengidentifikasi mendiagnosis keadaan
dan resiko pasien serta harapan-harapan pasien.
Keahlian klinis lebih berkonotasi pada penguasaan
substansi.
 Nilai pasien adalah suatu kesatuan dari
kecenderungan, perhatian dan pengharapan setiap
pasien yang membawa pada suatu keadaan klinis
tertentu
Perkembangan KBB yang pesat disebabkan oleh:

 Kebutuhan informasi yang valid tentang


diagnosis, prognosis, terapi, harms dan
sebagainya.
 sumber-sumber tradisional tidak adekuat untuk
penyelesaian masalah tersebut, sebab informasi
tersebut sudah ketinggalan zaman (terutama
kalau diambil dari text book), dan banyak
kesalahan.
 Peningkatan keterampilan mendiagnosis dan
penetapan klinis, sejalan dengan bertambahnya
pengalaman memerlukan pengetahuan yang
sahih.
Latar Belakang Pentingnya EBM
 Makin berkembangnya penelitian di bidang kedokteran
yang berlangsungterus menerus dan memerlukan dana
sangat besar, dan kadang-kadangkurang dimanfaatkan,
karena itu harus dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin
untuk memperbaiki tata laksana pasien.
 Pada umumnya para dokter yang bekerja di rumah sakit
terutama rumah sakit daerah, tidak memiliki akses yang
cukup untuk memperoleh informasi mutakhir dan sahih
tentang kemajuan ilmu pengetahuan. Mereka
menambah ilmunya tidak dari bukti penelitian yang sahih
tetapi dari detailer perusahaan farmasi yang kebanyakan
tidak memiliki latar belakang yang cukup di bidang
kedokteran. Mereka bahkan kadang-kadang kurang
menyadari perlunya bukti penelitian yang sahih.
Latar belakang……
 Para dokter sibuk dengan berbagai macam kegiatan di luar
bidang medis. Mereka merasa memiliki kemampuan klinik yang
cukup untuk menangani pasien. Para dokter tersebut belum
menyadari timbulnya gugatangugatan dari pasien terhadap
penatalaksanaan perawatan yang kadangkadang salah dan
ketinggalan zaman. Dengan informasi kesehatan yang
berkembang demikian pesat, seseorang akan mudah mengakses
informasi tersebut untuk mencari bukti-bukti penelitian yang
mutakhir dan sahih. Bila dalam kenyataannya pasien tersebut
dirugikan atau meninggal karena penatalaksanaan yang salah,
maka dokter dapat dituntut. Dalam hal ini barulah dokter tersebut
menyadari pentingnya KBB.
 KBB merupakan proses pendekatan terhadap pembelajaran klinis
yang akan menjadikan dokter tersebut memiliki informasi yang
mutakhir dan sahih di dalam penatalaksanaan pasien.
 Sebagaimana diketahui bahwa medicine is a live-long study yaitu
suatu pembelajaran seumur hidup yang berorientasi memecahkan
masalah dalam penanganan pasien.
Dimana BUKTI?
diambil dari hasil penelitian yang terdapat di dalam
kepustakaan dalam bentuk:
 tinjauan kepustakaan sistematis (TKS) atau
systematic review (SR),
 Meta Analisis (MA) atau meta analysis (MA)
 protap (guideline),
 text-book
 Seminar
 pendidikan berkelanjutan dan sebagainya
Kekuatan bukti
 Bukti yang kuat dari paling tidak satu
tinjauan kepustakaan yang sistematis dari
beberapa penelitian acak dengan kontrol
(Randomized controlled trial) yang
didesain dengan baik
 Bukti yang kuat dari paling tidak satu
penelitian acak dengan kontrol yang
didesain dengan layak dan dengan jumlah
sampel yang cukup
Kekuatan bukti
 Bukti dan penelitian pre-post tes pada kelompok
tunggal, cohort atau penelitian kasus kelola
(case control) dengan matching
 Bukti dari penelitian non-eksperimen yang
didesain dengan baik dari satu pusat atau
kelompok penelitian
 Opinion respect authority (Opini para ahli) yang
berdasarkan pada bukti klinik, penelitian
deskriptif atau laporan dari kumpulan para ahli
Masalah Klinis dokter?

 Diagnosis
 Terapi
 Prognosis
 Harms (hal-hal yang membahayakan
pasien)
Identifikasi dan formulasi masalah dalam EBM
Langkah-langkah EBM

1. Menyusun pertanyaan klinis


2. Menelusuri bukti dari:
 sumber primer penelitian dari: MEDLINE atau artikel
penelitian dari jurnal
 Sumber sekunder dari cochran, Best Evidence,
POEMs, Info retriever, dll.
3. Menganalisis bukti (artikel ilmiah) dengan
critical appraisal: valid? Penting? Dapat
diterapkan pada pasien?
4. Diterapkan pada pasien
5. evaluasi
Menyusun pertanyaan klinis
Dilakukan dengan PICO:
P : Problem/ patients
I : Intervention
C : Comparison
O : Outcome
Contoh
 Seorang perempuan yang menderita diabetes tipe 2
merasa khawatir mengenai kemungkinan adanya
pengaruh pengobatan yang dilakukannya terhadap
kehamilannya dan kemungkinan terjadinya keguguran.
Beliau datang kepada dokter Andi untuk berkonsultasi.
Dokter pernah mendengar bahwa terapi infuse insulin
(insulin pump) lebih efektif dibandingkan dengan terapi
insulin pada umumnya. Meskipun demikian sebelum
memastikan untuk menggunakan terapi tersebut, dokter
ingin mengetahui kebenaran informasi tersebut. Oleh
karena itu, dia memutuskan untuk mencari literature
terkait kasus di atas.
 Pertanyaan klinik yang dapat disusun oleh dokter
dengan menggunakan PICO adalah
 Patient/Population: wanita hamil menderita
diabetes tipe 2
 Intervention:Terapi infuse insulin (Insulin pump
therapy)
 Comparison: terapi insulin konvensional
(Conventional insulin therapy)
 Outcome: meningkatkan kualitas penanganan
glukosa

Perntanyaan klinisnya adalah: Apakah suntik insulin


(Intervention) lebih efektif dibandingkan terapi
insulin konvensional (Comparison) dalam
meningkatkan kualitas penanganan glukosa
(outcome) pada wanita hamil penderita diabet tipe
2 (patient)?
Contoh lain
 Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dokter
mencurigai bahwa pasiennya menderita cholecystitis
akut. Untuk memastikan diagnosisnya, dokter
menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan
penunjang, dan beliau mengetahui sebelumnya bahwa
cholescintigraphy / HIDA (radionuclide) scan
mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi. Akan
tetapi, teman sejawatnya menyarankan agar
pasiennya di-periksa dengan USG, karena USG adalah
alat pemeriksaan penunjang pertama yang paling baik.
Untuk memastikan, dokter perlu mencari evidence
(bukti) dari berbagai literature.
 Buat pertanyaan klinisnya dengan PICO
Contoh lain
 Untuk menjaga daya tahan tubuh pasien dari
masuk angin dan serangan infeksi, dokter
menyarankan agar pasien mengkonsumsi
vitamin C atau bisa juga mengkonsumsi
Echinacea. Akan tetapi ketika pasiennya
bertanya; ”lalu, mana yang lebih baik, Dok?
Vitamin C atau Echinacea?” dokter menjadi
bingung karena belum mengetahui evidence-
nya.
 Buat pertanyaan klinisnya dengan PICO
2. Setelah tersusun pertanyaan klinis, carilah bukti dari
berbagai sumber:
 NHS Research and Development, center for evidence
based medicine http:l/cebm.jr2.ox.au.uk/
 Cochrane Collaboration.
http:l/hiru.mcmaster.calcochrane/
 Evidence based Medicine.
http:l/hiru.hirunet.mcmaser.ca/ebm/
 Evidence Based Medicine Journal.
http://www.acponline.org/journals/ebm/ebmmenu.htm
 Cochrane Neonatal Collaboration Review Group
http://silk.nih.gov/solk/cochrane/
 MEDLINE dari EBSCO host
3. Setelah artikel ditemukan, analisislah dengan
menggunakan critical appraisal untuk
menentukan apakah artikel tersebut:
 Valid
 Penting
 Dapat diterapkan kepada pasien

4. Selanjutnya jika ketiga kriteria terpenuhi,


terapkan pada pasien
5. Evaluasi hasilnya

Anda mungkin juga menyukai