LAPORAN KASUS
SEORANG WANITA DENGAN STROKE
NON HEMORAGIK
BAB I
Identitas Pasien
Abdomen :
Inspeksi : datar/sejajar dinding dada,
venektasi (-), massa (-), bekas jahitan (-)
Palpasi : supel, nyeri epigastrium (-),
hepar dan lien tdk teraba, turgor baik, massa
(-), asites (-)
VU distensi
Perkusi : timpani seluruh lapangan perut
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Ektremitas : akral hangat, CRT <2 detik
Status neurologis
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Gerakan abnormal : Tidak ada
Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk : - (tidak ditemukan tahanan pada tengkuk)
4. Kernig : -/-(tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135º/tidak terdapat tahanan sblm mencapai
135º)
5. Laseque : -/- (tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o/tidak timbul tahanan sebelum mencapai
70o)
Status neurologis
Nervus Kranialis
• N-I (Olfaktorius) : Tidak ada
gangguan penciuman
Refleks fisiologis :
+/+
• N-II (Optikus) : + Refleks patologis : -/-
• N III,IV,VI (okulomotorius,
Trochlearis,Abducens):
Kekuatan Otot
• N.IX : +/+
Diagnosis :
stroke non Dd SH
hemoragik
Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Inj citicholin 2x500mg
Inj spironolakton 2x 3 gram
Bisolf 3x1
Infus PCT 500mg
Prognosis
1. Emboli
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk
sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang
paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah
distribusi dari arteri karotis interna.
Faktor resiko
2. Hipertensi
3. Merokok
5. Hiperkolesterolemia
a. Stroke lakunar.
b. Stroke trombotik pembuluh besar
c. Stroke embolik
d. Stroke kriptogenik
Patogenesis
Pembuluh darah
Oklusi
Iskemia
Hipoksia
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
Anamnesis
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese, monoparese,
atau qudriparese, hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler, diplopia, disartria,
ataksia, vertigo, afasia, atau penurunan kesadaran tiba-tiba. Meskipun gejala-gejala
tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan. Penentuan
waktu terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya
pemberian terapi trombolitik
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaaan kepala dan leher untuk mencari
tanda trauma, infeksi, dan iritasi menings. Pemeriksaan juga dilakukan untuk mencari
faktor resiko stroke seperti obesitas, hipertensi, kelainan jantung, dan lain-lain
Diagnosis (2)
Pemeriksaan neurologi
Komponen penting dalam pemeriksaan neurologi mencakup pemeriksaan
status mental dan tingkat kesadaran, pemeriksaan nervus kranial, fungsi
motorik dan sensorik, fungsi serebral, gait, dan refleks tendon profunda.
Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran dan
mungkin pula menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia,
trombositosis, trombositopenia, dan leukemia).
Gambaran Radiologi
1. Terapi Trombolitik
Tissue plaminogen activator (recombinant t-PA) yang diberikan secara
intravena akan mengubah plasminogen menjadi plasmin yaitu enzim
proteolitik yang mampu menghidrolisa fibrin, fibrinogen dan protein
pembekuan lainnya.
2. Antikoagulan
Warfarin dan heparin sering digunakan pada TIA dan stroke yang
mengancam. Suatu fakta yang jelas adalah antikoagulan tidak banyak
artinya bilamana stroke telah terjadi, baik apakah stroke itu berupa infark
lakuner atau infark massif dengan hemiplegia
Penatalaksanaan
Antiplatelet (Antiaggregasi Trombosit)
Aspirin
Obat ini menghambat sklooksigenase, dengan cara menurunkan
sintesis atau mengurangi lepasnya senyawa yang mendorong
adhesi seperti thromboxane A2. Aspirin merupakan obat pilihan
untuk pencegahan stroke. Dosis yang dipakai bermacam-macam,
mulai dari 50 mg/hari, 80 mg/hari samapi 1.300 mg/hari.
Prognosis
1. Subyektif
Seorang wanita 50 tahun, datang dengan keluhan keluhan tidak bisa
menggerakan anggota badan sebelah kiri sejak 3 hari SMRS. keluhan
diawali tangan dan kaki kiri terasa lemah tetapi masih bisa digerakan
dan kelamaan kelemahan dirasakan bertambah, tangan dan kaki
dirasakan memberat dan tidak bisa digerakkan sama sekali. Pasien
juga mengeluhkan bicaranya menjadi pelo dan mulutnya miring ke
kiri sejak tangan dan kaki kanannya lemas.Keluhan lainnya seperti
sakit kepala, muntah, dan pingsan sebelum timbul kelemahan
disangkal oleh pasien. Keluhan gangguan buang air kecil, gangguan
buang air besar, dan trauma disangkal oleh pasien
2. obyektif
Keadaan Umum : Tampak sakit
sedang, compos mentis
Tanda vital :
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 80x/m
RR : 20x/m
Suhu : 36⁰C
Status neurologis
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Gerakan abnormal : Tidak ada
Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk : - (tidak ditemukan tahanan pada tengkuk)
4. Kernig : -/-(tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135º/tidak terdapat tahanan sblm mencapai
135º)
5. Laseque : -/- (tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o/tidak timbul tahanan sebelum mencapai
70o)
Status neurologis
Nervus Kranialis
• N-I (Olfaktorius) : Tidak ada
gangguan penciuman
Refleks fisiologis :
+/+
• N-II (Optikus) : + Refleks patologis : -/-
• N III,IV,VI (okulomotorius,
Trochlearis,Abducens):
Kekuatan Otot
• N.IX : +/+
Pada pasien ini sudah dilakukan pemeriksaan gold standar dan mendapat terapi sesuai
indikasi.