Anda di halaman 1dari 15

Journal Reading

Asma dan Chronic Obstructive Pulmonary Disease


Overlap Syndrome

Oleh :
Christin merrina Lette
1770096
PENDAHULUAN
 Asma dan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah
penyakit paru obstruktif yang umum dalam praktik klinis .
 Studi pengamatan awalnya menunjukkan bahwa prevalensi asthma-
COPD overlap syndrome (ACOS) berkisar antara 15% hingga 20%
di klinik .
 ACOS diusulkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) dan
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD).
Namun, definisi ACOS tidak pernah sepenuhnya terstandarisasi.
ACOS umumnya didefinisikan sebagai diagnosis COPD pada pasien
dengan asma sebagai diagnosis sebelumnya, atau obstruksi jalan
nafas yang tidak dapat kembali secara utuh pada pasien asma. Selain
itu, diagnosis ACOS tergantung pada presentasi pasien dan tes
laboratorium
 ACOS prognosisnya lebih buruk bila dibandingkan dengan
COPD atau asma saja. Selain itu, ACOS dikaitkan dengan
risiko yang lebih tinggi untuk eksaserbasi, peningkatan dan
status kesehatan global yang lebih buruk dibandingkan
dengan mereka yang menderita COPD saja.
 Prevalensi ACOS di Thailand tidak diketahui Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan


karakteristik ACOS di antara COP dan pasien asma yang
berisiko tinggi dalam pengaturan pelayanan kesehatan
tersier di Thailand.
Bahan dan motode penelitian
 Penelitian cross-sectional telah dilakukan di Rumah Sakit Ramathibodi,
Bangkok Thailand pada Agustus 2014 hingga Oktober 2015. Pasien
asma yang didiagnosis klinis dan PPOK dipilih dari klinik rawat jalan.
 Kriteria inklusi pasien adalah sebagai berikut:
 Pasien asma atau COPD yang terdaftar didiagnosis oleh dokter dengan
usia ≥ 40 tahun.
 Dokter mendiagnosis pasien sebagai asma dengan cara
pengidentifikasian dan diagnosis mengikuti GINA.
 Dokter mendiagnosis pasien sebagai COPD dengan cara
pengidentifikasian dan diagnosis menurut GOLD.
 Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:
 setiap penyakit berat yang membatasi kemampuan untuk dilakukannya
pengujian fungsi paru.
Motode
 Semua pasien menyelesaikan kuesioner termasuk timbulnya
penyakit saluran pernapasan kronis, riwayat merokok, penggunaan
tembakau selama bertahun-tahun dan riwayat pajanan biomassa.
 Tes reversibilitas spirometri dan bronkodilator dilakukan sesuai
dengan American Thoracic Society (ATS)/ European Respiratory
Society (ERS) yang terstandarisasi.
 Fractional exhaled nitric oxide (FeNO) diukur. Serum IgE total
dan serum specific IgE (sIgE) untuk aeroallergens
(Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinae, dan
Aspergillus fumigatus) juga diukur.
 Jumlah eosinofil dihitung.
 Tes tusukan kulit untuk aeroallergens juga dilakukan.
Definisi dari acos
Pasien yang didefinisikan sebagai ACOS adalah sebagai berikut
1) Pasien COPD yang didiagnosis dengan klinis dianggap
memiliki ACOS jika ada bukti atopi dengan tes tusukan kulit
positif dan/atau sIgE dan reversibilitas post-bronchodilator
FEV1 setelah inhalasi salbutamol 400 μg ≥ 12 % atau ≥ 200
mL.
2) Pasien asma yang didiagnosis secara klinis dianggap
memiliki ACOS jika memiliki riwayat merokok atau paparan
biomassa > 10 tahun DAN rasio post-bronchodilator
FEV1/forced vital capaticy (FVC) kurang dari 0,7 ATAU
adanya perubahan yang jelas dari HRCT paru-paru.
 Semua pasien yang memiliki tantangan reversibilitas
spirometri dan bronkodilator yang dilakukan sebagai bagian
dari perawatan rutin pada setiap kunjungan klinik; hanya hasil
dalam 1 tahun yang dimasukkan.
 Semua pasien stabil secara klinis tanpa infeksi pernapasan
sebelumnya selama 3 bulan terakhir.
 Parameter spirometri termasuk FVC, FEV1, dan FEV1/FVC
dilakukan sebelum dan sesudah uji bronkodilator
menggunakan 400 mcg salbutamol. Volume spirometri
digambarkan dalam liter dan persen dari nilai prediksi
Pengukuran FeNO
FeNO diukur dengan menggunakan teknik elektrokimia. FeNO
diukur dalam kondisi stabil secara klinis tanpa infeksi
pernafasan sebelumnya 3 bulan terakhir sebelum dan sebelum
melakukan manuver spirometri.
Pengukuran IgE total serum dan alergen serum
Serum IgE total diukur menggunakan enzyme-linked
immunosorbent assay dan data diekspresikan dalam IU/mL.
Pengukuran serum sIgE dilakukan dengan menggunakan
Pharmacia CAP-System menggunakan fluoroenzyme
immunosorbent assay.
Tes tusukan kulit untuk aeroallergens umum
Tes tusukan kulit dilakukan pada pasien COPD dalam kondisi
stabil. Hasil positif didefinisikan sebagai papul > 3 mm pada
post-test segera dalam waktu 15 menit. Atopi didefinisikan
sebagai hasil positif untuk setidaknya 1 aeroallergens umum
seperti serbuk sari, jamur, bulu hewan, debu rumah.
Analisa statistik
 Dari 100 pasien yang direkrut dari klinik rawat jalan, 92
dilibatkan dalam analisis ini. Ada 58 pasien asma yang
didiagnosis klinis dan 34 pasien COPD yang didiagnosis
klinis.
 Karakteristik asma yang didiagnosis klinis dan COPD
dibandingkan pada berdasarkan Usia pasien, parameter
spirometri, skor gejala (CAT, ACT, dan MMRC), proporsi
serum IgE total pasien dengan atopi, dan rata-rata jumlah
eosinofil serupa antara COPD yang didiagnosis klinis dan
asma.
 Tiga puluh empat dari 58 (58,6%) dokter mendiagnosis
pasien dengan asma yang dianggap memiliki ACOS karena
keterbatasan aliran udara persisten dari temuan spirometri
dan/atau HRCT yang terdeteksi emfisema paru.
 30 pasien ACOS disajikan dengan post-bronchodilator
FEV1/FVC < 0,70 dan 4 pasien ACOS mengalami
perubahan yang jelas dari HRCT. Sepuluh dari 34 (29,4%)
yang didiagnosis oleh dokter dengan COPD dianggap
memiliki ACOS. Pasien-pasien ini memiliki reversibilitas
post-bronchodilator FEV1 ≥ 12% dan ≥ 200 mL dan
memiliki atopi dengan tes tusukan kulit positif atau sIgE
aeroallergen positif.
PEMBAHASAN

 Prevalensi ACOS adalah 47,8% di antara pasien dengan penyakit


obstruksi saluran pernapasan yang dirawat di klinik perawatan tersier
di Thailand.
 prevalensi ACOS di populasi United States (US), terdapat 15,8%-
23,4% pasien dengan penyakit obstruksi saluran pernapasan di klinik
umum dan klinik asma yang berat.
 penelitian terbaru menunjukkan bahwa prevalensi ACOS dari kedua
kelompok asma dan COPD di wilayah yang berbeda adalah
bervariasi dari 14,6%-56%.
 Prevalensi ACOS pada pasien dengan penyakit saluran pernapasan
kronis di Thailand mirip dengan Australia dan Inggris. Kohort US
menemukan bahwa setengah dari pasien dengan penyakit paru
obstruktif yang didiagnosis adalah ACOS.
 Oleh karena itu, total 44 (47,8%) dari kedua dokter yang
terdiagnosis asma dan COPD diklasifikasikan sebagai ACOS.
Sementara 24 akhirnya didiagnosis sebagai COPD yang
terisolasi dan 24 dengan asma yang terisolasi. Klasifikasi
pasien (ACOS, asma murni, dan PPOK murni).
 Peningkatan FeNO pada kelompok COPD mungkin
berhubungan dengan asap rokok yang menghambat sintase
nitric oxide dan adanya inflamasi Th2 pada COPD dengan
atopi dapat menyebabkan peningkatan FeNO.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa prevalensi ACOS umumnya terjadi pada

asma dewasa dengan onset yang parah dan COPD yang dirawat di

klinik perawatan tersier di Thailand. Namun, tidak ada perbedaan

dalam skor gejala, fungsi paru dan biomarker atopi dan inflamasi

sistemik yang ditemukan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk

menggambarkan ACOS apakah itu merupakan bagian dari spektrum

asma atau COPD.

Anda mungkin juga menyukai