Anda di halaman 1dari 24

Kelompok 2

“KUBLER-ROSE”

1. Herlina Avenika C
2. Karisma Supriliyanti
3. Muhammad Arief N.
4. Ratna Ferawati W
5. Rina Yuliastyawati
6. Zulaikah Nur Istiqomah
Fase – fase kehilangan menurut
Kubler-rose
1. DENIAL ( PENOLAKAN )
Menyangkal merupakan respon segera terhadap
kehilangan baru / kehilangan yang mengancam
Penyangkalan dari pasien mengenai diagnosa
penyakit kronis
Muncul karena merasa sangat cemas akan
penyakitnya
Berusaha keras mencegah kenyataan itu masuk
ke kesadaran
Tetap berusaha memperbaiki dan memperbesar
kesempatan hidup dengan melakukan tindakan
yang dianggap positif
Selama tahap denial, pasien mencari-
cari cara coping sesuai dengan dirinya
Klien mencoba untuk melupakan atau
menutupi kenyataan.
Secara intelektual seseorang dapat
menerima hal-hal yang berkaitan
dengan kematian, tetapi berbeda
dengan tingkat emosi.
Bagi pasien yang mengetahui dan
memahami kenyataan tersebut, mereka
memilih untuk tidak memikirkannya
Respon
1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok,
tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”,
“ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah,
pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah.
2. ANGER ( BERONTAK DAN
MARAH )
Setelah denial, muncul anger atau
kemarahan karena kecemasan yang belum
hilang
Berontak ,merasa Tuhan ‘ tidak adil ‘ atau
tidak berperasaan terhadap kenyataan harus
dihadapi.
Marah kepada Sang Pencipta.
Merupakan tahap tersulit yang dilalui
keluarga.
Kadang- kadang pasien rewel,mengkritik
orang yang berhubungan
Pasien biasanya merasa marah dengan
diagnosa yang diberikan dokter,
sehingga memutuskan untuk mencari
pendapat dari dokter lain
Kemarahan muncul karena adanya
keinginan seseorang untuk tetap hidup
Perlu diperhatikan bahwa ekspresi marah
dapat menjauhkan pasien dari orang-
orang terdekatnya, seperti keluarga dan
para perawat
Timbul berbagai pertanyaan : “ mengapa
harus saya ? apa dosa saya ?
respon
2. Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. BERGAINING ( TAWAR MENAWAR )
Menuju tahap menerima. Pasien tawar
menawar untuk berbuat baik jika
diperpanjang hidupnya.
Pasien menangis dan menyesal
Beberapa pasien akhirnya menunjukkan
usaha yang rasional untuk bertahan hidup
sehingga dapat memperbesar kesempatan
untuk hidup
Ada juga yang melakukan usaha namun
usaha tersebut tidak memiliki efek langsung
terhadap penyakitnya
Contohnya: pasien yang religius bisa saja
mengucap janji kepada Tuhan untuk
berubah menjadi orang yang lebih baik
dan akan menjalani hidup dengan
sungguh-sungguh jika diberikan
kesempatan hidup lebih lama olehNya.

Usaha seperti itu membuat pasien


merasa lebih baik dari sisi emosional,
namun menghalangi usaha-usaha untuk
meningkatkan kesempatan hidup
Respon
3. Fase bergaining / tawar-
menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus
terjadi pada saya ? “ kalau saja
yang sakit bukan saya “
seandainya saya hati-hati “.
4. DEPRESI
Depresi merupakan reaksi awal
dari seorang pasien yang telah
menyerah tanpa berusaha
terlebih dahulu.
Pasien sadar bahwa kematian
tidak dapat ditolak.
Bila depresi meningkat, pasien
menjadi semakin lemah, kurus
atau terjadi gangguan tanda-
Fokus pikiran pada orang yang
dicintai.”Apa yang akan terjadi
dengan istri dan anak saya., bila
saya sudah tiada…?
Depresi muncul ketika pasien
merasa waktu hidupnya akan
segera habis
Merasa tidak memiliki harapan
Muncul penyesalan akan apa
yang terjadi di masa lalu dan
akan hal-hal yang akan mereka
lewati di masa mendatang
Depresi dapat berlangsung
cukup lama dan rentang
waktunya berbeda-beda di setiap
pasien
Pasien yang depresi tidak lagi
berusaha bertahan hidup dan
melewatkan kesempatan untuk
Respon
4. Fase depresi
Pasien merasa sepi ,merasa
bahwa semua orang
meninggalkannya, merasa
tidak berguna.
Gejala ; menolak makan, susah
tidur, letih, dorongan libido
menurun.
5. ACCEPTANCE ( MENERIMA)
Setelah depresi, pasien biasanya
menerima kondisinya (acceptance)
yang akan berakhir pada kematian
Dalam tahap ini mereka sudah
paham bahwa kematian tidak
dapat dihindari
Pasien berusaha menghadapi
kematian dengan tenang
Pasien cenderung berusaha sebaik
mungkin untuk memahami arti hidup
yang telah dijalani
Ada kalanya ketika pasien sudah
mengalami rasa sakit berkepanjangan
dan kelelahan akibat usaha-usaha
yang dilakukan untuk hidup, mereka
menilai bahwa kematian merupakan
suatu kelegaan / pembebasan dari
terminal illness
Respon
5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang
hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang
dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh”, “ yah,
akhirnya saya harus operasi “
IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Menyangkal
Dukung kebutuhan emosi tanpa
memperkuat penyangkalan.
Tawarkan diri untuk tetap
bersama klien, tanpa
mendiskusikan alasan perilaku
atau kebutuhan untuk mengatasi,
kecuali klien memulainya.
Tawarkan klien perawatan dasar
seperti makanan, minuman,
2. Marah
Berikan pedoman antisipasi tentang
perasaan dan intensitasnya yang mereka
alami sebagai bagian dari kedukaan,
fokusnya terutama pada kemarahan.
Jangan mengambil hati kemarahan yang
dilontakan klien
Penuhi kebutuhan yang menyebabkan
respon marah
Berikan dorongan kepada klien dan
keluarganya untuk mengekspresikan
perasaan mereka
3. Tawar – menawar
berikan informasi yang
diperlukan untuk membuat
keputusan,
diam,mendengarkan dan
memberikan sentuhan
terapeutik.
4. Depresi
Pasien jangan ditinggal
sendiri.
Pintu kamar dibiarkan
terbuka.
5. Acceptance

* menemani pasien
* bila mungkin bicara dengan
pasien.
* Tanyakan apa yang dibutuhkan.
* Apakah butuh pertolongan
perawat.
* Pintu kamar jangan ditutup

Anda mungkin juga menyukai