Anda di halaman 1dari 47

KERATITIS

BAKTERIAL
OCULI DEXTRA
MUHAMMAD DZAKY JALALUDDIN S.KED
712018018
LATAR BELAKANG

Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia menyerap informasi visual yang digunakan
untuk melaksanakan berbagai kegiatan. Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi,
mulai dari gangguan ringan hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan kebutaan. Upaya
mencegah dan menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan perlu mendapatkan perhatian

Keratitis adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan kornea. Peradangan
tersebut dapat terjadi di epitel, membran Bowman, stroma, membran Descemet,
ataupun endotel. Peradangan juga dapat melibatkan lebih dari satu lapisan kornea. Pola
keratitis dapat dibagi menurut distribusi, kedalaman, lokasi, dan bentuk. Berdasarkan
distribusinya, keratitis dibagi menjadi keratitis difus, fokal, atau multifokal. Berdasarkan
kedalamannya, keratitis dibagi menjadi epitelial, subepitelial stromal, atau endotelial.
ANATOMI

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan


strukturnya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan
kecil
Kornea dewasa rata – rata mempunyai tebal 550 µm di
pusatnya (memiliki variasi berbeda tiap ras); diameter
horizontalnya sekitar 11,57 mm dan vertikalnya 10,6 mm.
HISTOLOGI

Lapisan Epitel
Tebalnya 550 µm, terdiri dari 5 lapis sel epitel
tidak bertanduk yang saling tumpeng tindih; satu
lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada
sel basal sering terjadi mitosis sel, dan sel muda
terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan
semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan dengan sel basal di sampinya dan
sel polygonal didepannya melalui desmosome dan
macula okluden; ikatan ini menghambat pengliran
air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier
HISTOLOGI

Lapisan Bowman
Lapisan bowman merupakan lapisan jernih
aselular yang merupakan bagian dari stroma yang
berubah. Terletak dibawah membrane basal epitel
kornea
HISTOLOGI

Stroma
Stroma kornea menyusun 90% ketebalan kornea.
Bagian ini tersusun atas jalinan lamella serat –
serat kolagen dengan lebar 10 – 250 µm dan
tinggi 2 µm yang mencakup hamper seluruh
diameter kornea. Lamella ini berjalan sejajar
dengan permukaan kornea, dan karena ukuran
dan kerapatannya menjadi jernih secara optis.
Lamella terletak didalam suatu zat dasar
proteoglikan terhidrasi bernama keratosis yang
menghasilkan kolagen dan zat dasar
HISTOLOGI

Membran Descemet
Membrane Descemet yang merupakan laminal
basalis endotel kornea, memiliki tampilan
homogen dengan mikroskop cahaya tatapi
berlapis – lapis dengan mikroskop electron akibat
perbedaan struktur antara pra- dan pascanasalnya.
Ketebalannya mencapai 10 – 12 µm
HISTOLOGI

Lapisan Endotel
Lapisan endotel tersusun oleh ikatan sel-sel yang
membentuk pola mosaik dan sebagian besar
berbentuk heksagonal. Sel endotel manusia tidak
berproliferasi secara in vivo, tetapi sel dapat
membelah untuk mempertahankan jumlahnya.
Meskipun beberapa bukti menunjukkan bahwa
stem sel endotel kornea perifer, kepadatannya
terus menurun sesuai usia. Sel yang berkurang
menyebabkan sel lain mengalami pembesaran dan
menggantikan posisi sel sekitarnya untuk menutup
area defek, terutama yang disebabkan trauma dan
operasi
KERATITIS

Definisi
Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun. Infeksi pada kornea
bisa mengenai lapisan superficial yaitu pada lapisan epitel atau membran bowman dan lapisan
profunda jika sudah mengenai lapisan stroma
KERATITIS

