Anda di halaman 1dari 19

ASSALAMU’ALAIKUM WR.

WB
NAMA KELOMPOK : 1.
2.
3.
4.
KELAS : IX C
PRRI DAN PERMESTA
PENGERTIAN
PRRI adalah singkatan dari Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia, sementara
Permesta adalah singkatan dari Perjuangan
Semesta atau Perjuangan Rakyat Semesta.
LATAR BELAKANG
Pemberontakan PRRI di barat dan Permesta di timur
menumbuhkan berbagai macam alasan. Utamanya bahwa
kelompok etnis tertentu di Sulawesi dan Sumatra Tengah
waktu itu merasa bahwa kebijakan pemerintahan dari
Jakarta stagnan pada pemenuhan ekonomi lokal mereka
saja, di mana dalam gilirannya membatasi setiap
kesempatan bagi pengembangan daerah regional
lainnya.[1]Juga ada rasa kebencian terhadap kelompok suku
Jawa, yang merupakan suku dengan jumlah terbanyak dan
berpengaruh dalam negara kesatuan Indonesia yang baru
saja terbentuk.[2] Efeknya konflik ini sedikit menyoal pikiran
tentang pemisahan diri dari negara Indonesia, tetapi lebih
menitikberatkan tentang pembagian kekuatan politik dan
ekonomi yang lebih adil di Indonesia.[3]
TUJUAN
Tujuan dari pemberontakan PRRI ini adalah
untuk mendorong pemerintah supaya
memperhatikan pembangunan negeri secara
menyeluruh, sebab pada saat itu pemerintah
hanya fokus pada pembangunan yang berada
di daerah Pulau jawa.
USAHA PEMERINTAH
Alasan pemberontakan ini adalah tejadinya kesenjangan antar
pemerintah pusat di Jawa dengan berbagai daerah di luar Jawa.
Berikut ini adalah beberapa upaya penumpasan PRRI :
1. Pemecatan
Upaya awal yang dilakukan oleh Pemerintah untuk menumpas PRRI
adalah memecat beberapa anggota militer yang terlibat sepeti
Letkol Ahmad Husein, Kolonel Zulkifli Lubis, Dahlan Jambek, Kolonel
Vence Samuel dan Kolonel Maludin Simbolon. Selain it, komando
daerah militer Sumateraa juga ikut dibekukan.
2. Operasi militer
Selain itu, diadakan pula beberapa operasi militer, antara lain :
a).Operasi Tegas yang dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasution
dimana Riau adalah sasaran daerahnya. Instlasi-instalasi berhasil
diamankan dan Pekanbaru bisa direbut.
b).Operasi 17 Agustus mengarah ke daerah
Sumatera Barat. Operasi yang dipimpin oleh
Kolonel Ahmad Yani ini berhasil merebut kota
Padang tanggal 17 April dan tanggal 12 Maret
1958, Bukittinggi pun dapat dikuasai.
c).Operasi Saptamarga yang mengarah ke
daerah Sumatera Utara dibawah pimpinan
Brigjen Jatikusumo.
d).Operasi Sadar berfokus pada daerah
Sumatera Selatan dengan Letkol Ibnu Sutowo
sebagai pemimpinnya.
3.Mendesak Kabinet Djuanda dan Nasution
Usaha lain yang dilakukan oleh pemerintah RI adalah mendesak
Kabinet Djuanda dan Nasution. Kedua kabinet ini menginginkan
agar pemberontakan tersebut dihentikan dengan tegas. Hingga
pada akhirnya, memasuki akhir bulan Februari, Angkatan Udara
Republik Indonesia melakukan pengeboman pada instansi-instansi
penting yang ada di kota Padang, Bukittinggi dan Manado.
4.Mengirim pasukan-pasukan
Tepat awal bulan Maret, pasukan Divisi Diponegoro dan Siliwangi
yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani mendarat di Pulau
Sumatera. Namun sebelumnya, Nasution telah mengirimkan
Pasukan Resmi Para Komando Angkatan Darat yang berada
pangkalan minyak kepulauan Sumatera dan Riau. Tepat tanggal 14
Maret 1958, Pecan Baru dikuasai dan disusul dengan berhasil
direbutnya Bukittinggi pada tanggal 4 Mei 1958. Kemudian pasukan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berupaya membebaskan daerah-
daerah yang dulunya menjadi pusat pemberontakan PRRI.
5. Melakukan Operasi Merdeka
Upaya pemerintah untuk menumpaskan PRRI
selanjutnya adalah melakukan operasi
Merdeka pada bulan April 1958 yang dipimpin
oleh Letkol Rukminto Hendradiningrat. Berkat
operasi tersebut, pada tanggal 29 Mei 1961,
Ahmad Husein akhirnya menyerahkan diri
sehingga pergerakan PRRI menjadi tidak stabil.
DAMPAK
1. Jatuhnya korban jiwa
Adanya gerakan PRRI yang berlangsung dalam jangka waktu lama seperti proses pemberontakan
RMS ini menimbulkan terjadinya pertumpahan darah dimana-mana sehingga mengakibatkan
banyak sekali korban jiwa yang jatuh. Dari pihak PRRI sendiri, korban yang jatuh kurang lebih
sebanyak 22.174 jiwa, 4.360 mengalami luka-luka dan 8.072 orang ditahan. Sedangkan dari pihak
APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia) pusa, telah merenggut 10.150 jiwa meninggal dunia
yang terdiri dari 2.499 tentara, 956 anggota OPR, 274 polisi dan 5.592 orang sipil.
2. Keadaan ekonomi terganggu
Ketika gerakan ini terjadi, maka secara otomatis terjadi ketidakseimbangan pada roda
perekonomian masyarakat. Jika perekonomian masyarakat lumpuh, berhenti pula pergerakan
manusia diekitarnya. Kegiatan ekonominya lebih terarah pada sektor konsumsi daripada produksi
sehingga hal ini mengakibatkan banyak terjadinya masalah. Sebab keuangan saat itu sedang tidak
stabil lalu ditambah dengan berhentinya perekonomian masyarakat.
3. Pembangunan terhenti
Pembangunan yang sejatinya harus berjalan dengan baik menjadi berhenti di tengan jalan.
Dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain, daerah di Sumatera mengalami krisis pembangunan
sehingga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Pembangunan sendiri
lumpuh akibat dari dampak masyarakat yang lebih tertarik pada kegiatan konsumi daripada
membuat produk sendiri.
4.Penurunan sumber daya manusia
Selain ekononi, penurunan intelektual pada warga di daerah Sumatera juga
menjadi dampak adanya pergerakan PRRI. Hal ini dikarenakan, selama terjadi
pergerakan yang disertai dengan perang senjata tersebut, banyak masyarakat yang
memilih untuk pindah ke tempat yang lebih aman. Sehingga warga yang latar
belakangnya memiliki pengetahuan dan potensi terbaik lebih memilih untuk
tinggal di darah lain. Akibatnya kita menjadi kekurangan potensi-potensi SDM yang
mumpuni untuk ikut membangun ekonomi saat itu.
5.Hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat terganggu
Adanya pergerakan PRRI yang tujuannya sama dengan tujuan pemberontakan
PKI dan tujuan pemberontakan DI / TII juga membawa dampak yang signifikan
bagi hubungan politik luar negeri Amerika Serikat dengan Indonesia.
Ketidakharmonisan ini terjadi karena adanya dukungan Amerika terhadap
pemberontakan yang terjadi di Indonesia. Dukungan ini terbukti ketika pesawat
pengebom B-26 yang dikemudikan oleh pilot bernama Allen Pope jatuh tanggal 18
Mei 1958 di sekitar Ambon.
6.Hubungan Indonesia dengan Malaysia terganggu
Selain hubungan dengan Amerika Serikat yang tidak membaik, hubungan
Indonesia dengan Malaysia juga terganggu. Malaysia yang baru merdeka pada
tahun 1957 mendukung gerakan PRRI dengan menjadi negara pemasok senjata
bagi pasukan PRRI. Selain itu, Filipina, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan juga
terbukti mendukung pergerakan PRRI.
7. Kesadaran berotonomi
Selain dampak-dampak yang bersifat negatif,
pergerakan PRRI juga menimbulkan dampak positif
diantaranya adalah menimbulkan kesadaran pimpinan
negara bahwa Indonesia terdiri dari berbagai pulau
dalam satu unsur-unsur negara kesatuan republik
Indonesia. Untuk itu penting bagi mereka untuk
mendapatkan hak otonomi yang luas bagi setiap
daerah yang ada di Indonesia. Dimana hak otonomi
tersebut disesuaikan dengan potensi dan kemampuan
masyarakat di daerah itu sendiri. Dengan demikian,
mereka dapat mengembangkan potensi yang ada di
daerahnya sebagai upaya menjaga keutuhan NKRI dan
pergerakan semacam ini tidak terjadi lagi.
TOKOH-TOKOH
1. Letnan Kolonel Ahmad Husein
Kolonel Ahmad Husein sebenarnya merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia dalam sejarah
kemerdekaan Indonesia. Namun tidak hanya itu saja, Ahmad Husein juga menjadi tokoh penting
dalam PRRI, karena menjadi pemimpin militer PRRI. Terlebih lagi Ahmad Husein merupakan orang
yang mendeklarasikan pembentukan PRRI pada tanggal 15 Februari 1958 dan menjadi pemimpin
Dewan Banten yang didirikan di Sumatera Barat. Ahmad Husein juga mengambil alih jabatan
Gubernur Sumatera Tengah dan menuntut pemerintah pusat untuk memenuhi tuntutan dar Dewan
Banteng dengan membentuk Komando Militer Daerah Sumatera Tengah (KMDST). Terlebih lagi
dalam pemberontakan PRRI, Ahmad Husein juga dianggap ikut serta dalam penyelundupan senjata
dari Amerika Serikat sebagai salah satu bentuk bantuan terhadap PRRI.
2. Sjafruddin Prawiranegara
Mr. Sjafruddin Prawiranegara juga merupakan tokoh penting PRRI karena menjabat sebagai Perdana
Menteri dalam kabinet tandingan PRRI di Sumatera Tengah pada tahun 1958. Selain itu,
dalam sejarah kemerdekaan Indonesia Mr. Sjafruddin Prawiranegara merupakan seorang pejuang
kemerdekaan yang menjabat sempat menjabat sebagai Menteri, Gubernur Bank Indonesia, Wakil
Perdana Menteri, dan juga menjadi ketua yang setingkat presiden dalam Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI).
3.Assaat Dt. Mudo
Sebelum bergabung dengan PRRI, Mr. Assaat Dt. Mudo menjadi seorang politisi dan pejuang
kemerdekaan Indonesia. Selain itu Mr. Assaat Dt. Mudo juga sempat menjabat sebagai pemangku
jabatan Presiden Republik Indonesia pada masa pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta,
dan juga sempat menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri Indonesia.
4.Maluddin Simbolo
• Maluddin Simbolo juga merupakan tokoh PRRI yang memiliki peran
penting didalamnya. Dimana memegang jabatan sebagai Menteri Luar
Negeri untuk Kabinet PRRI pada masa itu. Sedangkan pada dasarnya
Maluddin Simbolo merupakan seorang tokoh militer dan juga pejuang
kemerdekaan Indonesia.
5. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo
• Soemitro Djojohadikoesoemo bergabung menjadi anggota PRRI pada
tahun dideklarasikannya PRRI yaitu 1958, dan menjabat sebagai Menteri
Perhubungan dan Pelayaran. Walaupun pada akhirnya memutuskan untuk
tinggal di luar Indonesia sebagai seorang konsultan ekonomi di Malaysia,
Hong Kong, Thailand, Prancis, dan Switzerland. Dalam pemerintahan
Indonesia sendiri, Soemitro Djojohadikoesoemo sempat menjabat sebagai
Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Riset karena pada
dasarnya memang merupakan seorang ekonom Indonesia.
6. Moh. Syafei
• Moh. Syafei sendiri merupakan tokoh pendidikan Indonesia yang
bergabung dengan PRRI, dan berperan sebagai Menteri PPK dan
Kesehatan dalam Kabinet PRRI. Moh. Syafei juga merupakan tokoh
masyarakat di Sumatera Barat, dan merupakan pendiri dari INS Kayutanam
sebuah lembaga pendidikan menengah swasta.
7. F. Warouw
• F. Warouw merupakan seorang perwira militer yang berperan pula
dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. J. F. Warouw bahkan juga
sembat menjabat sebagai Komandan Tentara dan Teritorium (TT)
VII/ Indonesia Timur, dan Atase Militer di Beijing sebelum
bergabung dalam pemberontakan PRRI/Permesta. J. F. Warouw
bergabung dengan PRRI juga untuk memperjuangkan otonomi
daerah, dan menjabat sebagai Menteri Pembangunan dalam
kabinet PRRI. .
8. Saladin Sarumpaet
• Dalam kabinet PRRI, Saladin Sarumpet memiliki peran atau
menjabat sebagai Menteri Pertanian dan Perburuan. Dimana juga
berperan penting dalam upaya PRRI memperjuangkan
keseimbangan pembangunan dan otonomi daerah.
9. Muchtar Lintang
• Tokoh PRRI selanjutnya adalah Muchtar lintang, dimana menjabat
sebagai Menteri Agama. Muchtar Lintang memang aktif dalam
melakukan dakwah islam di daerah-daerah Indonesia.
1o. Saleh Lahade
Saleh Lahade merupakan seorang tokoh militer di Indonesia, dimana
sempat juga menjadi seorang pemimpin dalam pemberontakan Permesta
di Sulawesi. Permesta sendiri memang mendukung PRRI,
sehingga perbedaan PRRI dan Permesta tidak terlalu terlihat dan bahkan
pemberontakan PRRI juga sering disebut sebagai pemberontakan
PRRI/Permesta. Didalam kabinet PRRI sendiri, Salah Lahade menjabat
sebagai seorang Menteri penerangan, dan menjadi salah atau tokoh yang
menandatangani Piagam Permesta pada Februari 1957.
11. Ayah Gani Usman
• Ayah Gani Usman merupakan tokoh perjuangan yang aktif dalam dunia
politik dan sosial di Indonesia. Oleh sebab itu, dalam kabinet PRRI, Ayah
Gani Usman diangkat atau diberi peran untuk menjadi seorang Menteri
Sosial.
12. Dahlan Djambek
• Tokoh PRRI yang terakhir didalam kabinet PRRI adalah Dahlan Djambek,
dimana merupakan seorang tokoh militer yang juga bergabung sebagai
pejuang kemerdekaan Indonesia. Sedangkan didalam kabinet PRRI, Dahlan
Djambek menjabat sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi, dimana
diangkatnya Dahlan Djambek tersebut setelah Mr. Assaat tiba di Padang.
KESIMPULAN
• Terjadinya suatu peristiwa tidak lepas dari hal-hal yang telah terjadi sebelumnya,
seperti yang telah diketahui bahwa dalam disiplin ilmu sejarah berlaku hukum
kausalitas atau sebab-akibat. Peristiwa pemberontakan PRRI/Permesta yang terjadi
juga tidak lepas dari berbagai factor yang menyebabkannya. Factor politis dan
ekonomis sangat berperan sebagai penyebab dari pemberontakan ini. Posisi militer
sebagai opsan pemerintah berusaha mengambil alih kekuasaan sipil setelah
melihat berbagai kekurangan dalam berbagai kebijakannya.
• Kondisi yang dianggap ”sentralistik” oleh daerah menyebabkan hubungan antara
pusat dan daerah menjadi kurang harmonis. Hal tersebut dikarenakan perbedaan
pendapat antara daerah dengan pusat. Daerah menganggap bahwa kebijakan
pemerintah tidak sesuai dengan daerah. Sedangkan pemerintah pusat
menganggap bahwa daerah kurang mampu dalam melaksanakan tugasnya.
Gerakan PRRI/Permesta merupakan gejolak daerah yang berusaha melakukan
koreksi terhadap kondisi bangsa yang morat-marit.
• Gerakan tersebut membawa dampak positif maupun negatif bagi bangsa
Indonesia. Kerugian materi maupun psikologis diderita masyarakat, tetapi disisi
lain gerakan tersebut menyadarkan para pemimpin bangsa akan pentingnya
otonomi daerah serta keharusan untuk menghayati hakekat Binneka Tunggal Ika.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai