Anda di halaman 1dari 16

Pertolongan Pertama

pada Kecelakaan (P3K)


Tujuan P3K
Kecelakaan kerja bisa terjadi kapan saja ketika kita tidak siap menghadapinya
Bila terjadi kecelakaan kerja, korban harus langsung diberi pertolongan
sebelum ditangani oleh tenaga kesehatan (dokter). Hal ini bertujuan untuk:
o Menyelamatkan jiwa korban
o Mengurangi penderitaan korban dan mencegah terjadi cedera yang lebih parah
o Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan yang lebih pasti dapat
diberikan
Hal yang Harus Diperhatikan Saat Melakukan
Tindakan P3K
• Jangan panik tapi tidak boleh lamban (tetap tenang namun cekatan)
• Perhatikan pernafasan korban, bila sesak lakukan pertolongan dengan memberikan oxycan atau kain yang
dibasahi lalu dikibaskan ke arah hidung. Bila nafas terhenti, berikan pernafasan buatan
• Hentikan pendarahan dengan mengikat menggunakan kain/sapu tangan
• Perhatikan tanda-tanda shock:
 Apabila ada tanda-tanda shock terlentangkan korban dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya
 Apabila korban muntah-muntah dan dalam keadaan setengah sadar, letakan kepalanya lebih rendah dari bagian tubuh lain dan
miringkan kepalanya atau telungkupkan.
 Apabila korban menderita sesak nafas, letakkanlah dalam sikap setengah duduk
• Jangan memindahkan korban terburu-buru, kecuali tidak dapat dilakukan P3K
Desinfeksi
• Bila kecelakaan kerja terjadi di laboratorium klinik, misalnya terkena kuman
pathogen, perlu dilakukan desinfeksi sebagai tindakan P3K. Desinfeksi
bertujuan untuk:
 Menghindari penularan
 Alat selalu siap pakai dam terpelihara
Kriteria Desinfektan
• Sifat mikrosidal (membunuh jasad renik)
• Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)
• Kecepatan penghambatan
• Tidak mahal, aktivitasnya tetap dalam waktu lama, larut dalam air dan stabil dalam
larutan
• Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
• Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
• Tidak toksik pada hewan dan manusia
Kriteria Desinfektan
• Tidak bersifat korosif
• Tidak berwarna dan meninggalkan noda
• Tidak berbau/ baunya disenangi
• Bersifat biodegradable/ mudah diurai
• Larutan stabil
• Mudah digunakan dan ekonomis
• Aktivitas berspektrum luas
Dekontaminasi
• Langkah pertama dalam menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan
dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat
benda-benda lebih aman untuk ditangani petugas pada saat dilakukan
pembersihan. Dekontaminasi dilakukan sebelum proses sterilisasi dan
desinfeksi.
Langkah-langkah Dekontaminasi
 Pakai sarung tangan
 Bilas benda yang terkontaminasi dengan air dingin yang mengalir
 Cuci dengan air hangat dan sabun
 Gunakan sikat untuk membuang bahan organik dari semua permukaan
 Bilas dengan air hangat
 Biarkan kering oleh udara
 Ganti larutan detergen minimal setiap hari
 Bersihkan sikat dan Waskom
 Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Jenis Resiko Kerja di Laboratorium
1. Keadaan darurat skala besar dan situasi sensitif:
• Kebakaran  gunakan APAR, menjauhi sumber api dengan cara merangkak, tidak menggunakan lift
• Banjir  Mengungsi/menjauhi laboratorium
• Gempa bumi  sembunyi di bawah meja, mengungsi/menjauhi gedung bila memungkinkan, tidak
menggunakan lift
• Pemadaman listrik  antisipasi dengan mempersiapkan genset
• Tumpahan atau lepasnya bahan berbahaya  mempelajari MSDS agar mengetahui penanganannya
• Peneliti atau penelitian berbau politis atau kontroversi  kontrak kerja yang jelas untuk peneliti/penelitian
yang dilakukan
• Hilangnya bahan atau peralatan laboratorium  inventarisasi bahan dan alat laboratorium, simpan lagi ke
tempat semula
• Hilangnya data atau sistem computer  back up data di flashdisk, hardisk eksternal, google drive, dropbox
Jenis Resiko Kerja di Laboratorium
2. Pelanggaran keamanan:
• Pencurian atau penyalahgunaan peralatan bernilai tinggi  sistem keamanan yang ketat,
hukuman yang berat untuk pelaku agar ada efek jera
• Pencurian atau penyalahgunaan bahan kimia untuk kegiatan illegal  inventarisasi
bahan kimia, regulasi yang ketat untuk bahan masuk/keluar, hukuman yang berat untuk
pelaku agar ada efek jera
• Pelepasan bahan kimia berbahaya secara sengaja atau tidak  mempelajari MSDS untuk
penanganannya
• Eksperimentasi laboratorium secara tidak sah  peraturan ketat penggunaan
laboratorium/praktikum/penelitian
Jenis Resiko Kerja di Laboratorium
3. Adanya Bahan kimia beracun  Mempelajari MSDS agar mengetahui
penanganannya
4. Bahan kimia mudah terbakar, eksplosif, dan reaktif  Mempelajari MSDS
agar mengetahui penanganannya
Jenis Resiko Kerja di Laboratorium
5. Bahaya Hayati
Bahaya hayati merupakan masalah di laboratorium yang menangani mikroorganisme atau
bahan yang terkontaminasi mikroorganisme. Bahaya- bahaya ini muncul biasanya di laboratorium
penelitian kimia dan penyakit menular, dan tidak menutup kemungkinan muncul di laboratorium
mikrobiologi. Penilaian resiko bahan hayati berbahaya perlu mempertimbangkan beberapa faktor,
seperti :
• organisme yang dimanipulasi
• perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut
• aktifitas yang akan dilakukan dengan organisme tersebut
 membuat kontrak kerja dan kode etik penelitian untuk menggunakan organisme agar tidak
disalahgunakan
Jenis Resiko Kerja di Laboratorium
6. Limbah berbahaya
Limbah dianggap berbahaya jika memiliki salah satu sifat berikut ini :
• Bisa menyulut api
• Korosif
• Reaktif
• Beracun
 Perlu manajemen pengolahan limbah yang baik
Jenis Resiko Kerja di Laboratorium
6. Bahaya fisik:
• Gas yang dimampatkan
• Kriogen tidak mudah menyala
• Reaksi tekanan tinggi
• Kerja vakum
• Bahaya frekuensi radio dan gelombang mikro
• Bahaya listik
 Bekerja sesuai aturan keamanan
Resiko Lainnya
• Luka terpotong  P3K dengan menghentikan pendarahan, jika luka parah
harus ditangani petugas kesehatan (dokter)
• Tergelincir  pastikan tidak keseleo
• Tersandung  pastikan tidak keseleo
• Terjatuh  pastikan tidak keseleo, retak atau patah tulang
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai