Anda di halaman 1dari 27

Rapid Sequence

Intubation
DEFINISI
Rapid Sequence Intubation (RSI) adalah
Suatu teknik intubasi endotrakeal dengan pemberian
secara simultan obat induksi anestesi yang poten dan
onset cepat (setelah preoksigenasi) yang segera
diikuti pemberian obat blok neuromuskular onset
cepat tanpa ventilasi tekanan positif untuk
memfasilitasi intubasi pada pasien dengan resiko
aspirasi isi lambung.

(Walls, et all, 2008)


INDIKASI & KONTRA INDIKASI
Indikasi RSI :
– Baru mendapat makan/minum
– Trauma (trauma kepala, abdomen dengan ruptur organ dalam)
– Kehamilan
– Obesitas
– Obstruksi gastrointestinal
– Akut abdomen
– Nyeri
– Refluks gastro-oesophageal
– Diabetes melitus
– Striktur oesophagus
– Hernia hiatus

Morgan, 2006
INDIKASI & KONTRA INDIKASI

Kontraindikasi RSI:
– tidak dapat dilakukan intubasi (pasien dengan kesulitan
jalan napas atau anomali jalan nafas)
– pasien yang diindikasikan krikotiroidektomi atau
trakheostomi.
TEKNIK
• Dalam melakukan teknik rapid sequence intubation
ada 7 teknik yang harus dikerjakan :
1. Preparasi zero - 10 menit
2. Preoksigenasi zero - 5 menit
3. Pretreatment zero - 3 menit
4. Paralysis dg induksi **time zero**
5. Posisi/proteksi zero + 30 detik
6. Pemasangan ET tube zero + 45 detik
7. Pengelolaan Postintubasi zero + 60 detik

(Walls, et all, 2008)


Preparasi
(zero - 10 menit)
Persiapan Pasien
- Manajemen lambung penuh
(pemasangan NGT, aspirasi dikhawatirkan
syndrome mendelson’s bisa pilih antasid)
- Persiapkan Monitor dan akses
- Nilai difficult airway (LEMON, MOANS)
Persiapkan peralatan termasuk obat-
obatan
Persiapkan personel/asisten
(Walls, et all, 2008)
Preoksigenasi
(zero – 5 menit)
• Menyediakan cadangan oksigen saat fase apneu
(denitrogenasi),
1. Pemberian O2 100% selama 3 menit atau
2. Pemberian O2 100% 8 x tarikan nafas dalam
(volume nafas terbesar yang bisa dihirup pasien)
3. Pemberian O2 100% 4 x tarikan nafas dalam
(volume nafas terbesar yang bisa dihirup pasien)

(Walls, et all, 2008)


Pretreatment
(Zero - 3)

• L = Lidocaine Tidak
direkomendasikan
• O = Opioids lagi

• A = Atropine
• D = Defasciculation

(Walls, et all, 2008)


Lidokain
Menekan reflek batuk
• Menumpulkan respon simpatis saat intubasi
• Menumpulkan respon bronkospastik
• Mencegah kenaikan tekanan intrakranial
• dosis 1-2 mg/kgbb IV
• Perlu waktu 2-3 menit untuk menimbulkan efek.
• Kontraindikasi Lidokain :
- severe heart block
- bradicardia
- hipovolemik dan cardiogenic syok.

(Walls, et all, 2008)


(Longnecker et.all, 2008)
(Pousman, 2000)
Opioids

Dapat menumpulkan respon hemodinamik saat intubasi, mencegah


peningkatan tekanan intrakranial

DOC : Fentanyl 3-5 mcg/kg iv pelan


- Tidak histamin release
- Depresi nafas minimal
- Efek minimal terhadap tekanan darah dan cerebral metabolic rate, tidak
menaikan tekanan intrakranial

Hindari Fentanyl : pada pasien yang tergantung pada tonus simpatis.

Morgan et.all, 2006


Longnecker et.all, 2008
Pousman, 2000
catatan

Hindari Fentanyl : pada pasien yang tergantung pada


tonus simpatis.
• Contoh pada katekolamin release tinggi, tonus
sympatik tinggi, seperti pada pasien syok atau
pre-syok
Atropine
• Mencegah bradikardi akibat
Depol.Muscl.Relaxants
• Dosis 0,02mg/kgbb pada anak
• Dosis 0,4 mg pada dewasa
• (tidak rutin dikerjakan dan tidak lagi
direkomendasikan)
(Walls, et all, 2008)
Defasciculation
• Non depol. Muscl. Relaxants dengan dosis 10%
dari dosis paralisis diberikan sebelum induksi
• Tujuan dalam RSI:
- mengurangi kenaikan TIK
- mengurangi kenaikan tekanan intra
gaster
(tidak lagi direkomendasikan)
(Walls, et all, 2008)
Paralisis dengan Induksi
induksi :
• Etomidate 0,3 mg/kgbb intravena; atau
• Ketamin 1,5 mg/kgbb intravena (pasien
hipotensi euvolemia); atau
• Thiopental 4 mg/kgbb intravena (jika tekanan
darah stabil, euvolemia),ultra short acting
atau
• Propofol 1,5 mg/kgbb (stabil, euvolemia) (

(Walls, et all, 2008)


Longnecker, et.all, 2008
Longnecker, et.all, 2008
Paralisis dengan Induksi
• DOC Paralisis

1. Suksinilkolin 1.5 mg/kgbb intravena (2 mg/kg


jika <10 tahun) ; atau jika ada kontraindikasi
2. Rocuronium 0.9-1.2 mg/kgbb intravena.

Longnecker et.all, 2008)


(Pousman, 2000)
Posisi/proteksi
(zero + 30 detik)
• Posisi pasien (sniffing position)
• Jangan bagging kecuali sat < 90%
 RSI modification
• Sellick maneuver (opsional) BURRP

(Walls, et all, 2008)


Pemasangan ET tube
(zero + 45 detik)

- Cek kekakuan mandibula


- Intubasi
- Lepaskan Stilet
- Mengembangkan cuff ET (saat konfirmasi
letak ET, cuff dikempiskan)
- Konfirmasi letak ET
- Lepaskan Sellick maneuver
(Walls, et all, 2008)
Pengelolaan Postintubasi
(zero + 60 detik)

• Fiksasi ET
• Berikan sedasi
• Pertimbangkan pemberian pelumpuh otot
long acting sesuai indikasi
• Tetapkan setting ventilator yang sesuai
Balans Cairan Post operasi (31/7/2013)10.30
Jam Oral (cc) Infus (cc) IWL(cc) Urin (cc) Muntah (cc) Balans UO
ke (cc) Cc/kg/jam
4 0 250 75 300 0 -125 2,5

8 0 300 75 300 0 -75 2,5

12 0 450 75 200 0 +175 1.67

total 1000 225 800 0 -25 2,2


Follow up bangsal
• 31/7/2013 • 1/8/2013
• 21.00 • 20.30
• S: nyeri post op (+), batuk (-), sesak • S: nyeri post op ( ), batuk (-),
(-), demam (-), mual (-) sesak (-), demam (-)
• O: KU CM • O: KU CM
• HR: 108 RR: 26x
• HR: 107 RR: 24x
• K/L: mukosa bibir kering (-),
• K/L: mukosa bibir kering (-),
cyanosis (-), mata cowong (-)
cyanosis (-), mata cowong (-)
• St.lokalis
• St.lokalis
• Paru: vesikular +/+, RBK -/-wheez -/-
• Abd: peristaltik + • Paru: vesikular +/+, RBK -/-,
wheez -/-
Follow up bangsal
• 2/8/2013
• 20.00
• S: nyeri post op ( ), batuk (-), sesak
(-), demam (-)
• O: KU CM
• HR: 106 RR: 22x
• K/L: mukosa bibir kering (-),
cyanosis (-), mata cowong (-)
• St.lokalis
• Paru: vesikular +/+, RBK -/-wheez -/-
Airway Differences

Adapted from
Walls et al.
Manual of
Emergency
Airway Management.
2nd Ed. 2004.
Skor Aldrette
American Society of Anesthesiologist

ASA Keterangan
1 pasien normal sehat, tidak mempunyai gangguan organic, fisiologis, biokimia,
atau psikiatri. Proses patologi pada operasi yang akan dilakukan adalah local
dan tidak menyebabkan gangguan sistemik.
2 pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai sedang, tetapi terkontrol
dengan baik, contoh hipertensi ringan, diabetes yang terkontrol. Pasien
berusia ≥ 80 tahun secara otomatis ditempatkan pada ASA 2.
3 pasien dengan gangguan sistemik berat yang membatasi aktivitas atau
kehidupannya, contoh angina, kegagalan miokardium yang baru saja terjadi,
penyakit paru obstruktif kronik.
4 pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam kehidupan, contoh
unstable angina.
5 pasien sekarat yang mungkin tidak dapat bertahan dalam waktu 24 jam
dengan atau tanpa pembedahan.
6 pasien yang mengalami kematian batang otak

E operasi dalam keadaan gawat darurat (emergency)

Anda mungkin juga menyukai