Anda di halaman 1dari 20

• Prizila Gryntari F.

P27820116049
• Alifi Nila Cahyani Mutiara P27820116060
• Rosa Frasisca Sukmawati P27820116070
• Nizar Zulmi Barzani P27820116072
• Esthi Mulyani P27820116074
Penularan penyakit dari seseorang
kepada orang lain, yang umumnya
melalui suatu perantara, baik
melalui kontak langsung maupun
tidak langsung.
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pejamu
antara lain melalui sentuhan, gigitan, ciuman atau
adanya droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara,
atau saat transfusi darah dengan darah yang
terkontaminasi mikroba patogen.
Vehicle-borne

Vector-bone

Food-borne
Penularan mikroba
patogen yang
memerlukan adanya
“media perantara”.
Water-borne

Air-borne
Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang
bergantung pada hal-hal berikut:
• Agen infeksius atau pertumbuhan patogen
• Tempat atau sumber pertumbuhan patogen
• Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut
Sebagai agen penyebab penyakit (biotis), mikroba
memiliki sifat-sifat khusus yang sangat berbeda dnegan
agen penyebab penyakit lainnya (abiotis). Sebagai
makhluk hidup, mikroba patogen memiliki ciri ciri
kehidupan, yaitu:
• mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan
cara berkembang biak;
• memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi
kelangsungan hidupnya (habitat reservoir);
• bergerak dan berpindah tempat (dinamis).
Cara menyerang/invasi ke pejamu/manusia melalui tahapan sebagai berikut:
• Sebelum pindah ke pejamu (calon penderita), mikroba patogen hidup dan
berkembang biak pada reservoir (orang/penderita, hewan, benda-benda
lain).
• Untuk mencapai pejamu (calon penderita), diperlukan adanya mekanisme
penyebaran
• Untuk masuk ke tubuh pciamu (calon penderita), mikroba patogen
memerlukan pintu masuk (port d'entree) seperti kulit/mukosa yang terluka,
hidung, rongga mulut, dan sebagainya.
• Adanya tenggang waktu saat masuknya mikroba patogen melalui port
d’entree sampai timbulnya manifestasi klinis, untuk masing-masing mikroba
patogen berbeda-beda.
• Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat terserang oleh mikroba
patogen, namun beberapa mikroba patogen secara selektif hanya
menyerang organ-organ tubuh tertentu dari peiamu (target organ).
Besarnya kemampuan merusak dan menimbulkan manifestasi klinis dari
mikroba patogen terhadap pejamu dapat dinilai dari beberapa faktor
berikut:
• Infeksivitas : Besarnya kemampuan mikroba patogen melakukan invasi,
berkembang biak dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal pada
jaringan tubuh pejamu.
• Patogenitas : Derajat respons/reaksi pejamu untuk menjadi sakit.
• Virulensi : Besarnya kemampuan merusak mikroba patogen terhadap
jaringan pejamu.
• Toksigenitas :Besarnya kemampuan mikroba patogen untuk menghasilkan
toksin, di mana toksin berpengaruh dalam perjalanan penyakit.
• Antigenitas :Kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya
mekanisme pertahanan tubuh (antibodi) pada diri pejamu. Kondisi ini akan
mempersulit mikroba patogen itu sendiri untuk berkembang biak, karena
melemahnya respons pejamu menjadi sakit.
Kembali kepada riwayat alamiah penyakit dengan
memperhatikan Segitiga Epidemiologi, di mana faktor-faktor
agen penyebab penyakit, pejamu, dan lingkungan saling
berinteraksi. Lingkungan sering kali berpengaruh positif terhadap
perkembangbiakan mikroba patogen serta transmisinya ke
pejamu, dan sering kali pula berpengaruh negatif terhadap
pejamu. Hasil akhirnya adalah pejamu menjadi seorang
penderita (sakit) penyakit infeksi. Contoh yang mudah diamati
adalah lingkungan rumah sakit. Lingkungan ini sangat berpotensi
untuk menyebarkan dan menularkan mikroba patogen yang
berakibat timbulnya kasus-kasus yang disebut infeksi nosokomial.
Rentan Inkubasi

Klinis Akhir
Penyakit
Pada saat ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat,
namun peka atau labil, disertai faktor predisposisi yang
mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik,
perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dll. Faktor-faktor
prediposisi tersebut mempercepat masuknya agen penyebab
penyakit (mikroba patogen) untuk beriteraksi dengan pejamu.
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen mulai
beraksi, namun tanda dan gejala penyakit belum tampak. Saat
mulai masuknya mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga saat
munculnya tanda dan geajla penyakit disebut masa inkubasi.
Masa inkubasi satu penyakit berbeda denga penyakit lainnya,
ada yang hanya beberapa jam, dan ada pula yang bertahun-
tahun.
No. Penyakit Masa Inkubasi

1. Botulisme 12-36 jam


2. Kolera 3-6 hari
3. Konjungtivitis 1-3 hari
4. Difteri 2-5 hari
5. Disentri amoeba 2-4 minggu
6. Disentri basiler -
7. Demam berdarah dengue 4-5 hari
8. Gonorhea 2 -5 liari
9. 1 Icpatitis infektiosa 2-6 minggu
10. I lerpes zoster l-2niinggu
11. Influenza 1-3 hari
12. Keracunan makanan tersangka salmonella 6-12 jam
13. Limfogranuloma venereum 2-5 minggu
14. Morbilli/campak 10-14 hari
15. Morbus hansen/lepra 3-5 tahun
16. Parotitis epidemika 12-25 hari
17. Poliomiclitis 7-12 liari
18. Pcrtusis/hatuk rejan 7-20 liari
19. Sifilis 10-90 liari
20. Tetanus ±7 hari
21. Tuberkulosis 4-12 minggu
22. Tifus abdominalis 1-2 minggu
23. Varicella 2-3 minggu
24. Variola 7-15 liari
Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat
memunculkan tanda dan gejala penyakit. Dalam
perkembangannya penyakit kan berjalan secara bertahap .
pada tahap awal tanda dan gejala penyakit masih ringan.
Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari dan masih
bisa diatasi dengan berobat jalan. Karena penyakit bertambah
parah baik secara objektif maupun subjektif, maka pada tahap
ini penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-
hari.
• Sembuh sempurna
Penderita sembuh secara sempurna, yaitu bentuk dan fungsi
sel/jaringan/organ tubuh kembali normal.
• Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan.
Cacat dapat berbentuk cacat mental, fisik, maupuncacat sosial.
• Pembawa (carrier)
Perjalanan penyakit seolah-olah berhenti, ditandai dengan
menghilangnya tanda dan gejala penyakit. Pada kondisi ini agen
penyebab penyakit masih ada dan masih potensial sebagai sumber
penular.
• Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat dengan tanda dan gejala yag
tetp atau tidak berubah.
• Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi-fungsi
organ.
Tindakan atau upaya pencegahan penularan
penyakit infeksi adalah tindakan yang paling utama. Upaya
pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara memutuskan
rantai penularannya. Kunci untuk mencegah atau
mengendalikan penyakit infeksi adalah mengeliminasi
mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta
mengamati mekanisme transmisinya, khususnya yang
menggunakan media perantara. Apabila perilaku hidup
sehat sudah menjadi budaya dan diimplementasikan dalam
kehidupan sehari hari serta sanitasi lingkungan yang sudah
terjamin diharapkan kejadian penularan infeksi dapat
ditekan seminimal mungkin.
• Aseptik yaitu tindakan yang di lakukan dalam pelayanan kesehatan.
• Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh
lainnya.
• Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani
oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis
sebelum pencucian dilakukan.
• Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau
setiap benda asing seperti debu dan kotoran .
• Desinfeksi yaitu tindakan pada benda mati dengan menghilangkan tindakan
pada benda mati dengan menghilangkan sebagian besar (tidak semua)
mikroorganisme penyabab penyakit.
• Sterilisasi yaitu tindakan untuk menghilangngkan semua mikroorganisme
(bakteri,jamur,parasit,dan virus) termasuk bakteri endospora.
Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan
adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik,
kebersihan dan kesterilan dengan standar penerapan yaitu :
• Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang.
• Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah
atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron),
masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di
rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis
mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya
melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
• Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan
penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah
pasien.
• Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan
prinsip yang benar.

Anda mungkin juga menyukai