Anda di halaman 1dari 20

Muh.

Shabir Umar
Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Kementerian Agama RI
2019
KB. 2. JUAL BELI

Capaian Pembelajaran Mata


Kegiatan

Setelah kegiatan selesai, peserta


memahami dan menguasai aturan jual
beli dan bentuk-bentuknya yang benar
menurut agama Islam.
Subcapaian Pembelajaran
Mata Kegiatan
• Menjelaskan pengertian, rukun, dan
syarat jual beli
• Menguraikan pengertian, rukun, dan
syarat salam
• Menguraikan pengertian, rukun, dan
syarat istishna’
• Menguraikan pengertian bai’ bi tsaman
ajil dan kebutuhan atasnya
A. JUAL BELI
1. Pengertian Jual Beli
• Secara bahasa, jual beli atau al-bai'u berarti
muqabalatu syai'in bi syai'in (‫)مقابلة ش ْي بش ْي‬.
(adalah menukar sesuatu dengan sesuatu)
• Menurut istilah, jual beli adalah menukar
barang dengan barang atau menukar
barang dengan uang dengan jalan mele-
paskan hak kepemilikan dari yang satu
kepada yang lain atas dasar saling
merelakan
2. Rukun Jual Beli

Jumhur:
• Adanya penjual dan pembeli
• Adanya barang/jasa yang
diperjualbelikan
• Adanya akad (ijab kabul)
• Ada Nilai Tukar
Hanafiyah: rukun hanya jual beli
hanya ijab kabul
3. Syarat Jual Beli

• Penjual dan pembeli


• Baligh (berakal)
• Beragama Islam (utk barang tertentu)
• Tidak dipaksa
• Ma’qud alaih (barang)
• Suci atau mungkin disucikan
• Bermanfaat
• Dapat diserahkan
• Milik sendiri
• Diketahui/dilihat
3. Syarat Jual Beli

• Ijab Kabul
• Tidak ada yang membatasi
(memisahkan)
• Tidak diselingi kata-kata lain
• Tidak ditaklikkan (digantungkan)
dengan hal lain
• Tidak dibatasi waktu
4. Macam-macam Jual Beli

• Menjual barang yang bisa dilihat


• Hukumnya boleh/sah jika barang yang
dijual suci, bermanfaat dan memenuhi
rukun jual beli
• Menjual barang yang disifati
• Hukumnya boleh/sah jika barang yang
dijual sesuai dengan sifatnya
• Menjual barang yang tidak kelihatan
• Hukumnya tidak boleh/tidak sah
B. JUAL BELI SALAM
1. Pengertian dan Dasar Hukum
• Salam (‫ )سلم‬berarti al-i'tha' (‫ )العطاء‬dan
at-taslif (‫ )التسليف‬yang berarti pemberian.
• Menurut istilah, salam didefinisikan
sebagai ( ‫بيع موصوف في الذمة ببدل يعطى عاجال‬
) artinya jual-beli barang yang
disebutkan sifatnya dalam tanggungan
dengan imbalan (pembayaran) yang
dilakukan saat itu juga
Dasar Hukum
َ ‫• يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
َ ‫ين آ َمنُواْ ِإذَا ت َ َدايَنتُم ِب َديْن ِإلَى أ َ َجل ُّم‬
ُُ‫س ًّمى فَا ْْتُبُو‬
• Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya (QS al-Baqarah/2: 282).
‫ أشهد أن السلف المضمون إلى أجل مسمى‬:‫• عن ابن عباس قال‬
‫قد أحله هللا تعالى في ْتابه وأذن فيه‬
• Ibnu Al-Abbas berkata, Aku bersaksi bahwa
akad salaf (salam) yang ditanggung hingga
waktu yang ditentukan telah dihalalkan Allah
dalam Kitab-Nya dan Dia telah mengizinkan-
nya. (HR al-Syafi'i)
2. Rukun Akad Salam

• Musallim (penjual)
• Musallam ‘alaih (Pembeli)
• Musallam fiih (barang)
• Ijab kabul
• Harga (alat tukar)
3. Syarat Akad Salam
• Syarat penjual dan pembeli dalam salam
sama dengan jual beli biasa
• Uang/harga
 Jelas nilainya
 Harus tunai
• Musallam fiih (barang)
 spesifikasi/sifat jelas
 barang tidak diserahkan saat akad
 ada batas penyerahan barang
 memungkinkan diserahkan pada
waktunya
 tempat penyerahan barang jelas
C. ISTISHNA’
1. Pengertian Istishna’
• Istishna' adalah bentuk ism mashdar dari
kata dasar istashna'a-yastashni'u berarti
meminta orang lain untuk membuatkan
sesuatu untuknya.
• Menurut istilah, Istishna’ adalah jual beli
barang pesanan di antara pembeli dan
penjual dengan spesifikasi tertentu yang
disepakati dgn pembayaran dilakukan di
muka secara cicilan atau ditangguhkan
sampai waktu tertentu
2. Rukun Istishna’

• Pemesan (mustashni) dan


• Produsen (shani’)
• Mahall (barang yang dipesan)
• Ijab kabul/sighah
• harga
3. Syarat Istishna’

• Adanya penyebutan dan kesepakatan


kriteria barang dan jasa yang akan
dilangsungkan, agar tidak ada kesalah
pahaman antara kedua belah pihak
• Tidak ada batasan waktu penyerahan
barang (Abu Hanifah)
• Barang yang dipesan adalah barang yang
telah biasa dipesan dengan akad istishna'
4. Apakah Istishna’ akad yang
mengikat?
• Abu Hanifah menggolongkan akad
istishna' ke dalam jenis akad yang tidak
mengikat sehingga sebelum barang
diserahkan, keduanya berhak untuk
mengundurkan diri dari akad istishna'
• Abu Yusuf menganggap akad istishna'
sebagai akad yang mengikat sehingga
setelah barang jadi kedua pihak tidak
dapat membatalkan.
D. BAI’ BI TSAMAN ‘AJIL
1. Pengertian Bai’ bi Tsaman ‘Ajil
• Secara harfiyah, bai`maknanya jual beli
atau transaksi. tsaman maknanya harga
dan ajil maknanya bertempo atau tidak
tunai.
• Bai` bi al-tsaman ajil dapat dikatakan
sebagai jual beli yang uangnya
diberikan secara bertahap atau
belakangan/ditangguhkan.
2. Bai’ bi Tsaman ‘Ajil dan Sistem
Bank Syariah
• Bank syariah menerapkan transaksi ini
terhadap nasabahnya yang membutuh-
kan dana untuk pembelian barang.
• Klien meminta kepada bank untuk
menyediakan barang kebutuhannya yang
akan dibayar dengan harga yang disepa-
kati secara bertahap. Pihak bank lalu
mewakilkan kepada nasabah dan mem-
berikan uang untuk membeli barang
kebutuhannya yang selanjutnya diambil
oleh nasabah. Bank tinggal mengecek
faktur pembelian barang terebut.
3. Kelemahan Bai’ bi Tsaman ‘Ajil
• Akad bai` bi al-tsaman ‘ajil sangat
memungkinkan melanggar hukum fikih.
Misalnya, ketika pihak bank menitipkan
uang untuk membeli barang kepada
pembeli yang akan dibeli oleh si pembeli
dengan harga yang lebih tinggi, ada celah
yang bisa dimanfaatkan yakni pembeli
tidak membeli barang yang dimaksudkan
dalam transaksi, tetapi digunakan untuk
keperluan lain. Ketika jatuh tempo,
pembeli akan melunasi pembayaran yang
telah disepakati di awal antara pihak bank
dan pembeli.

Anda mungkin juga menyukai