Sekitar 25.000 orang Amerika terkena keratitis bakteri per tahun. Kejadian keratitis bakteri
bervariasi, dengan lebih sedikit pada negara-negara industri yang secara signifikan lebih sedikit
memiliki jumlah pengguna lensa kontak. Insiden keratitis jamur bervariasi sesuai dengan lokasi
geografis dan berkisar dari 2% dari kasus keratitis di New York untuk 35% di Florida. Spesies
Fusarium merupakan penyebab paling umum infeksi jamur kornea di Amerika Serikat bagian
selatan (45-76% dari keratitis jamur), sedangkan spesies Candida dan Aspergillus lebih umum di
negara-negara utara. Secara signifikan lebih sedikit yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak
KERATITIS
• Virus
• Bakteri
• Jamur
• Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlamps. Hubungan ke sumber cahaya yang
kuat lainnya seperti pengelasan busur
• Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
• Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya pembentukan air mata
• Adanya benda asing di mata
• Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti debu, serbuk sari,
jamur, atau ragi
• Efek samping obat tertentu1
KERATITIS

Berdasarkan lapisan yang terkena, Berdasarkan penyebabnya, keratitis


keratitis dibagi menjadi: diklasifikasikan menjadi:
• Keratitis Pungtata (Keratitis Pungtata • Keratitis Bakteri
Superfisial dan Keratitis Pungtata • Keratitis Jamur
Subepitel)
• Keratitis Virus
• Keratitis Marginal
• Keratitis Herpetik
• Keratitis Interstisial
KERATITIS

Keratitis bakterial jarang terjadi pada mata normal dikarenakan adanya mekanisme pertahanan
alami kornea terhadap infeksi. Faktor predisposisi yang umum terjadi adalah penggunaan lensa
kontak, trauma, riwayat operasi kornea, kelainan permukaan bola mata, penyakit sistemik dan
imunosupresi.

Di negara berkembang, streptokokus, stafilokokus dan pseudomonas merupakan penyebab


keratitis bakterial terbanyak
KERATITIS

Tanda dan gejala klinis keratitis bakterial bergantung kepada virulensi organisme dan durasi
infeksi.Tanda utama adalah infiltrasi epitel atau stroma yang terlokalisisr atau difus. Umumnya
terdapat defek epitel di atas infiltrat stromal nekrotik yang berwarna putih keabu-abuan. Tampilan
umumlainnya adalah abses stroma di bawah epitel yang intak. Infiltrat dan edema kornea dapat
terletak jauh dari lokasi infeksi primer

Gejala yang dikeluhkan dapat berupa rasa nyeri, pembengkakan kelopak mata, mata merah atau
mengeluarkan kotoran, silau, dan penglihatan yang buram
KERATITIS

Manifestasi Klinis
Pasien keratitis biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata yang terinfeksi, penglihatan
silau, adanya sekret dan penglihatan menjadi kabur. Pada pemeriksaan bola mata eksternal
ditemukan hiperemis perikornea, blefarospasme, edema kornea, infiltrasi kornea
KERATITIS

Keratitis bakterial akan terjadi jika mikroorganisme dapat melawan imunitas pejamu. Patogen akan
melekat kepada permukaan kornea yang cedera dan menghindari mekanisme permusnahan oleh
lapisan air mata dan refleks kedip. Setelah cedera terjadi, bakteri yang bertahan akan melekat
kepada tepi sel epitel kornea yang rusak dan ke membran basalis atau stroma pada tepi luka.
Glikokaliks pada epitel yang cedera sangat rentan terhadap perlekatan mikroorganisme.
KERATITIS

Perlekatan mikrobial diawali oleh interaksi adhesin bakteri dengan reseptor glikoprotein pada
permukaan okular. Kemampuan bakteri untuk melekat kepada defek epitel tampaknya berperan
terhadap seringnya kejadian infeksi oleh S. Aureus, S. Pneumoniae, dan P. aeruginosa. Produksi biofilm
akan meningkatkan agregasi bakteri, melindungi mikroorganisme yang melekat dan meningkatkan
pertumbuhan pada tahap infeksi dini.
KERATITIS

Kapsul bakteri dan komponen permukaan lainnya memiliki peran yang penting dalam menginvasi
kornea. Sebagai contoh, beberapa bakteri menghindari aktivasi jalur komplemen alternatif karena
memiliki polisakarida di kapsulnya. Lipopolisakarida pada subkapsul bakteri merupakan mediator
utama terhadap terjadinya inflamasi kornea. Inokulasi endotoksin pada intrastroma kornea akan
memicu respon peradangan. Invasi bakteri ke dalam sel epitel dimediasi sebagian oleh interaksi
antara protein permukaan sel bakteri, integrin, protein permukaan sel epitel, dan pelepasan
protease bakteri.
KERATITIS

Berbagai mediator dan sel radang dapat dipicu oleh invasi bakteri dan menimbulkan inflamasi yang
mengakibatkan destruksi jaringan. Mediator inflamasi yang terlarut melliputi sistem pembentuk-
kinin, sistem pembekuan dan fibrinolitik, imunoglobulin komplemen-komplemen, amino vasoaktif,
eikosanoid, neuropeptida, dan sitokin. Kaskade komplemen dapat dipicu untuk membunuh bakteri
namun kemotaksin yang complement-dependent dapat mengawali inflamasi fokal.
KERATITIS

Dilatasi vaskular konjungtival dan limbal berhubungan dengan peningkatan permeabilitas yang
akan menimbulkan eksudat radang di dalam lapisan air mata dan kornea peirfer. Neutrofil
polimorfonuklir (PMNs) dapat memasuki kornea yang cedera melalui lapisan air mata pada defek
epitel, namun umumnya PMN melewati limbus.

Dengan terjadinya akumulasi neutrofil pada lokasi infeksi, semakin banyak sitokin dan komponen-
komplemen yang dihasilkan untuk menarik lebih banyak leukosit. Makrofag akan berpindah ke
kornea untuk memusnahkan bakteri dan neutrofil yang telah berdegenerasi.
KERATITIS

Anamnesis
• Mendapatkan informasi dan riwayat penyakit yang tepat dan cukup adalah sangat penting dalam
mengevaluasi pasien dengan keratitis bakteri. Pasien dengan keratitis bakteri biasanya akan
mengeluh sakit pada mata yang terinfeksi, penglihatan silau, kemerahan, berair, adanya sekret
dan penglihatannya yang menjadi kabur.
• Melalui anamnesis juga dapat ditanyakan tentang faktor-faktor predisposisi seperti apakah
pasien pernah menggunakan lensa kontak, berenang, berendam di air panas sambil memakai
lensa kontak, riwayat keratitis bakteri sebelumnya, riwayat operasi mata sebelumnya, riwayat
trauma pada mata sebelumnya dan kondisi atau penyakit yang sedang dialami pasien sekarang
KERATITIS
Pemeriksaan eksternal
• Biasanya dapat ditemukan blefarospasme, hiperemi perikornea, edema kornea dan infiltrasi
kornea. Tes Sensibilitas kornea bisa menurun atau normal. Fluorescein test pada kornea biasanya
dilakukan dan dapat memberikan tambahan informasi, seperti kehadiran dendrit, pseudodendrit,
dan kerusakan epitel.
KERATITIS

Faktor Resiko
• Setiap faktor atau agen yang menciptakan kerusakan pada epitel kornea adalah potensi penyebab
atau faktor risiko bakteri keratitis, beberapa faktor risiko terjadinya keratitis bakteri di antaranya:
• Penggunaan lensa kontak
• Trauma
• Kontaminasi pengobatan mata
• Riwayat keratitis bakteri sebelumnya
• Riwayat operasi mata sebelumnya
• Gangguan defense mechanism
• Perubahan struktur permukaan kornea
KERATITIS

Pemeriksaan Penunjang
Kultur adalah cara untuk mengidentifikasi organisme kausatif dan satu-satunya cara untuk
menentukan kepekaan terhadap antibiotik. Kultur sangat membantu sebagai panduan modifikasi
terapi pada pasien dengan respon klinis yang tidak bagus dan untuk mengurangi toksisitas dengan
mengelakkan obat-obatan yang tidak perlu. Dalam perawatan mata secara empiris tanpa kultur
dimana respon klinisnya tidak bagus, kultur dapat membantu meskipun keterlambatan dalam
pemulihan patogen dapat terjadi.
TATALAKSANA

Terapi antibiotika
• Tetes mata antibiotik mampu mencapai tingkat jaringan yang tinggi dan merupakan metode yang
banyak dipakai dalam pengobatan banyak kasus. Salep pada mata berguna sewaktu tidur pada kasus
yang kurang berat dan juga berguna sebagai terapi tambahan.
• Antibiotik topikal spektrum luas empiris digunakan pada pengobatan awal dari keratitis bakteri.
Untuk keratitis yang parah (melibatan stroma atau dengan defek yang lebih besar dari 2 mm dengan
nanah yang luas), diberikan dosis loading setiap 5 sampai 15 menit untuk jam pertama, diikuti oleh
aplikasi setiap 15 menit sampai 1 jam pada jam berikutnya. Pada keratitis yang kurang parah, Agen
Cycloplegic dapat digunakan untuk mengurangi pembentukan sinekhia dan untuk mengurangi nyeri
pada kasus yang lebih parah pada keratitis bakteri dan ketika adanya peradangan bilik anterior mata.
KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis bakteri ini adalah penipisan kornea, dan akhirnya
perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophthalmitis dan hilangnya penglihatan
PROGNOSIS

Prognosis visual tergantung pada beberapa faktor, seperti diuraikan di bawah ini, dan dapat
mengakibatkan penurunan visus derajat ringan sampai berat.
• Virulensi organisme yang bertanggung jawab atas keratitis
• Luas dan lokasi ulkus kornea
• Hasil vaskularisasi dan / atau deposisi kolagen
KASUS
KASUS
KASUS
KASUS
KASUS
KASUS
KASUS
KASUS
KASUS
KASUS
KASUS

Daftar Masalah:
• Mata kanan kabur mendadak sejak ± 4 hari yang lalu
• Mata merah dan terasa perih
• Penglihatan terasa silau, rasa mata mengganjal dan berair.

Diagnosis:
• Keratitis Bakterial EC Lensa Kontak
KASUS

Medikamentosa:
• Antibiotik
• Air mata buatan
• Sikloplegik untuk menghindari terbentuknya sinekia posterior dan mengurangi nyeri akibat
spasme siliar.
Non medikamentosa:
• Menjelaskan penyebab dari penyakit ini yaitu bakteri,virus atau jamur.
• Menjelaskan penatalaksanaan dari penyakit ini berdasarkan dari etiologinya.
• Menjalaskan kemungkinan komplikasi dari penyakit ini.
ANALISA

Pasien datang ke Poli Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari pada tanggal 6 Mei 2019
dengan keluhan mata kanan kabur sejak ± 4 hari yang lalu, keluhan mata kabur dirasakan
mendadak. Pasien juga mengeluhkan silau, berair, dan terasa perih. Keluhan disertai mata merah
dan rasa mata mengganjal. Keluhan tidak disertai mual dan muntah, dan sekret. Mata kiri tidak
memiliki keluhan. Keluhan pertama kali dirasakan saat satu hari setelah menggunakan lensa kontak
bekas pakai temannya dan didapatkan mata merah terasa perih dan pandangan kabur. Dari
keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding
penyakit mata yang ditandai dengan penurunan visus mendadak dengan mata merah yaitu keratitis,
ulkus kornea, glaucoma akut, dan uveitis.
ANALISA

Kemungkinan ulkus kornea dapat disingkirkan. Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan
kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai
defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai
stroma
ANALISA

Kemungkinan glaucoma akut dapat disingkirkan Glaukoma berasal dari kata Yunani yaitu glaukos
yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditandai oleh
peninggian tekanan intraokuler (TIO), penggaungan dan degenerasi papil saraf optik serta dapat
menimbulkan skotoma (kehilangan lapangan pandang). Dari anamnesis tidak didapatkan
penurunan lapang pandang dan adanya nyeri hebat ataupun sakit kepala.
ANALISA

Kemungkinan uveitis dapat disingkirkan. Uveitis adalah bentuk peradangan mata yang
mempengaruhi lapisan tengah jaringan di dinding mata (uvea). Uveitis sebagai tanda bahaya karena
seringkali datang secasecara tiba-tiba dan progresif untuk menjadi lebih buruk dengan cepat.
Kondisi uveitis ini dapat mempengaruhi satu atau dua mata dan terutama mempengaruhi pada
usai 20 tahun hingga 50 tahun tetapi dapat juga mempengaruhi anak-anak. Uveitis bisa menjadi
serius karena menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen. Tanda utama penyakit ini
adalah sel dan flare dalam bilik mata depan, keratic precipitate putih berukuran kecil sampai
sedang dengan atau tanpa bintik-bintik fibrin pada endotel, sinekia posterior-yang sering
menimbulkan seclusion pupil, dan katarak. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan temuan
tersebut.
ANALISA

Dari anamnesis didapatkan mata kanan kabur sejak ± 4 hari yang lalu, keluhan mata kabur
dirasakan mendadak. Pasien juga mengeluhkan silau, berair, dan terasa perih. Keluhan disertai mata
merah dan rasa mata mengganjal. Keluhan tidak disertai mual dan muntah, dan sekret. Keluhan
pertama kali dirasakan saat satu hari setelah menggunakan lensa kontak bekas pakai temannya
dan didapatkan mata merah terasa perih dan pandangan kabur. Keluhan tersebut sesuai pada
keratitis. Gejala keratitis adalah silau, mata sakit, merah, mata berair, terdapat infiltrate di kornea,
dan penurunan tajam penglihatan
ANALISA

Berdasarkan anamnesis pasien mengeluh mata kabur mendadak sejak ± 4 hari yang lalu setelah
menggunakan lensa kontak bekas pakai temannya. Berdasarkan etiologi keluhan termasuk dalam
keratitis bacterial. Keratitis bacterial, setiap bakteri seperti staphylococuc, pseudomonas,
hemophillus, streptococci dan enterobacteria dapat menyebabkan keratitis bacterial. Dengan
factor predisposisi yaitu pemakaian lensa kontak, trauma, kontaminasi obat tetes. Kelainan ini lebih
sering didapat pada pemakai lensa kontak dengan pemakaian lama, kosmetika yang terkontaminasi
dapat mengandung bakteri
ANALISA

Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus OD 6/15 dan OS 6/6 maknanya pasien hanya
dapat melihat huruf pada Snellen chart jarak 6 meter sedangkan orang normal dapat melihat pada
jarak 15 meter. Saat pasien disuruh memicingkan mata, tidak ada perbaikan tajam penglihatan yang
menunjukkan bahwa ada kelainan organic pada mata. Didapatkan pada kornea sedikit keruh
karena terdapat infiltrate yang disebabkan oleh sel PMN yang menginflamasi kornea. Prognosis
umumnya bonam dengan melihat factor – factor seperti virulensi organisme yang bertanggung
jawab atas keratitis, luas dan lokasi ulkus kornea, dan hasil vaskularisasi dan / atau deposisi
kolagen
KESIMPULAN

Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun. Keratitis dapat
diakibatkan banyak faktor seperti virus, bakteri, jamur, paparan sinar ultraviolet seperti sinar
matahari atau sunlamps, hubungan ke sumber cahaya yang kuat lainnya seperti pengelasan busur,
dan iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak. Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis
bakteri ini adalah penipisan kornea, dan akhirnya perforasi kornea yang dapat mengakibatkan
endophthalmitis dan hilangnya penglihatan. Prognosis visual tergantung pada beberapa faktor dan
dapat mengakibatkan penurunan visus derajat ringan sampai berat.

Anda mungkin juga menyukai