Anda di halaman 1dari 19

LEPTOSPIROSIS

KELOMPOK III
pengertian
 Leptospirosis merupakan penyakit zoonis akut
yang disebabkan Leptospira interrogans.
Penularannya dapat terjadi secara langsung
akibat kontak antara urin hewan pejamu dengan
lesi pada kulit atau mukosa tubuh manusia,
maupun tak langsung bila terjadi paparan
anggota tubuh manusia dengan air maupun
tanah yang tercemar urine hewan pejamu.
Penyebab

 Penyebab penyakit Leptospirosis adalah spesies


Leptospira interrogans yang mampu menyebabkan
penyakit (pathogen) pada manusia. Leptospira
berbentuk spiral dengan ukuran 0,1 mm x 6 – 20
mm, selalu bergerak, dapat hidup di air tawar
selama kurang 1 bulan, biasanya cepat mati di air
asin. Jasad renik ini biasanya hidup di dalam ginjal
hewan pejamu (inang) dan dikeluarkan melalui air
kencing (urin) saat berkemih. Hewan pejamu
tersebut antara lain tikus, kambing, tupai, domba,
kuda, dan anjing dapat terserang leptospirosis ,
tetapi potensi hewan-hewan ini menularkan
Leptospirosis ke manusia tidak sehebat tikus.
Penularan leptospira
• Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi secara
langsung ataupun tidak langsung.
• Penularan langsung biasanya terjadi dari hewan yang
mengandung leptospira kepada mereka yang
pekerjaannya merawat, memotong hewan seperti
peternak, dokter hewan, pembersih selokan dan
pekerja perkebunan.
• Penularan tak langsung (pada manusia) terjadi melalui
air seni atau tanah yang tercemar urin hewan yang
mengandung Leptospira. Kuman tersebut masuk ke
dalam tubuh manusia melalui kulit yang terluka atau
melalui selaput lendir mata, selaput lendir mulut,
saluran pernafasan.
Gejala klinik
1. Demam
2. Menggigil
3. Sakit Kepala
4. Conjungtivitis
5. Muntah
6. Malaise
7. Rasa Nyeri Otot & Punggung
NB. Gejala diatas akan tampak antara 4-9 hr
Gejala Lanjutan

 Gejala Leptospirosis itu sendiri bisa ringan, namun


bisa juga berat. Gejala yang ringan biasa disebut
Leptospirosis anikterik atau tidak tampak kuning,
mencapai 90 % dari seluruh kasus Leptospirosis di
masyarakat. Sementara itu, gejala yang berat
disebut Leptospirosis ikterik atau tampak kuning
ada sekitar 10 % dari kasus Leptospirosis di
masyarakat. Pada kasus Leptospirosis ikterik,
kondisipenderita sering bertambah berat dengan
cepat, sehingga kemungkinan besar pasien akan
mengalami gagal ginjal, kerusakan hati, atau
meningitis ( radang otak ).
Faktor Risiko
 Umur
Berdasarkan penelitian rata-rata penderita
Leptospirosis adalah pada usia kerja yang
berumur antara 25-50 tahun. Hal ini
disebabkan karena jenis pekerjaan yang
memungkinkan kontak dengan lingkungan
yang tercemar.

 Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian diasumsikan
bahwa kaum pria banyak yang bekerja
terutama di pedesaan sehingga
memungkinkan untuk kontak dengan
hewan pejamu maupun lingkungan yang
tercemar leptospira lebih tinggi.
TABEL 1
DISTRIBUSI PENYAKIT LEPTOSPIROSIS BERDASARKAN
JENIS KELAMIN
DI MAKASSAR TAHUN 2005

Jenis Frekuensi %
Kelamin
Laki-Laki 5 71,43
Perempuan 2 28,57
JUMLAH 7 100
Sumber : Data Sekunder
TABEL 2
DISTRIBUSI PENYAKIT LEPTOSPIROSIS
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI MAKASSAR TAHUN 2006

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-Laki 6 85,71
Perempuan 1 14,29

JUMLAH 7 100

Sumber : Data Sekunder


DISTRIBUSI PENYAKIT LEPTOSPIROSIS
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI MAKASSAR TAHUN 2005 DAN 2006

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa pada tahun


2005 penderita Leptospirosis lebih banyak pada laki-laki yaitu
sebesar 71,43 % dan perempuan sebesar 28,57 %, sedangkan
pada tahun 2006 penderita Leptospirosis pada laki-laki sebesar
85,71 % dan perempuan sebesar 14,29 %.
TABEL 2
DISTRIBUSI PENYAKIT LEPTOSPIROSIS
BERDASARKAN UMUR
DI MAKASSAR TAHUN 2005

Umur (Tahun) Frekuensi %


0 – 25 tahun 1 14,29
26 – 50 tahun 4 57,14
51 – 75 tahun 2 28,57
> 76 tahun - -
JUMLAH 7 100
Sumber : Data Sekunder
DISTRIBUSI PENYAKIT LEPTOSPIROSIS
BERDASARKAN UMUR
DI MAKASSAR TAHUN 2005

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penderita


Leptospirosis banyak dijumpai pada umur 26-50 tahun yaitu
sebesar 57,14 % dan di umur 51-75 tahun sebesar 28,57 %
TABEL 2
DISTRIBUSI PENYAKIT LEPTOSPIROSIS
BERDASARKAN UMUR
DI MAKASSAR TAHUN 2006

Umur (Tahun) Frekuensi %


0 – 25 tahun 1 14,29
26 – 50 tahun 5 71,42
51 – 75 tahun 1 14,29
> 76 tahun 0 0
JUMLAH 7 100
Sumber : Data Sekunder
DISTRIBUSI PENYAKIT LEPTOSPIROSIS
BERDASARKAN UMUR
DI MAKASSAR TAHUN 2005

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penderita


Leptospirosis banyak dijumpai pada umur 26-50 tahun yaitu
sebesar 71,42 % dan di umur 51-75 tahun sebesar 14,29 %
serta di umur 51-75 tahun sbesar 14,29 %.
pencegahan
INTERVENSI SUMBER INFEKSI :
• mengisolasi hewan-hewan sakit guna melindungi
masyarakat, rumah-rumah penduduk serta daerah-
daerah wisata dari urine hewan-hewan tersebut
• pengamatan terhadap hewan rodent yang ada
disekitar penduduk, terutama didesa dengan
melakukan penagkapan tikus untuk diperiksa
terhadap kuman Leptospirosis
• kewaspadaan terhadap Leptospirosis pada
keadaan banjir
• pemberantasan rodent (tikus) dengan peracunan
atau cara-cara lain untuk memperkecil angka
kematian sebaiknya semua suspect (tersangka)
penderita leptospirosis segera dibawa ke
puskesmas/ rumah sakit yang terdekat untuk
segera mendapat pengobatan
pencegahan
INTERVENSI PADA PEJAMU MANUSIA :
• Membiasakan diri dengan PHBS
• Menyimpan makanan & minuman dengan
baik agar terhindar dari tikus
• Menncuci tangan dengan sabun sebelum
makan
• Mencucui tangan, kaki serta bagian tubuh
lainnya dengan sabun setelah bekerja di
sawah/kebun dan tempat yang tercemar
• Menghindari pencemaran oleh tikus
Pencegahan
INTERVENSI PADA JALUR PENULARAN
• Menjaga kebersihan lingkungan
• Memebersihkan tempat-tempat air dan
kolam renang
• Melakukan desinfeksi terhadap tempat-
tempat tertentu yang tercemar oleh tikus
Pengobatan/Therapy
• Therapy Ringan :
 Pemberian antipiretik
 Pemberian antibiotik-antikuman
• Therapy Berat
 Pemberian antipiretik
 Pemberian nutrisi dan cairan
 Pemberian antibiotik-antikuman
 Penanganan khusus
WASPADA

LEPTOSPIROSIS

Anda mungkin juga menyukai