Anda di halaman 1dari 17

SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH

NAMA ANGGOTA KELOMPOK


:
1. ELEONORA MAU
2. EZRA BANI
3. FAISAL RASIDA
4. FELIX NESI
I. Sistem Distribusi Tegangan Rendah

A. Jaringan Tegangan Rendah (JTR)


Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem
tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada
para pelanggan tegangan rendah.
Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh :
1. Susut Tegangan yang disyaratkan.
2. Luas penghantar jaringan.
3. Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
4. Sifat daerah pelayanan (desa, kota)
5. Kelas pelanggan ( pada beban rendah, pada beban tinggi)
 Gardu distribusi.
Jaringan distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang disebut Gardu
Distribusi mulai dari panel hubung bagi TR keluar didistribusikan.
Untuk setiap sirkit keluar melalui pengaman arus disebut“penyulang / feeder
B. Struktur Jaringan

Struktur jaringan adalah radial murni atau radial open loop ( bentuk tertutup
namun operasi radial).
Jarang sekali pelanggan dipasok dengan tingkat keandalan tinggi
secara tertutup (loop) baik dari satu sumber ataupun dari sumber berlainan

C. Komponen Perlengkapan Utama


 Bahan Penghantar memakai 2 jenis kabel :
1. kabel tunggal

2. jamak atau berpilin (twisted).


 Tiang penyangga memakai :
1. Tiang besi panjang 7 meter, 9 meter atau dibawah
saluran udara
2. Tiang beton, dengan panjang yang sama.
3. Tiang kayu (sudah jarang dipakai
II. Sistem Tegangan

 Sistem tegangan yang dianut ada 3 macam :


Sistem 1 fasa ( fasa satu) : 110 Volt, 220 Volt, 250 Volt
 Sistem tegangan dipilih mengikuti konsep teknis (Distribution System Engineering)
yang dianut satu sama lain dapat berbeda, misalnya :
1. Sistem Kontinental : 3 fasa – 3 kawat
2. Sistem Amerika : 2 fasa – 3 netral (Multi
Grounded)
3. Sistem Kanada : 1 kawat (Swer)
III. Tiang Penyangga Jaringan

A. Gaya-Gaya Mekanis Pada Tiang Penyangga / Penyangga


 Tiang penyangga mengalami gaya-gaya mekanis terutama adalah gaya-gaya :

 Beban penghantar yang dipikul.


 Beban akibat tiupan angin pada penghantar dan pada
tiang itu sendiri.
 Regangan (tensile stress) penghantar logam akibat perubahan
suhu lingkungan atau akibat adanya sambungan pelanggan).
 Beban akibat air hujan atau suhu didaerah dingin.
 Beban-beban tersebut mempengaruhi kekuatan tiang penyangga. Kekuatan
tiang didimensikan dalam satuan Newton atau daN (0,98 kg)
 Kekuatan tiang dihitung pada kondisi-kondisi yang minimum, sehingga
didapatkan harga yang realistis.
Contoh :
1. Kondisi tekanan angin maksimum.
2. Temperatur kerja maksimum penghantar (60º C)
3. Angka keamanan mekanis 0,5 (50%).
B. Tinggi Tiang di Atas Permukaan Tanah
Sebagai pegangan pelaksanaan lapangan bagian yang tertanam pada
tiang adalah sepanjang 1/6 x panjang total.

Gaya – gaya mekanis terbesar pada 10 cm dibawah ujung tiang pada 1/6 tiang
dan didalam tanah.
Sehingga pada bagian–bagian tersebut perlu diperhatikan kemampuan menahan
bebannya.
C. Pengaruh Kondisi Tanah
Kondisi tanah yang rawan/lunak dapat menyebabkan robohnya tiang penyangga.
Pada dasarnya perlu diperhitungkan kekuatan tanah sehingga dapat diketahui jenis
tanah lunak atau tidak.
Berdasarkan hitungan tersebut dapat ditentukan perlu tidaknya memakai pondasi.
Namun untuk tiang-tiang awal/ akhir, tetap diperlukan pondasi
D. Penggunaan Kawat Peregang Atau Tiang Penegang (Stake Pole)
Kawat penegang dapat mengurangi beban mekanis tiang , demikian juga
pemakaian tiang penopang.
Sehingga tiang dengan kekuatan mekanis yang kecil dapat dipergunakan untuk
menahan beban mekanis yang lebih besar.
IV.Pembumian Pada Jaringan Distribusi Jaringan Tegangan
Rendah
A. Ketentuan-ketentuan tentang Pembumian :

 Menurut PUIL, semua bagian konduktif terbuka pada suatu instalasi harus
dibumikan.
 Menurut PUIL, apabila jalur yang sama dipasang SUTM dan SUTR, maka pada
setiap 3 tiang harus dipasang penghantar pembumian yang dihubungkan
dengan penghantar netral.
 Menurut PUIL, nilai resistansi pembumian setiap 200 meter lintasan tidak boleh
melebihi dari 10 Ohm.
 Petunjuk praktis semua nilai resistansi pembumian maksimum sebesar 5 Ohm.
 Berdasarkan kekuatan mekanis luas penampang minimum penghantar
pembumian adalah sebesar 50 mm2 dan terbuat dari tembaga.
 Sambungan penghantar bumi dengan elektroda bumi harus kuat secara
mekanis/ elektris dan mudah dibuka untuk dilakukan pengujian resistansi
pembumian.
 Klem pada elektroda pipa harus memakai ukuran minimal 10 Ohm dan
dilindungi dari kemungkinan korosi.
 Elektroda batang dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah. Panjangnya
disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan resistansi tanah.
B. Pembumian pada TR

Prosedur instalasi pembumian TR di gardu distribusi harus memperhatikan jenis


sistem pembumian yang dianut).
 Bila rel netral dipakai sebagai rel proteksi, rel proteksi harus dibumikan.
 Bila rel netral terpisah dari rel proteksi, maka hanya rel proteksi yang harus
dibumikan.
 Bila saklar masuk dilengkapi dengan saklar arus sisa, maka rel netral tidak boleh
dibumikan.

C. Penghantar Pembumian dan Elektroda bumi


 Elektroda Bumi adalah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat
kontak langsung dengan bumi.
 Penghantar Bumi yang tidak berisolasi ditanam dalam bumi dianggap sebagai
bagian elektroda bumi.
 Sebelum dipasang harus diteliti dulu berapa resitance jenis tanah.
V. Perancangan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
Ruang lingkup bahasan ini adalah jaringan sistem distribusi tegangan rendah mulai dari gardu
distribusi sampai dengan tiang / panel distribusi

A. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam merancang jaringan sitem distribusi tegangan


rendah
 Karakteristik daerah pelayanan.
 Perkiraan beban maksimum.
 Pemilihan jenis hanaran dan konstruksi jaringan.
 Perhitungan susut tegangan.
 Penyediaan pemakaian peta geografis.
 Survai lapangan.
 Pemilihan jenis tiang /panel distribusi dan titik lokasinya.
 Pembuatan peta rencana.
 Perhitungan kebutuhan material.
 Rencana anggaran biaya.
B. Pemilihan jenis hantaran.
Untuk saluran udara umumnya memakai :
Penghantar tak berisolasi /berisolasi ukuran 16 mm2, 25 mm2, 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2.
Pada saat sekarang pemakaian penghantar pilin sangat banyak dipakai baik untuk
perumahan sedang / sederhana atau daerah pelayanan publik.
1.4 GANGGUAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH

1. Gangguan Hilang Pembangkit

Dalam beroperasi, pembangkit tenaga listrik tidak bisa dipisahkan dari sub
sistem tenaga listrik yang lain yaitu penyaluran (transmisi), distribusi dan pelelangan,
karena pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu sub sistem dari sistem tenaga
listrik. Suatu sistem tenaga listrik yang sangat luas cakupan areanya, menyebabkan
timbulnya gangguan tidak bisa dihindari. Salah satu sub sistem yang kemungkinan
mengalami gangguan, adalah pembangkit tenaga listrik. Bentuk gangguan tersebut
adalah hilangnya daya atau pasokan daya pada pembangkit atau biasa disebut
hilangnya pembangkit.Secara garis besar, gangguan hilangnya pembangkit
diakibatkan oleh dua hal, yaitu yang bersifat internal dan gangguan yang bersifat
ekstemal.
 Gangguan internal yaitu yang diakibatkan oleh pembangkit itu sendiri, misalnya:
kerusakan/gangguan pada penggerak mula (prime over) dan kerusakan/gangguan
pada generator, atau komponen lain yang ada di pembangkitan.
 Gangguan eksternal, yaitu gangguan yang berasal dan diakibatkan dari luar
pembangkitan, misalnya: gangguan hubung singkat pada jaringan. Hal ini akan
menyebabkan sistem proteksi (relai atau circuit breaker) bekerja dan memisahkan
suatu pembangkitan dari sistem yang lainnya. Apabila tingkat
kemampuan pembebanan pembangkitan yang hilang atau terlepas dari sistem
tersebut melampaui spinning reserve sistem, maka terjadi penurunan frekuensi terus
menerus. Hal ini harus segera diatasi, karena akan menyebabkan trip pada unit
pembangkitan yang lain, sehingga berakibat lebih fatal, yaitu sistem akan mengalami
padam total (collapse)
2. Gangguan Beban Lebih

Dalam suatu sistem tenaga listrik, yang dimaksud gangguan beban lebih
adalah pelayanan kepada pelanggan listrik yang melebihi kemampuan sistem
tenaga listrik yang ada, misal: trafo distribusi dengan kapasitas daya
terpasang 100 KVA, akan tetapi melayani pelanggan lebih besar dari
kapasitasnya. Hal ini menyebabkan trafo bekerja pada kondisi abnormal.
Beban lebih akan menyebabkan arus yang mengalir pada jaringan listrik
menjadi besar, selanjutnva menimbulkan panas yang berlebihan, yang
akhirnya akan menyebabkan umur hidup (life time) peralatan dan material
pada jaringan listrik menjadi pendek atau mempercepat proses penuaan dan
kerusakan.
3. Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat pada jaringan listrik, dapat terjadi antara phasa
dengan phasa (2 phasa atau 3 phasa) dan gangguan antara phasa ke tanah.
Timbulnya gangguan bisa bersifat temporer (non persistant) dan gangguan yang
bersifat permanent (persistant).

Beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya gangguan hubung singkat,


antara lain:
1) Terjadinya angin kencang, sehingga menimbulkan gesekan pohon dengan jaringan
listrik.
2) Kesadaran masyarakat yang kurang, misalnya bermain layang-layang dengan
menggunakan benang yang bisa dilalui aliran listrik.
Ini sangat berbahaya jika benang tersebut mengenai jaringan listrik.
3) Kualitas peralatan atau material yang kurang baik, misaInya: pada JTR yang
memakai Twested Cable dengan mutu yang kurang baik, sehingga isolasinya
mempunyai tegangan tembus yang rendah, mudah mengelupas dan tidak tahan panas.
Hal ini juga akan menyebabkan hubung singkat antar phasa.
4) Pemasangan jaringan yang kurang baik misalnya: pemasangan konektor pada JTR
yang memakai TC, apabila pemasangannya kurang baik akan menyebabkan
timbulnya bunga api dan akan menyebabkan kerusakan phasa yang lainnya.
Akibatnya akan terjadi hubung singkat.
5) Terjadinya hujan, adanya sambaran petir, karena terkena galian (kabel tanah),
umur jaringan (kabeI tanah) sudah tua yang mengakibatkan pengelupasan isolasi dan
menyebabkan hubung singkat dan Sebagainya
1.5 Pengaman pada siste distribusi

 Alat pengaman celah batang (rod gap)


Merupakan alat pengaman paling sederhana yang terdiri dari dua batang
logam dengan penampang tertentu. Batang logam bagian atas diletakkan di
puncak isolator jenis pos (post type insulator) dihubungkan dengan kawat
penghantar jaringan distribusi sedangkan batang logam bagian bawah
diletakkan pada bagian dasar isolator jenis pos yang langsung berhubungan
dengan ground. Jarak celah kedua batang logam tersebut disesuaikan dengan
tegangan percikan untuk suatu bentuk gelombang tegangan tertentu
 Alat pngaman tanduk api
Seperti halnya alat pengaman celah batang, alat pengaman tanduk api ini
diletakkan dikedua ujung isolator gantung (suspension insulator) atau isolator
batang panjang (long rod insulator). Tanduk api dipasang padaujung kawat
penghantar dan ujung isolator yang berhubungan langsung dengan ground (tanah)
yang dibentuksedemikian rupa sehingga busur api tidak akan mengenai isolator
saat terjadi loncatan api. Jarak antara tanduk atas dan bawah diatur sekitar 45-
65 dari panjang isolator keseluruhan.
 1.6. Penutup.

1. Dalam suatu system jaringan distribusi tegangan rendah, pada


umumnya mengikuti julur jalanan yang telah ada, sehingga tidak dapat
dihindari sepenuhnya tentang adanya kontruksi untuk jalanan lurus,
tikungan dan ujung-ujung atau percabangan jaringan,
2. Penentuan jenis konstruksi yang dipilih untuk setiap tiang, Sangat
dipengaruhi oleh besarnya sudut yang terbentuk dari jaringan, dimana
dibutuhkan metode untuk memikul beban mekanik yang timbul serta
mempertahankan posisi tiang selalu tegak lurus sehingga lendutan yang
terjadi tetap memenuhi Standard.
3. untuk memudahkan dalam memahami, maka setiap mahasiswa
dapat mengamati konstruksi di lapangan dan dilakukan diskusi di kelas
sehubungan dengan hasil pengamatan konstruksi JTR yang terpasang,
guna memperoleh informasi penerapan dari setiap konstruksi yang
ada, dan selanjutnya akan memberikan kemudahan dalam
pembahasan pada sistem jeringan distribuís tegangan menengah.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai