Ruang rawat intensif adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus pula, yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa : Tujuan Meningkatkan efisiensi penggunaan ruang ICU di RSUD Kepahiang ALUR PASIEN KE RUANGAN ICU Sebelum pasien dimasukkan ke ICU, pasien dan/atau keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di ICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh DPJP atau asisten DPJP yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien dan/atau keluarganya dapat menerima atau menolak untuk dirawat di ICU. Persetujuan atau penolakan dinyatakan dengan menandatangani formulir informed consent.kemudian dpjp atau asisten dpjp mengisi form cheklis pasien masuk icu .dan sebliknya jika keluar dari ruangan icu KRITERIA PASIEN MASUK BERDASARKAN DIAGNOSIS • Sistem Kardiovaskuler • Sistem Pernapasan • Penyakit Neurologis • Overdosis obat atau keracunan obat • Penyakit Gastrointestinal • Endokrin • Bedah • Lain-lain Sistem Kardiovaskuler • Infark Miokard Akut dengan komplikasi • Syok Kardiogenik • Aritmia kompleks yang membutuhkan monitoring ketat dan intervensi • Gagal jantung kongestif dengan gagal napas dan/atau membutuhkan support hemodinamik • Hipertensi emergensi • Angina tidak stabil, terutama dengan disritmia, hemodinamik tidak stabil, atau nyeri dada menetap • S/P cardiac arrest • Tamponade jantung atau konstriksi dengan hemodinamik tidak stabil • Diseksi aneurisma aorta • Blokade jantung komplit Sistem Pernapasan • Gagal napas akut yang membutuhkan bantuan ventilator • Emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil • Pasien dalam perawatan Intermediate Care Unit yang mengalami perburukan fungsi pernapasan • Membutuhkan perawat/ perawatan pernapasan yang tidak tersedia di unit perawatan yang lebih rendah tingkatnya misalnya Intermediate Care Unit • Hemoptisis masif • Gagal napas dengan ancaman intubasi Penyakit Neurologis • Stroke akut dengan penurunan kesadaran • Koma: metabolik, toksik, atau anoksia • Perdarahan intracranial dengan potensi herniasi • Perdarahan subarachnoid akut • Meningitis dengan penurunan kesadaran atau gangguan pernapasan • Penyakit sistem saraf pusat atau neuromuskuler dengan penurunan fungsi neurologis atau pernapasan (misalnya: Myastenia Gravis, Syndroma Guillaine-Barre) • Status epileptikus • Mati batang otak atau berpotensi mati batang otak yang direncanakan untuk dirawat secara agresif untuk keperluan donor organ • Vasospasme • Cedera Kepala Berat Overdosis obat atau keracunan obat • Keracunan obat dengan hemodinamik tidak stabil • Keracunan obat dengan penurunan kesadaran signifikan dengan ketidakmampuan proteksi jalan napas • Kejang setelah keracunan obat Penyakit Gastrointestinal • Perdarahan gastrointestinal yang mengancam nyawa termasuk hipotensi, angina, perdarahan yang masih berlangsung, atau dengan penyakit komorbid • Gagal hati fulminan • Pankreatitis berat • Perforasi esophagus dengan atau tanpa mediastinitis Endokrin • Ketoasidosis diabetikum dengan komplikasi hemodinamik tidak stabil, penurunan kesadaran, pernapasan tidak adekuat atau asidosis berat
• Badai tiroid atau koma miksedema dengan hemodinamik tidak stabil
• Kondisi hiperosmolar dengan koma dan/atau hemodinamik tidak stabil
• Penyakit endokrin lain seperti krisis adrenal dengan hemodinamik tidak stabil
• Hiperkalsemia berat dengan penurunan kesadaran, membutuhkan monitoring
hemodinamik
• Hipo atau hipernatremia dengan kejang, penurunan kesadaran
• Hipo atau hipermagnesemia dengan hemodinamik terganggu atau disritmia
• Hipo atau hiperkalemia dengan disritmia atau kelemahan otot
• Hipofosfatemia dengan kelemahan otot
Bedah Pasien pasca operasi yang membutuhkan monitoring hemodinamik/ bantuan ventilator atau perawatan yang ekstensif Lain-lain • Syok sepsis dengan hemodinamik tidak stabil • Monitoring ketat hemodinamik • Trauma faktor lingkungan (petir, tenggelam, hipo / hipertermia) • Terapi baru / dalam percobaan dengan potensi terjadi komplikasi • Kondisi klinis lain yang memerlukan perawatan setingkat ICU KRITERIA PASIEN MASUK BERDASARKAN PARAMETER OBJEKTIF • Tanda vital • Nilai laboratorium • Radiografi/Ultrasonografi/Tomografi • Elektrokardiogram • Pemeriksaan Fisik (onset akut) Tanda vital • Nadi < 40 atau > 150 kali/menit • Tekanan darah sistolik arteri < 80 mmHg atau 20 mmHg dibawah tekanan darah pasien sehari-hari • Mean arterial pressure < 60 mmHg • Tekanan darah diastolik arteri > 120 mmHg • Frekuensi napas > 35 kali/menit Nilai laboratorium • Natrium serum < 110 mEq/L atau > 170 mEq/L • Kalium serum < 2.0 mEq/L atau > 7.0 mEq/L • PaO2 < 50 mmHg • pH < 7.1 atau > 7.7 • Glukosa serum > 800 mg/dl • Kalsium serum > 15 mg/dl • Kadar toksik obat atau bahan kimia lain dengan gangguan hemodinamik dan neurologis Radiografi/Ultrasonografi/Tomografi
• Perdarahan vaskular otak, kontusio atau
perdarahan subarachnoid dengan penurunan kesadaran atau tanda defisit neurologis fokal • Ruptur organ dalam, kandung kemih, hepar, varises esophagus atau uterus dengan hemodinamik tidak stabil • Diseksi aneurisma aorta Elektrokardiogram • Infark miokard dengan aritmia kompleks, hemodinamik tidak stabil atau gagal jantung kongestif • Ventrikel takikardi menetap atau fibrilasi • Blokade jantung komplit dengan hemodinamik tidak stabil Pemeriksaan Fisik (onset akut) • Pupil anisokor pada pasien tidak sadar • Luka bakar > 10% BSA • Anuria • Obstruksi jalan napas • Koma • Kejang berlanjut • Sianosis • Tamponade jantung KRITERIA PRIORITAS PASIEN MASUK • Pasien prioritas 1 (satu) • Pasien prioritas 2 • Pasien prioritas 3 • Pengecualian Pasien prioritas 1 (satu) • Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, misalnya pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa. • Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas. PASIEN PRIORITAS 2 Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung- paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah. PASIEN PRIORITAS 3 Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru PENGECUALIAN Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala Instalasi Rawat Intensif, indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien- pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain: 1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”. Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya. 2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen. 3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor organ. KRITERIA PASIEN KELUAR ICU • Bila kondisi fisiologis pasien stabil dan kebutuhan monitor dan perawatan ICU sudah tidak diperlukan lagi • Bila kondisi fisiologis pasien memburuk dan tidak ada lagi rencana intervensi aktif, layak untuk keluar dari ICU dan mendapatkan tingkat perawatan lebih rendah. TANDA –TANDA VITAL • Nadi 60 atau < 100 kali/menit • Mean arterial pressure> 65 mmHg • Tekanan darah diastolik < 110 mmHg • Frekuensi napas 8 - 30 kali/menit • Diuresis > 0,5 ml/kgBB/jam • SpO2 > 93% dengan nasal kanul • Pasien sadar / tidak sadar sudah terpasang Tracheostomi tube NILAI LABORATORIUM • Natrium serum 125 - 150 mEq/L • Kalium serum 3 - 5,5 mEq/L • PaO2 > 60 mmHg • pH 7,3 - 7.5 • Glukosa serum 80 - 180 mg/dl • Kalsium serum 2 - 2,5 mmol/L • Laktat plasma perbaikan (kurang dari 2)