Anda di halaman 1dari 45

TRAUMA URETRA

Definisi
 Trauma atau ruptur pada uretra akibat cedera internal maupun eksternal
Etiologi
 Cedera yang berasal dari luar (eksternal) : trauma tumpul yang menimbulkan
fraktur tulang pelvis  ruptura uretra pars membranasea; trauma tumpul pada
selangkangan atau straddle injury  ruptura uretra pars bulbosa.
 Cedera iatrogenik (akibat instrumentasi pada uretra)  pemasangan kateter
atau businasi pada uretra yang kurang hati-hati dapat menimbulkan robekan
uretra karena false route atau salah jalan; demikian pula tindakan operasi trans-
uretra.
Gambaran Klinis
 Kecurigaan adanya trauma uretra adalah jika didapatkan perdarahan per-
uretram, yaitu terdapat darah yang keluar dari meatus uretra eksternum
setelah mengalami trauma. Pada trauma uretra yang berat, seringkali pasien
mengalami retensi urine. Pada keadaan ini tidak diperbolehkan melakukan
pemasangan kateter, karena tindakan pemasangan kateter dapat
menyebabkan kerusakan uretra yang lebih parah.
Klasifikasi
 Trauma uretra anterior  uretra pars bulbosa, uretra pars pendulosa, fossa
naviculare
 Trauma uretra posterior  uretra pars prostatika, uretra pars membranase
Trauma Uretra Anterior
Definisi
 Trauma yang terjadi pada bagian distal dari diafragma urogenitalia
Etiologi
 Straddle injury atau tendangan atau pukulan pada daerah perineum, dimana
uretra pars bulbosa terjepit diantara tulang pubis dan benda tumpul
 Cedera tembus uretra (luka tembak atau luka tusuk)
 Trauma penis yang berat
 Trauma iatrogenic dari kateterisasi atau masuk benda asing
Klasifikasi
 Kontusio : Gambaran klinis memberi kesan cedera uretra, tetapi uretrografi
retrograde normal
 Incomplete disruption : Uretrografi menunjukkan ekstravasasi, tetapi masih ada
kontinuitas uretra sebagian. Kontras terlihat mengisi uretra proksimal atau
vesika urinaria.
 Complete disruption : Uretrografi menunjukkan ekstravasasi dengan tidak ada
kontras mengisi uretra proksimal atau vesika urinaria. Kontinuitas uretra
seluruhnya terganggu
Gambaran Klinis
 Memar atau hematom pada penis dan skrotum.
 Beberapa tetes darah segar di meatus uretra merupakan tanda klasik cedera uretra.
 Bila terjadi ruptur uretra total, penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak
terjadi trauma dan nyeri perut bagian bawah dan daerah suprapubik.
 Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstruksi karena udem atau
bekuan darah.
 Kecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat cedera kangkang atau
instrumentasi dan darah yang menetes dari uretra.
 Jika terjadi ruptur uretra beserta korpus spongiosum, darah dan urin keluar dari
uretra tetapi masih terbatas pada fasia Buck, dan secara klinis terlihat hematoma yang
terbatas pada penis.
 Jika fasia Buck ikut robek, ekstravasai urin dan darah hanya dibatasi oleh fasia Colles
sehingga darah dapat menjalar hingga skrotum atau dinding abdomen. Oleh karena itu
robekan ini memberikan gambaran seperti kupu-kupu sehingga disebut butterfly
hematoma atau hematoma kupu-kupu.
Pemeriksaan Penunjang
 Retrograde uretrografi (RUG)  menentukan klasifikasi trauma uretra
menurut Gold Man
 Tipe 1
 Tipe 1
o Tampak peregangan minimal dan lumen yang nampak sedikit irreguler pada
uretra posterior
o Ruptur ligamentum puboprostatika
o Prostate bergeser ke posterior dan uretra tetap intak
o Tidak ada extravasasi zat kontras
 Tipe 1I
o Trauma uretra posterior & diafragma urogenital
o Terlihat extravasasi kontras dlm pelvis extra peritoneal
o Zat kontras tidak ada dalam perineum
o Diafragma urogenital masih intak
 Tipe III
o Tipe yang sering
o Kerusakan meluas
o Terlihat extravasasi kontras pada rongga pelvis extra peritoneal dan
perineum
 Tipe IV
o Terjadi dekat buli-buli meluas ke uretra proximal
o Extravasasi kontras pada pelvis extra peritoneal & sekitar proximal uretra
o Dapat merusak sfingter uretra interna
 Tipe V
o Terjadi di uretra anterior.
o Terlihat extravasasi kontras bagian inferior diafragma urogenital
Tatalaksana
 Tidak boleh dilakukan kateterisasi uretra
 Pada trauma uretra anterior total, langsung dilakukan pemulihan uretra dengan
anastomosis ujung ke ujung melalui sayatan perineal. Dipasang kateter silikon
selama 3 minggu
 Bila ruptur parsial, dilakukan sistotomi dan pemasangan kateter Folley di
uretra selama 7-10 hari, sampai terjadi epitelisasi uretra yang cedera
Komplikasi
 Perdarahan
 Sepsis
 Striktur uretra
Trauma Uretra Posterior
Definisi
 Trauma pada uretra yang terletak di uretra pars membranosa dan uretra pars
prostatika.
Etiologi
 Fraktur pelvis
 Trauma tumpul  tabrakan kendaraan bermotor, terjatuh
Klasifikasi
 Tipe I
 Uretra posterior masih intak dan hanya mengalami stretching (perengangan)
• Foto uretrogram tidak menunjukkan adanya ekstravasasi
• Uretra hanya tampak memanjang
Klasifikasi
 Tipe II
 Uretra posterior terputus pada perbatasan prostate-membranasea (parsial)
 Diafragma urogenitalia masih utuh
 Foto uretrogram : ekstravasasi kontras yang masih terbatas di atas diafragma
 Kontras mengisi uretra proksimal s/d vu
Klasifikasi
 Tipe III
 Uretra posterior, diafragma urogenitalis, dan uretra pars bulbosa sebelah proksimal
ikut rusak.
 Foto uretrogram : ekstravasasi kontras meluas hingga di bawah diafragma sampai ke perineum
Gambaran Klinis
 Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah, dijumpai jejas hematom,
dan nyeri tekan.
 Teraba buli-buli yang cembung (distended), urin tidak bisa keluar dari kandung
kemih atau memar pada perineum atau ekimosis perineal
 Trias diagnostik dari gangguan uretra prostatomembranosa adalah fraktur
pelvis, darah pada meatus dan urin tidak bisa keluar dari kandung kemih.
 Keluarnya darah dari ostium uretra eksterna
Pemeriksaan Penunjang
 Uretrografi retrograd
 Injeksi 20-30 ml kontras radioopak ke dalam uretra
 Ekstravasasi cairan kontras di uretra pars prostaticomembranosa  menunjukan
lokasi kerusakan
Tatalaksana
 Tidak boleh dilakukan kateterisasi uretra
 Bila trauma uretra posterior tidak disertai edema organ intraabdomen aau
organ lain, cukup dilakukan sistotomi. Reparasi uretra dilakukan 2-3 hari
kemudian dengan melakukan anastomosis ujung ke ujung, dan pemasangan
kateter silikon selama 3 minggu
 Bila ruptur uretra disertai cedera organ lain sehingga tidak mungkin dilakukan
reparasi -3 hari kemudian, sebaiknya dipasang kateter secara langsir (rail
loading).
KANKER KANDUNG KEMIH (BULI)
Buli -buli (Vesica U r i n a r i a / B l a d d e r )

Kantong muskulomembranosa yang terletak di bagian


anterior rongga panggul, kantong ini m e n a m p u n g
produk ekskresi dari ginjal melalui u r e t e r dan
mengeluarkannya melalui uretra.
An at omi
KANKER BULI
• Kanker yang berasal dari mukosa kandung kemih (urotel).
• Kanker ini merupakan keganasan ke-7 paling sering pada pria dan
ke-17 pada wanita.
• Insidensi di seluruh adalah 9 per 100.000 untuk laki-laki dan 2 per
100.000 untuk perempuan
Faktor resiko
• Merokok
Asap rokok mengandung bahan karsinogen berupa amino aromatik dan hidrokarbon aromatik
polisiklik yang disekresikan melalui ginjal
• Pajanan Bahan Kimia
Amino aromatik, hidrokarbon aromatik polisiklik dan hidrokarbon
• Radiasi
Radiasi ion, external beam radiotherapy (EBRT), dan brachytherapy pada keganasan ginekologi dan prostat
• Infeksi dan Iritasi Kronis Kandung Kemih
Infeksi schistosomiasis dan iritasi kronis oleh urinary calculI
• Kemoterapi
Penggunaan siklofosfamid, agen alkylating yang digunakan untuk mengobati penyakit limfoproliferatif
dan penyakit nonneoplastik lainnya
LANGKAH DIAGNOSTIK

Gejala klinis
•HEMATURIA: dialami oleh 85-90%
•SIFAT HEMATURIA:
- GROSS
- PAINLESS
- INTERMITTEN
•Kadang-kadang disertai:
- FREKWENSI
- URGENSI LUTS  sering pada karsinoma INSITU
- DISURIA
- RETENSIO BEKUAN DARAH
PEMERIKSAAN FISIK
 Colok dubur
 Palpasi bimanual ginjal
 palpasi bimanual kandung kemih.

PEMERIKSAAN SITOLOGI / PENANDA MOLEKULER


 Untuk mencari adanya sel ganas pada urin  sensitivitas yang tinggi pada
kanker kandung kemih derajat tinggi
 Pemeriksaan penanda molekuler seperti:
Bladder Tumor Antigen (BTA) stat, Nuclear Matrix Protein (NMP) 22, sitokeratin
 Ultrasonografi (USG)
 Intravenous Urography (IVU)
(berupa space occupying lession (SOL), filling
defect, menentukan fungsi ginjal dan adanya
Hidronefrosis
 Computed Tomography (CT)
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
 Foto Toraks
 Sistoskopi
 Reseksi Tumor Kandung Kemih
Transuretra (TUR-BT)
 Patologi Anatomi
Gold standart u/ diagnosis pasti, jenis, derajat
diferensiasi dan derajat invasi, adanya carsinoma in
situ (CIS) dan invasi limfovaskuler.
Jenis tumor buli berdasarkan
histopatologinya

sebagian besar ± 90 % tumor buli  karsinoma sel transisional


tumor ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi disaluran kemih yang epitelnya
terdiri atas sel transisional yaitu
pielum, ureter, atau uretra posterior

jenis yang lainnya adalah:


 karsinoma sel skuamosa ± 10%
 adenokarsinoma ± 2%
International Society of Urological Pathology (ISUP) dan WHO
Klasifikasi TNM Kanker Kandung Kemih (2009).
TATALAKSANA KANKER KANDUNG KEMIH NON INVASIF OTOT
(KKKNIO/NMIBC)
 TUR-BT Transuretral Resection of BladderTumour
 Instilasi Kemoterapi Intravesika
 Instilasi Kemoterapi Pasca Operasi <24jam
Pada tumor risiko rendah  Mitomicin C (MMC), epirubicin,
dan doxorubicin
 Instilasi Kemoterapi Intravesika Lanjutan
resiko rendah  1x
resiko tinggi  8x (8 minggu)
 Immunoterapi Intravesika Bacillus Calmette-Guérin (BCG)
Tumor Superficial: Tis, Ta, T1

TUR BULI

INSTALASI CHEMO
INTRAVESIKAL

BCG MITOMYCIN C THIOTEPA DOXORUBICIN


11-27% Recuren
VS
70% Recuren
(tanpa BCG)
TATALAKSANA KANKER KANDUNG KEMIH INVASIF OTOT
(KKKIO/MIBC)
 Sistektomi Radikal + diseksi KGB regional
 Diversi Urin
 Abdominal diversion : ureterocutaneostomy, ileal atau colonic conduit.
 Urethral diversion : orthotopic urinary diversion neobladder, (orthotopic-bladder
substitution).
 Rectosigmoid diversion : uretero (ileo-) rectostomy.
 Kemoterapi Neo Ajuvan fungsi ginjal harus baik dan dilakukan
sebelum sistektomi
 Sitektomi Parsial  lesi soliter, dekat dome eksisi dengan tepi bebas
tumor 2 cm
KEMOTERAPI SISTEMIK
INDIKASI: Tumor buli dalam / lanjut

KOMBINASI yang sering diberikan:


MVAC
Methotrexate, Vinblastine, Adriamysine/Doxorubicin, Cisplatin

CMC
Cisplatin, Methotrexate, Venblastine

CISCA
Cisplatin, Cyclophosphamid, Adriamycin/Doxorubicin
Pemantauan
Pasca Sistektomi Radikal :
1. Pemeriksaan elektrolit setiap 3 - 6 bulan selama dua tahun dan selanjutnya
sesuai gejala klinis.
2. Pemeriksaan radiologi thoraks, abdomen dan pelvis setiap 3 - 12 bulan
selama dua tahun.
3. Jika menggunakan diversi urin dengan segmen usus halus,dilakukan
monitoring defisiensi B12 dilakukan per tahun.
Pasca Bladder Sparing Treatment :1
 Sama dengan pasca sistektomi radikal ditambah : sistoskopi dan sitologi urin
dan/ atau biopsi acak setiap tiga sampai enam bulan selama 2 tahun
selanjutnya dilakukan pemantauan setiap 6-12 bulan.
Tatalaksana Paliatif

Anda mungkin juga menyukai