ABSTRAK • Karsinoma kistik adenoid pada area kepala dan leher adalah tumor ganas yang jarang dengan prognosis jangka pendek yang cukup baik namun prognosis jangka panjangnya kurang baik. Eksisi tumor radikal dengan batas sayatan yang bersih, dan kadang-kadang reseksi nervus fasialis karena adanya pertumbuhan perineural, tetap menjadi terapi dasar. Kami menyajikan 3 kasus klinis yang berbeda dan mendiskusikan pilihan terapi saat ini dengan terutama berfokus pada teknik plastik-rekonstruktif. Untuk rekonstruksi, flap lokal dan bebas, serta prostetik, mungkin diperlukan. Radioterapi adjuvan meningkatkan kontrol lokal pada stadium lanjut atau pada batas sayatan dekat (close resection margin). Pilihan terapi sistemik terbatas. Percobaan klinis multi-senter lebih lanjut diperlukan karena tumor ini jarang terjadi. PENDAHULUAN • Karsinoma kistik adenoid pada area kepala dan leher (ACCHN) adalah suatu entitas ganas yang jarang yang berasal dari kelenjar air liur. ACCHN terutama muncul sebagai massa yang tumbuh perlahan secara terus menerus tanpa disertai adanya rasa sakit. Berbeda dengan kanker sel skuamosa kepala dan leher, ACCHN menunjukkan pola pertumbuhan perineural dini, dengan kelumpuhan nervus fasialis dan metastasis hematogen dini ke paru-paru. KASUS 1 • Kasus pertama adalah seorang wanita 57 tahun yang awalnya menderita gangguan penglihatan. Penglihatan dirasa semakin lama semakin menurun secara perlahan. Pasien ini juga mengeluh adanya massa yang dapat diraba namun tanpa disertai rasa sakit di atas orbita kiri. Pemindaian dengan computed tomography (CT) kepala menunjukkan adanya massa yang mencurigakan dari kelenjar lakrimal dengan infiltrasi lemak orbita dan erosi dasar tengkorak. KASUS 2 Seorang wanita berusia 64 tahun dengan pembengkakan pada kelenjar parotis kanan yang nyeri, pada awalnya didiagnosis dengan sialadenitis dan diobati dengan antibiotik. Pemeriksaan USG tidak menunjukkan tanda-tanda tumor atau kelenjar getah bening patologis. Beberapa bulan kemudian, pasien mengalami kelumpuhan wajah ringan dan atrofi otot orbikularis oris kiri. Sebuah hasil magnetic resonance image (MRI) menunjukkan adanya lesi yang dicurigai tumor ganas kelenjar parotis. Biopsi jarum (gross needle biopsy) tidak dapat mengkonfirmasi keganasan, mungkin karena lokasi tumor yang ada di lapisan dalam dari kelenjar. Parotidektomi total dilakukan, dan pemeriksaan histopatologis pada potong beku segar (fresh frozen section) mengkonfirmasi diagnosis ACCHN. Selanjutnya, tumor itu ditemukan membungkus trunkus utama nervus fasialis, dekat dengan foramen stilohyoid. KASUS 3 Pasien ketiga adalah seorang wanita berusia 72 tahun yang pertama kali menyadari adanya benjolan tidak nyeri di daerah paranasal kiri. Biopsi insisi dilakukan, dan pemeriksaan histopatologi tidak dapat membedakan secara pasti antara adenoma sel basal dan karsinoma. Untuk diagnosis lebih lanjut, reseksi tumor lengkap dilakukan, dan hasilnya menunjukkan ACCHN dengan pertumbuhan perineural dan dengan margin / batas positif secara mikroskopis. Setelah penentuan stadium, reseksi radikal pada margin tumor dilakukan, tanpa adanya jaringan tumor vital tambahan yang terlihat pada pemeriksaan patologis. Radioterapi adjuvan dengan dosis 60 Gy diberikan karena lamanya terapi bedah, invasi jaringan difus oleh tumor, dan pola pertumbuhan perineural. Setelah 15 bulan follow-up, terjadi rekurensi tumor besar regional yang menginfiltrasi sinus frontal dan sfenoid, lamina kribrosa, orbita kiri, dan fossa kranialis media yang terdeteksi pada MRI. DISKUSI • ACCHN merupakan jenis tumor ganas yang jarang dengan sifat klinis dan biologis yang berbeda dengan karsinoma sel skuamosa area kepala dan leher. Insidens penyakit yang rendah (sekitar 0,25/100.000) menyulitkan implementasi percobaan klinis skala besar dan penelitian dasar.6 Penanganan ACCHN sepertinya terganggu dengan beberapa fitur klinis. KASUS 1 • Kasus dari pasien 1 mengilustrasikan tantangan dari pengendalian tumor lokal dan rekonstruksi jaringan. Pada pasien ini, telah didapatkan batas negatif setelah reseksi, namun bola mata ditinggalkan demi batas keamanan yang lebih sempit. Pada proses follow-up, pasien mengalami beberapa rekurensi tumor dan kehilangan bola mata sepenuhnya serta kerangka wajahnya. Kasus ini menunjukkan bahwa meskipun telah dicapai batas negatif secara histologis, risiko rekurensi regio lokal tetap tinggi. Karena rendahnya insidens penyakit ini, analisis sistematik mengenai batas reseksi yang aman masih sulit dilakukan. Karena adanya struktur-struktur yang rentan dan kritis di area kepala dan leher (seperti basis cranii atau saraf-saraf dan pembuluh darah yang relevan dan fungsional), reseksi tumor radikal harus didiskusikan atas sepengetahuan pasien, mirip seperti melanoma maligna, di mana batas reseksi 2 cm ditujukan pada penyakit tingkat lanjutan lokal. KASUS 2 Seperti yang telah diilustrasikan pada kasus pasien 2, rekonstruksi dari saraf-saraf yang kritis adalah hal yang utama. Parotidektomi radikal dilakukan untuk hasil onkologis yang terbaik dan batas yang aman. Pada kasus ini, dilakukan bedah minor interposisi saraf dari nervus aurikularis magnus pada cabang utama nervus fasialis. Teknik ini merupakan baku emas dan, apabila dapat diaplikasikan, merupakan suatu rehabilitasi fasial statik yang superior pada kebanyakan kasus.9 Keluaran onkologis dan fungsionalnya sangat memuaskan. Pengorbanan nervus fasialis telah didiskusikan pada publikasi-publikasi serial kasus besar ACCHN kelenjar parotis.10,11 Para penulis ini menemukan keuntungan dari kontrol lokal dan kelangsungan hidup keseluruhan pada pasien-pasien dengan pengorbanan nervus fasialis KASUS 3 • Terdapat dua hambatan lagi pada ilustrasi kasus ini. Pada biopsi tumor kecil, diagnosis histopatologi yang tepat sulit diperoleh, khususnya apabila biopsi tumor meliputi zona transisi dari batas antara jaringan tumor dengan jaringan yang sehat.12 Sebagai akibatnya, diperlukan biopsi diagnostik untuk menegakkan diagnosis ACCHN. Sebuah diagnosis definitif harus ada sebelum dilakukannya reseksi tumor radikal, yang dapat berujung pada penundaan diagnostik dan terapi hingga beberapa minggu serta meningkatkan risiko penyebaran tumor selama prosedur diagnostik. Pada basis data klinis kami dari 40 pasien dengan ACCHN, sekitar 10% didiagnosis dengan adenoma pleomorfik sebelum diagnosis diubah menjadi ACCHN setelah reseksi definitif. KESIMPULAN • ACCHN mewakili tumor agresif yang langka, yang menyajikan tantangan dalam hal diagnosis awal dan tepat, reseksi pembedahan, dan rekonstruksi, juga dalam penanganan metastasis jauh. Tim-tim multidisipliner pada pusat-pusat bervolume tinggi sebaiknya mengambil tanggung jawab untuk pasien dengan ACCHN.