Anda di halaman 1dari 34

Sindrom Conus Medullaris

Nama: Ernest Gulo


NPM: 18010030

Pembimbing:
dr. Budi Santoso, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU NEUROLOGI


RS MURNI TEGUH MEMORIAM HOSPOTAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
DEFINISI
• Sindrom conus medullaris merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari low
back pain, ishchialgia, kelemahan motorik ekstremitas inferior, saddle
anestesia, dan hilangnya fungsi viseral, sebagai akibat dari kompresi conus
medullaris dan menunjukkan ciri-ciri lesi UMN serta bersifat bilateral.
EPIDEMIOLOGI
Mendapati gejala

Kehilangan sensorik pelana

17% Kelainan EMG kuantitatif


26%
elainan refleks sakral elektrodiagnostik
15%
inkontinensia urin

21% Konstipasi
21%
ANATOMI CONUS MEDULARIS
ETIOLOGI
• Tauma
• Herniasi diskus
• Stenosis Spinalis
• Neoplasma
• Kondisi Peradangan
• Kondisi infeksi
• Penyebab iatrogenik
Impairment Scale
GRADE TIPE Gangguan Medula Spinalis ASIA
A Komplit Tidak ada fungsi motorik dan sensorik sampai S4-S5
B Inkomplit Fungsi sensorik masih baik tapi motorik terganggu sampai segmen sacral S4-
S5
C Inkomplit Fungsi motorik terganggu di bawah level tapi otot-otot motorik utama masih
punya kekuatan < 3
D Inkomplit Fungsi motorik terganggu dibawah level, otot-otot motorik utama punya
kekuatan > 3
E Normal Fungsi motorik dan sensorik normal
PATOGENESIS

Kompresi pada Congesti


Serotonin Demyelinisasi
conus medullaris &
Dilatasi Vena

TNF-α

Autoimun Merusak barier saraf-pembuluh darah Protein Nervus spinalis


PATOFISIOLOGI

Kompresi pada
Manifestasi Klinis:
conus medullaris

Nyeri panggul dan pinggang


Saddle anastesi
Nyeri radikular
nervus pudendus internus. Inkontinesia
nervus splanchnicus pelvicus Konstipasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Lab darah
• Renal function
• Elektrolit
• Rontgen vertebra
• CT-Scan Lumbal
• MRI
CT-Scan MRI
PENATALAKSANAAN
A. Konservatif
B. Pembedahan
PROGNOSIS

 Pasien dengan siatika bilateral telah dilaporkan memiliki prognosis yang lebih buruk
dibandingkan pasien dengan nyeri unilateral.
 Pasien dengan anestesia perineum komplit lebih mungkin untuk mengalami paralisis
kandung kencing yang permanen.
 Luasnya defisit sensorik perineum atau saddle telah dilaporkan sebagai predictor yang
terpenting untuk kesembuhan. Pasien dengan defisit unilateral memiliki prognosis yang
lebih baik daripada pasien dengan defisit bilateral.
 Wanita dan pasien dengan gangguan buang air besar telah dilaporkan memiliki outcome
pasca operasi yang lebih buruk.
 Semakin pendek waktu dari onset hingga pengobatan, semakin besar kemungkinan
pengembalian fungsi.
 Prognosis juga lebih baik pada pasien yang masih dalam tahap retensio urin daripada
pasien yang sudah mengalami inkontinensia urin.
 Pasien-pasien yang sudah mengalami disfungsi ereksi memiliki prognosis yang lebih
buruk daripada pasien tanpa gangguan ereksi.
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN

Nama Tn. A

Umur 59 Tahun

Jenis kelamin Laki-laki

Alamat Jl. Pukat V No. 64-N , Medan

Agama Buddhist

Status Sudah Menikah

Pekerjaan Wiraswasta

Tanggal Masuk RS 27 Mei 2019

Tanggal Pemeriksaan 30 Mei 2019

Medical Record IP190502583


II. ANAMNESIS (autoanamnesa dan
alloanamnesis) : Pasien dan istri pasien.
Keluhan Utama
 Lumpuh pada kedua anggotak gerak bawah

Riwayat Penyakit Sekarang


 Seorang laki-laki Tn.A umur 59 tahun, masuk RS Murni Teguh dengan
keluhan utama lumpuh pada kedua anggota gerak bawah sejak 12 hari
yang lalu, keluhan ini dirasakan sejak pasien jatuh dari depan rumah 2
hari sebelumny dengan posisi terduduk. Pasien kemudian juga
merasakan kebas di daerah sekitar bokong dan nyeri pinggang, selain
itu pasien juga mengaku sulit ereksi dan buang air kecil.
Lanjutan

Riwayat Penyakit Dahulu


 Parkinson Disease, rutin minum obat dan control

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan serupa
III. Pemeriksaan Fisik
KEADAAN UMUM
 Tekanan darah : 128/83 mmHg
 Denyut nadi : 92x/mnt, teratur
 Jantung : HR: 86x/mnt, reguler, bising (-)
 Paru : Respirasi : 20x/mnt tipe : torakoabdominal
 Temp : 36,8oC
STATUS NEUROLOGIK
 KESADARAN : Komposmentis GCS: E4M6 V5
 FUNGSI LUHUR : DBN
 KAKU KUDUK : (-)
Status Neurologi
N.1 (Olfaktorius) Kanan Kiri Keterangan

Daya pembau + + Normal

N.2 (Opticus) Kanan Kiri Keterangan


Daya penglihatan N N
Lapang pandang N N Normal
Pengenalan warna N N

N.3 ( Okulomotorius) Kanan Kiri Keterangan


Ptosis - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 2 mm 2 mm
Gerak bola mata Normal Normal Normal
Refleks pupil (+) (+)
Status Neurologi

N.4 (Toklearis) Kanan Kiri Keterangan


Gerak bola mata Normal Normal Normal

N.5 (Trigeminus) Kanan Kiri Keterangan


Motorik (+) (+)
Sensibilitas N N Normal
Refleks kornea (+) (+)

N.6 (Abdusen) Kanan Kiri Keterangan


Gerak bola mata N N
Strabismus - - Normal
Deviasi - -
Status Neurologis
N.7 (Facialis) Kanan Kiri Keterangan

Motorik: Kaku Kaku Normal


Sensorik: N N

N.8 (Vestibuloakustikus) Kanan Kiri Keterangan


Pendengaran N N Normal

N.9 (Glosopharingeus) Kanan Kiri Keterangan


Arkus farings N N
Daya perasa N N Normal
Refleks muntah + +
Status Neurologi

N.10 (Vagus) Kanan Kiri Keterangan


Arkus farings N N
Dysfonia - - Normal

N.11 (Assesorius) Kanan Kiri Keterangan


Motorik N N
Trofi Eutrofi Eutrofi Normal

N.12 (Hypoglosus) Kanan Kiri Keterangan


Motorik N N Normal
Trofi Atrofi atrofi
Tremor - - Abnormal
Disartri - -
Sistem Motorik
Kanan Kiri
Ekstremitas atas
Kekuatan
Distal 5 5
Proksimal 5 5
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Ger.involunter (-) (-)
Ekstremitas bawah
Kekuatan
Distal 2 2
Proksimal 2 2
Tonus Hipotonus Hipotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Ger.involunter - -
Badan
Trofi Eutropi Eutropi
Ger. Involunter - -
Ref.dinding perut + +
Sistem sensorik
Sensasi Kanan Kiri Keterangan
Raba Terjadi penurunan sensasi
Nyeri raba & nyeri pada area
Suhu disekitar Panggul
Propioseptif N N

Refleks Fisiologis
Refleks Kanan Kiri Keterangan
Fisiologis
Biseps N N
Triseps N N Normal
KPR N N
APR N N
Patologis
Babinski (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-) Normal
Fungsi Koordinasi

Pemeriksaan Kanan Kiri Keterangan


Test telunjuk hidung - -
Test tumit lutut - -
Tandem - - Terganggu
Romberg - -

Sistem Otonom
Miksi : (-) -> terpasang kateter
Defekasi : (+) dalam batas normal
Ereksi : (-)
Pemeriksaan fungsi khusus

a. Laseque : Tidak terbatas (normal)


b. Kernig : Tidak terbatas (normal)
c. Brudzinski : (-)
Diagnosis
 Sindrom conus Medullaris

Hasil Pemeriksaan penunjang


1. Darah rutin ( 27 Mei 2019)
Hb : 13,1 gr/dl
Hematokrit : 36,6 %
Leukosit : 7,20 /mm3
Trombosit : 395.000 /mm3
Eritrosit : 4,39 /mm3
Eusinofil : 0,6 %
Basofil : 0,4 %
Neutrofil : 75,4 %
Limfosit : 16,5 %
Monosit : 7,1 %
2. Renal Function ( 27 Mei 2019)

Urea : 16 mg/dl
Creatinin : 0,16 mg/dl

3. Electrolit ( 30 Mei 2019)

Natrium : 128 mg/dl


Kalium : 4,10 mg/dl
Chloride : 93 mg/dl
Calcium : 8,2
Foto Pelvic
Besar, bentuk dan struktur trabekula tulang-tulang
pembentuk pelvic dalam batas normal
Sela sendi dan permukaan acetabulum dalam
batas normal.
Tidak tampak garis fraktur.
Tidak tampak lesi litik maupun sklerotik
Kesan: Foto pelvic dalam batas normal
Foto Lumbosakral
Curve lurus vertebra lumbalis
Tampak fraktur kompresi pada corpus vertebra L1.
Tampak osteofit pada endplate corpus vertebra lumbalis
Discus dan foramen intervertebralis Th12-L1 cenderung
menyempit
Pedikel dalam batas normal
Kesan: Fraktur kompresi pada corpus vertebra L1
Curve lurus vertebra lumbalis
Spondylosis lumbalis
MRI Lumbosakral
Lengkung Vertebra setentang lumbalis melurus
Intensitas signal bone marrow corpus vertebra L1 terlihat
kompresi dan hiperintens heterogen
Intensitas signal discus L4-L5 dan L5-L1 terlihat sedikit
menurun
Tebal discus normal. Tampak penonjolan melebihi batas
posterior corpus L1
Pada potongan axial tampak fraktur komunitif pada setentang
L1
Intensitas signal medulla spinalis terputus setentang Th11-Th12
Tidak tampak lesi patologis intraeduller, intensitas medulla
spinalis segmen L1 tampak menurun
Tidak tampak massa jaringan lunak paravertebral kanan kiri
MR Myelogram: Tampak amputasi canalis spinalis setentang L1
Kesan: Fraktur kompresi L1 dengan amputasi canalis
spinalis/myelopati obstruktif
Inflamasi facet joint dan jaringan sekitar Th12-L1 dan L1-L2
Degenerative disc disease L4-L5 dan L5-S1
Diagnosa
 Sindrom conus medullaris et Spinal Chord Injury

Diagnosa Banding
 Sindrom cauda equina

Diagnosa Akhir
 Sindrom conus medullaris
Penatalaksanaan

 Terapi konservatif
 Metilprednisolon 3x200mg
 Mecobalamin 500mg

 Rujuk ke Sp. BS. Untuk melakukan terapi pembedahan


KESIMPULAN

 Pasien laki-laki, umur 59 tahun, masuk RS Murni Teguh dengan keluhan utama lumpuh
pada kedua anggota gerak bawah sejak 12 hari yang lalu, keluhan ini dirasakan sejak
pasien jatuh dari depan rumah 2 hari sebelumnya dengan posisi terduduk. Pasien juga
merasakan kebas di daerah sekitar bokong dan nyeri pinggang, selain itu pasien juga
mengaku sulit ereksi dan buang air kecil.
 Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
sudah dilakukan, pasien di diagnosa Sindrom conus medullaris
 Terapi yang diberikan ialah inj. Metilprednisolon 3x200mg dan inj. Mecobalamin
500mg
 Dan pasien di konsul ke dr. Bedah Saraf untuk mendapat terapi pembedahan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai