Anda di halaman 1dari 6

MEWASPADAI MICROSLEEP YANG

BISA BIKIN KECELAKAAN FATAL


Kondisi lelah, kurang tidur, aktivitas monoton dan sebagainya bisa memicu fase
yang disebut “microsleep”. Gejalanya ditandai dengan hilang fokus tiba-tiba
dan tidur kilat selama lima detik hingga dua menit.
Microsleep adalah fase tidur singkat yang berisiko, individu dengan gangguan
tidur seperti insomnia atau sleep apnea, dan pekerja monoton, yang sering di
depan layar komputer, atau mengemudi di jalur lurus atau jalur hapal. Saking
singkatnya, microsleep seringkali seseorang tak menyadari telah tertidur.
Terkadang, microsleep terjadi dengan mata terbuka.
“Kurang tidur 2-3 jam dapat meningkatkan risiko kecelakaan hingga empat
kali lipat, setara dengan mengemudi dalam keadaan mabuk,” tulis Jake Nelson,
direktur Advokasi dan Penelitian Keselamatan Lalu Lintas AAA Foundation.
Ada beberapa tanda yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi microsleep saat menghinggapi seseorang. Pertama, tatapan
matanya kosong. Kedua, menghentakkan kepala ke depan, sering berkedip
lambat, menguap, dan tak mengingat menit terakhir ketika ia beraktivitas.
Ini karena yang bersangkutan gagal merespons informasi dari luar. Misalnya
seperti tidak melihat lampu merah, tikungan, atau bagi pilot, tidak menyadari
lampu alarm berkedip di kokpit. Keadaan ini lazimnya berlangsung di waktu-
waktu khusus saat tubuh diprogram untuk tidur, seperti dini hari dan sore hari.
YANG TERJADI SAAT MICROSLEEP
Ada beberapa bencana yang terjadi di dunia akibat kondisi ini. Contohnya saja ledakan nuklir
Chernobyl, tumpahan minyak Exxon Valdez, ledakan pesawat ruang angkasa Challenger, dan
kerugian sebanyak US$ 31 miliar per tahun di Amerika akibat kesalahan kerja.

Bayangkan ketika kendaraan dipacu dengan kecepatan 70 mil per jam, saat bersamaan
pengemudi tertidur selama enam detik, maka selama fase microsleep, kendaraan melaju hingga
200 meter. Kondisi ini sangat memungkinkan kendaraan berpindah jalur, menyeberang ke sisi
jalan, atau menerobos lampu merah. Setidaknya ada kurang lebih 10 persen pengemudi
pernah mendapat fase microsleep saat berkendara.
Pada saat mengantuk, meski belum tidur, otak mulai mematikan sementara sebagian aktivitas.
Fenomena ini dinamakan tidur lokal, dimana tubuh masih terjaga, tapi otak tidak berfungsi
penuh. Sementara microsleep adalah fase tidur lokal yang “kebablasan” sehingga membuat
otak lumpuh dan menunggu tubuh mengembalikan kesadaran.
TIPS AGAR TERHINDAR DARI GANGGUAN MICROSLEEP
Jika benar-benar harus melakukan aktivitas seperti mengemudi atau bekerja dalam
kondisi kurang tidur atau lelah, maka ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk
menghindari microsleep. Pertama, tidur cukup sebelum melakukan perjalanan panjang,
setidaknya selama 7 jam. Hindari mengemudi saat merasa mengantuk, usahakan
beristirahat setiap dua jam atau setiap jarak 100 mil.

Antisipasi kelelahan dengan penumpang siaga untuk bergiliran mengemudi, mereka


juga dapat membantu berinteraksi agar tetap fokus. Jaga tubuh agar tetap bergerak
dan terus berpikir, setel radio atau musik favorit. Suplemen seperti kopi atau vitamin
dapat membantu menunda fase microsleep, tapi butuh waktu jeda setidaknya selama
30 menit untuk merasakan efek.

Terakhir, tentu beristirahat saat rasa kantuk datang, setidaknya 20-30 menit saat siang
hari. Semua keputusan ada di tangan Anda, dan berani mengambil langkah agar
terhindar dari microsleep yang berisiko.

Anda mungkin juga menyukai