Anda di halaman 1dari 16

COR PULMONAL

CHRONICUM

SITI SRIMULYATI
12711016
DEFINISI
 Penyakit cor pulmonale merupakan penyakit paru
dengan hipertrofi dan atau dilatasi ventrikel kanan
akibat gangguan fungsi dan atau struktur paru
(setelah menyingkirkan penyakit jantung kongenital
atau penyakit jantung lain yang primernya pada
jantung kiri).

AKUT KRONIK
emboli paru masif penyakit paru
dan biasanya terjadi obstruktif kronik
dilatasi ventrikel (PPOK) hipertrofi
kanan ventrikel kanan
DEFINISI
 Cor Pulmonale Chronicum (CPC) adalah perubahan
struktur dan fungsi dari ventrikel kanan jantung
sebagai akibat dari gangguan paru kronis. Perubahan
yang terjadi berupa hipertrofi ventrikel kanan atau
dilatasi atau keduanya sebagai akibat dari adanya
hipertensi pulmoner.
 Dilatasi ventrikel kanan atau hipertrofi dalam CPC
adalah efek kompensasi langsung dari vasokonstriksi
pulmoner kronis dan hipertensi arteri pulmoner yang
menyebabkan peningkatan kerja dan beban ventrikel
kanan. Saat ventrikel kanan tidak dapat
mengkompensasi dilatasi dan hipertrofi yang terjadi
 gagal jantung kanan.
ETIOLOGI
1.Penyakit paru menahun 3.Gangguan mekanisme kontrol
dengan hipoksia pernafasan
 penyakit paru obstruktif  Obesitas, hipoventilasi
kronik idiopatik
 fibrosis paru  Penyakit serebrovaskular
 penyakit fibrokistik 4.Obstruksi saluran nafas atas
 penyakit paru lain yang pada anak
berhubungan dengan  hipertrofi tonsil dan adenoid
hipoksia 5.Kelainan primer pembuluh
2.Kelainan dinding dada darah
 Kifoskoliosis, fibrosis pleura  hipertensi pulmonal primer,
 Penyakit neuro muskuler emboli paru berulang,
vaskulitis pembuluh darah
paru.
PATOGENESIS

-HIPERTENSI PULMONAR
-PENINGKATAN
RESISTENSI VASKULAR
PARU
PATOGENESIS

 Hipertensi pulmoner didefinisikan sebagai rata-rata


tekanan arteri pulmoner yang > 20 mmHg saat
istirahat, atau 30 mmHg dengan latihan.
Menyebabkan peningkatan beban kerja ventrikel
kanan  hipertrofi  gagal jantung
 Vasokonstriksi hipoksik pemb. darah
paru
 Hipoksia pada arteri kecil dan arteriol  vasokontriksi
pulmonal (kompensasi untuk mempertahankan perfusi-
ventilasi lokal)  menyebabkan penghentian aliran darah
ke area hipoksik dan mengarahkan ke daerah dg ventilasi
adekuat .
 Vasokontriksi kronis  penyempitan arteri pulmoner
 Hipoksia kronis menginduksi “muskularisasi” dari arteri
pulmoner, dengan otot polos berproliferasi secara
longitudinal diantara tunika intima dari arteri pulmoner
kecil  peningkatan resistensi vaskuler pulmoner
 Obstruksi vaskuler paru
 Oklusi atau penyempitan arteri pulmoner
pada beberapa gangguan misalnya penekanan
mediastinum atau hilus oleh tumor metastatik
atau fibrosis, arteritis nonspesifik, tumor paru
primer, penyakit tromboemboli kronis dari
pembuluh utama, dan infeksi (tuberkulosis atau
histoplasmosis)
 Peningkatan viskositas darah
 Idiopatik atau hipertensi pulmonal primer
ANAMNESIS

 Penyakit paru yang mendasari : batuk kronik produktif,


sesak nafas waktu aktifitas, nafas berbunyi, mudah lelah
 Nyeri dada  iskemia pada ventrikel kanan atau
teregangnya arteri pulmonalis
 Dispneu  peningkatan kerja pernafasan karena
perubahan elastisitas paru-paru (fibrosis penyakit
paru/over inflasi pada peny PPOK)
 Hemoptisis  rupturnya arteri pulmonalis yg mengalami
arteroskelerotik/terdilatasi akibat hipertensi pulmonal
 Orthopneu yang berhubungan dengan efek dari
hiperinflasi paru pada venous return jantung kanan
PEMERIKSAAN FISIK

 Kepala : peningkatan tekanan vena jugularis


 Thorax
Inspeksi : diameter dinding dada membesar (barrel chest)
Palpasi : pulsasi menonjol di sternum bagian
bawah/epigastrium (parasternal lift), heaving ventrikel
kanan/irama derap
Perkusi paru : hipersonor
Auskultasi : ronkhi dan wheezing pada paru, bising sistolik
di paru
 Abdomen : hepatomegali, spleenomegali, asites
 Ekstremitas : sianosis, jari tabuh, edema
FASE PENYAKIT COR PULMONAL

 Fase I
Gejala belum jelas selain gejala awal PPOL, bronkitis kronis, tuberkulosis
paru, bronkiektasis dan sejenisnya. Usia >50 th & riwayat merokok
 Fase II
Tanda-tanda berkurangnya ventilasi paru : batuk lama, sesak, mengi,
hipersonor, suara nafas berkurang, ekspirasi memanjang, ronki basah dan
kering, mengi, radiologi  letak diafragma rendah, corakan bronkovaskular
berkurang, posisi jantung vertikal
 Fase III
Gejala hiposekmia jelas : nafsu makan menurun, BB berkurang, sianotik,
sesak, polisistemia
 Fase IV
Hiperkapnia, gelisah, mudah tersinggung, somnolen, koma
 Fase V
Kelainan jantung dan tek artei pulmonal meningkat : sianotik, bendungan
vena jugularis, hepatomegali, edema tungkai, asites
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Toraks Elektrokardiografi

 Pembesaran ventrikel kanan  Deviasi ke sumbu kanan


 Rasio amplitude R/S di V1 lebih
 Dilatasi arteri pulmonal besar dari sadapan 1
 Atrium kanan menonjol  Rasio amplitude R/S di V6 lebih
kecil dari sadapan 1
 Pelebaran vena cava superior  Terdapat pola p pulmonal di
 Pelebaran trunkus pulmonalis sadapan 2,3,aVF
pada daerah hilus  Terdapat gel T terbalik, mendatar
atau bifasik pada sadapa
Kardiomegali tertutup oleh prekordial
hiperinflasi paru yang menekan  Gel QRS dengan voltase lebih
rendah  karena hiperinflasi
diafragma sehingga jantung
 Hipertrofi ventrikel kanan lanjut
tampak normal karena vertikal.  gel Q di sadapan prekordial
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tes Faal Paru Ekokardiografi

 Menurunnya PCO2  normal  Dimensi ruang


 CP disebabkan penyakit
ventrikel kanan
vaskular paru  PCO2 normal
 CP akibat hipoventilasi alveolar
membesar tetapi
krn PPOK menahun dg struktur dan dimensi
emfisema  PCO2 meningkat ventrkel kiri normal
 Katup pulmonal “a”
hilang menunjukkan
hipertensi pulmonal
PENATALAKSANAAN

 Konseling  Memperbaiki fungsi


 Memperbaiki fungsi jantung dan pengobatan
pernafasan dan pengobatan gagal jantung kongestif
terhadap obstruksi kronis Terapi gagal jantung
Terapi penyakit paru
 Diuretik 
 Bronkodilator : Aminofilin untuk furosemid/hidroklorotiazid
menghilangkan spasme saluran dapat mengurangi kongesti
pernafasan  beta 2 adrenergik
selektif (terbutalin/salbutamol) edema dengan mengeluarkan
sebagai vasodilator pulmoner  natrium dan menurunkan
menambah aliran darah paru volume darah  pertukaran
 Mukolitik & ekspektoran udara paru dapat diperbaiki
 Anti Biotik (AB) bila ada infeksi  Digitalis  digoxin, cedilanid
PENATALAKSANAAN

Oksigenasi

 mengurangi vasokotriksi
dan menurunkan
resistensi vaskuler paru
dan meningkatkan isi
sekuncup ventrikel
kanan, meningkatkan
oksigen arteri dan
meningkatkan hataran
oksigen ke jantung otak
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai