Anda di halaman 1dari 35

Hubungan Pemberian Premedikasi dan Non

Premedikasi terhadap Perubahan Tekanan


Darah di RSU Haji Surabaya

Pembimbing : dr. Arief Basuki, Sp.An


Oleh : Kelompok A30

SMF ANESTESI
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
BAB 1

Pendahuluan
Latar Belakang
• Istilah anestesia ini pertama kali digunakan
oleh Oliver Wendell Holmes pada tahun 1846.
Menurut asal katanya, anestesia berasal dan
kata “An” yang berarti “tidak” dan “Aestesia”
yang berarti “rasa”. Secara umum berarti
suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh
Rumusan Masalah

Adakah hubungan pemberian premedikasi dan


non premedikasi terhadap perubahan tekanan
darah?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui adakah hubungan pemberian
premedikasi dan non premedikasi terhadap
perubahan tekanan darah di Rumah Sakit Umum
Haji Surabaya
Tujuan Khusus
Mengetahui pengaruh pemberian premedikasi
dan non premedikasi terhadap perubahan tekanan
darah di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang
hubungan pemberian premedikasi dan non
premedikasi terhadap perubahan tekanan darah.
Manfaat Klinis
Mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian
premedikasi dan non premedikasi terhadap
perubahan tekanan darah.
BAB 2

Tinjauan Pustaka
Definisi
• Anestesi merupakan hilangnya rasa nyeri yang disertai atau
tidak disertai dengan hilangnya kesadaran
• Assesment pra anestesi adalah suatu penilaian dan
pemeriksaan yang memadai sebelum dilakukan tindakan
anestesi
• Premedikasi adalah tindakan awal anestesia untuk memberikan
obat – obat pendahuluan yang terdiri dari obat – obat golongan
antikolinergik, sedatif / trankuilizer dan analgetik
• Pasca Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan
yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Tujuan pre- medikasi
• Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, yang
meliputi : bebas dari rasa takut, tegang dan
khawatir, bebas dari rasa nyeri dan mencegah mual-
muntah
• Mengurangi sekresi kelenjar dan menekan reflek
vagus
• Memudahkan / memperlancar induksi
• Mengurangi dosis obat anestesi
• Mengurangi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah
Cara pemberian premedikasi

CARA MULA KERJA MASA KERJA

Oral 1 – 2 jam 6 – 8 jam

Intravena + 2 – 5 menit + 2 – 3 jam

Intramuskular + 30 – 60 menit 4 – 6 jam

Supositoria 10 – 15 menit 4 – 8 jam


1. Obat golongan Antikolinergik

obat-obatan yang berfungsi menekan atau menghambat aktivitas


kolinergik atau parasimpatis
Tujuan :
• Mengurangi sekresi kelenjar saliva, saluran cerna dan saluran nafas
• Mencegah spasme laring dan bronkus
• Mencegah bradikardi
• Mengurangi motilitas usus
• Melawan efek depresi narkotik terhadap pusat nafas

Alkaloid belladona  Atropin dan skopolamin


Farmakokinetik

• Mudah diserap disemua tempat, kecuali di kulit


• Dari sirkulasi darah atropin cepat memasuki jaringan dan separuhnya
mengalami hidrolisis enzimatik di hepar, sebagaian diekskresikan
melalui ginjal dalam bentuk asal. Waktu paruh sekitar 4 jam
• Skopolamin lebih sulit diabsorbsi sehingga perlu diberikan dalam dosis
yang lebih besar tetapi efek central nya tidak sekuat atropin karena
tidak melewati sawar darah otak
Farmakodinamik
• Atropin memblok asetilkolin endogen maupun
eksogen, tetapi hambatannya lebih kuat yang
eksogen
• Skopolamin memiliki efek depresi central yang
lebih besar daripada atropin, sedangkan
atropin efeknya lebih kuat di perifer yaitu pada
jantung, usus dan otot bronkus
Sistem saraf pusat Atropin : tidak menimbulkan depresi saraf pusat
Skopolamin : menimbulkan depresi susunan saraf pusat sehingga
menimbulkan rasa ngantuk, euphoria, amnesia dan rasa lelah

Sistem respirasi Menghambat sekresi kelenjar hidung, mulut, faring, trakea dan bronkus.
Menyebabkan mukosa jalan nafas kekeringan, relaksasi otot polos bronkus
dan bronkial, sehingga diameter lumen melebar akan menyebabkan volume
ruang rugi (death space) bertambah

Sistem Kardiovaskuler Menghambat aktivitas vagus pada jantung, sehingga denyut jantung
meningkat, tetapi berpengaruh langsung pada tekanan darah.

Sistem saluran cerna Menghambat sekresi air liur sehingga mulut terasa kering dan sulit menelan,
mengurangi sekresi getah lambung, mengurangi tonus otot polos sehingga
motilitas usus menurun

Kelenjar keringat Menghambat sekresi kelenjar keringat sehingga menyebabkan kulit kering
dan badan terasa panas akibat pelepasan panas tubuh terhalang melalui
proses evaporasi

15
• Cara pemberian dan dosis :
Intramuskular, dosis 0,01 mg/kgBB, diberikan 30-45 menit
sebelum induksi
Intravena, dengan dosis 0,005 mg/KgBB
• Kontraindikasi :
Pasien demam, takikardi, glaukoma dan tirotoksikosis
• Kemasan dan sifat fisik :
Dikemas dalam bentuk ampul 1 ml mengandung 0,25 dan 0,50
mg, tidak berwarna dan larut dalam air
2. Obat golongan sedatif / trankuilizer
Obat golongan sedatif adalah obat – obat yang berguna untuk
anti cemas dan menimbulkan rasa kantuk. Tujuan pemberian
obat golongan ini adalah untuk memberikan suasanya nyaman
bagi pasien prabedah, bebas dari rasa cemas dan takut, sehingga
pasien menjadi tidak peduli dengan lingkungannya.
Derivat fenothiazin
• Yang banyak digunakan premedikasi adalah prometazin.
• Cara pemberian dan dosis :
Intramuskular dosis 1 mg/kgBB dan diberikan 30 – 45 menit sebelum
induksi
Intravena dengan dosis 0,5 mg/kgBB diberikan 5 – 10 menit sebelum
induksi
• Kemasan dan sifat fisik :
Dikemas dalam bentuk ampul 2 ml mengandung 50 mg. Tidak berwarna
dan larut dalam air
Sistem saraf pusat Menimbulkan depresi saraf pusat, bekerja pada
formasio retikularis dan hipotalamus menekan pusat
muntah dan mengatur suhu

Sistem respirasi Menyebabkan dilatasi otot polos saluran nafas dan


menghambat sekresi kelenjar

Sistem Kardiovaskuler Menyebabkan vasodilatasi sehingga dapat


memperbaiki perfusi jaringan

Sistem saluran cerna Menurunkan peristaltik usus, mencegah spasme dan


mengurangi sekresi kelenjar. Efek lainya menekan
katekolamin dan sebagai antikolinergik

efek prometazin sebagai obat premedikasi adalah sebagai sedatif, antiemetik,


antikolinergik, antihistamin, bronkodilator dan antipiretik

19
Derivat Benzodiazepin
• Derivat benzodiazepin yang banyak digunakan untuk
premedikasi adalah diazepam dan midazolam
Farmakokinetik  mudah diabsorbsi secara sempurna. Waktu
paruh nya > 24 jam, berikatan dengan protein plasma dan
kekuatan ikatannya bergantung dengan sifat lipofiliknya. Volume
distribusinya besar, metabolisme nya terjadi dalam 3 tahap yaitu
desalkilasi, hidroksilasi dan konjugasi
Farmakodinamik
Sistem saraf pusat Menyebabkan sedasi dan anticemas yang bekerja pada sistem limbik
dan pada ARAS sehingga bisa menimbulkan amnesia anterograd.
Sebagai anti kejang yang bekerja pada kornu anterior medula spinalis
dan hubungan saraf otot, pada dosis kecil sebagai sedatif, dosis tinggi
sebagai hipnotik

Sistem respirasi Pada dosis kecil IV menimbulkan depresi ringan yang tidak serius,
namun jika dikombinasikan dengan narkotik menimbulkan depresi
nafas yang lebih berat

Sistem Kardiovaskuler Pada dosis kecil tidak ada efek, namun pada dosis besar menimbulkan
hipotensi yang disebabkan oleh efek dilatasi pembuluh darah

Saraf otot Menimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat
supra spinal dan spinal, sehingga sering digunakan pada pasien
menderita kekakuan otot rangka seperti tetanus

21
Pramedikasi, Intramuskular (IM) dengan dosis 0,2 mg/kgBB atau peroral
dengan dosis 5-10 mg
Induksi, diberikan intravena dengan dosis 0,2 – 0,5 mg/kgBB
• Kemasan dan sifat fisik :
Kemasan injeksi berbentuk larutan emulsi dalam ampul 2 ml mengandung
10 mg. Berwarna kuning, sukar larut dalam air dan bersifat asam. Kemasan
oral dalam bentuk tablet 2 dan 5 mg. Kemasan suppositoria atau rectal
tube diberikan kepada anak – anak, sedangkan midazolam yang ada
dipasaran adalah hanya dalam bentuk larutan tidak berwarna, mudah larut
dalam air dan kemasan dalam ampul 3 dan 5 ml mengandung 5 mg/ml
Derivat Butirofenon
• Derivat ini biasa disebut juga sebagai obat golongan neuroleptika,
karena sering digunakan sebagai neuroleptik. Derivat butirofenon yang
sering digunakan sebagai obat premedikasi adalah dehidrobenzperidol
atau populer disebut DHBP.
• Premedikasi, diberikan intramuskular dosis 0,1 mg/kgBB
• Dalam bentuk ampul 2 ml dan 10 ml, mengandung 2,5 mg/ml tidak
berwarna dan bisa bercampur dengan obat lain
Sistem saraf pusat Sebagai sedatif atau transkuilizer, antimuntah yang bekerja
pada pusat mntah “chemoreseptor trigger zone”. Efek
samping yang tidak dikehendaki adalah timbulnya
rangsangan ekstrapiramidal sehingga menimbulkan
gerakan tak terkendali

Sistem respirasi Menimbulkan sumbatan jalan nafas, dilatasi pembuluh


darah rongga hidung. Menimbulkan dilatasi pembuluh
darah paru sehingga KI untuk pasien asma

Sistem sirkulasi Menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah perifer,


sehingga sering digunakan sebagai anti syok, hipotensi

24
Derivat Barbiturat

• Derivat barbiturat yang sering digunakan sebagai obat premedikasi


adalah penobarbital dan sekobarbital. Digunakan sebagai sedasi dan
penenang prabedah,
• Sebagai premedikasi diberikan intramuskular dengan dosis 2 mg/kgBB
Farmakodinamik
Sistem saraf pusat Bekerja pada seluruh SSP, menghambat pada sinaps GABA-nergik

Sistem respirasi Menyebabkan depresi napas yang sebanding dengan besarnya dosis.
Pemberian dosis sedatif tidak berpengaruh terhadap pernapasan,
dosis hipnotik oral menyebabkan pengurangan frekuensi dan aplitudo
nafas

Sistem Kardiovaskuler Tidak memberikan efek nya nyata, frekuensi nadi dan tekanan darah
sedikit menurun seperti terjadi dalam keadaan tidur fisiologis
Anti histamin
• Obat golongan ini yang sering digunakan sebagai premedikasi
adalah derivat defenhidramin. Manfaat dan efek yang
diharapkan adalah sedatif, antimuntah ringan dan antipiretik
sedangkan efek sampingnya adalah hipotensi yang sifatnya
ringan. Dosis 25 – 50 mg 3 kali pemberian secara peroral.
IV/IM dengan dosis 10-50 mg
3. Golongan obat Narkotik

• Alkaloid opium ( natural ) : Morfin dan kodein


• Derivat semisintetik : Diasetilmorfin (heroin), hidromorfin, oksimorfon,
hidrokodon dan oksikodon
• Derivat sintetik :
– Fenilpiperidine : petidin, fentanil, sulfentanil dan alfentanil
– Benzmorfans : pentazosin, fenazosin dan siklazosin
– Morfinans : lavorvanol
– Propionanilides : metadon
– Tramadol
Sebagai analgesik, opioid bekerja secara sentral pada reseptor – reseptor opioid yang
diketahui ada 4 reseptor, yaitu :
 Reseptor Mu

Morfin bekerja secara agonis pada reseptor ini, stimulasi pada reseptor ini akan
menimbulkan analgesia, rasa segar, euphoria dan depresi respirasi
 Reseptor Kappa

Stimulasi reseptor ini menimbulkan analgesia, sedasi dan anestesia. Morfin bekerja pada
reseptor ini
 Reseptor Sigma

Stimulasi reseptor ini menimbulkan perasaan disforia, halusinasi, pupil midriasis dan
stimulasi respirasi
 Reseptor Delta

Pada manusia peran reseptor ini belum diketahui dengan jelas. Diguga memperkuat
reseptor Mu

29
 Premedikasi : petidin diberikan intramuskular dengan dosis 1 mg/kgBB
atau intravena 0,5 mg/kgBB. Sedangkan morfin sepersepuluh dari petidin
dan fentanil seperseratus dari petidin
 Kemasan dan sifat fisik :
Petidin dalam bentuk ampul 2 ml yang mengandung 50 mg/ml dan tidak
berwarna
Fentanil dikemas steril dalam bentuk ampul 2 dan 10 ml tiap ml
mengandung 50 ug
Morfin dalam bentuk ampul 1 ml yang mengandung 10 mg atau 20 mg,
tidak berwarna dan bisa dicampur dengan obat lain.
Dalam aplikasi sehari-hari, ketiga golongan obat – obat premedikasi ini
dicampur dalam satu spuit kecuali diazepam, dan disuntikkan secara
intramuskular. Pemberian dengan cara ini dimaksudkan untuk mengurangi
suntikan berulang.

30
Sistem saraf pusat Sebagai analgetik, obat ini bekerja pada talamus dan
substansia gelatinosa medula spinalis dan sebagai
efek sedasi
Sistem respirasi Menimbulkan depresi pusat nafas terutama pada bayi
dan orangtua. Terhadap bronkus, petidin
menyebabkan dilatasi bronkus, sedangkan morfin
menimbulkan konstriksi akibat pengaruh peran
histamin
Sistem sirkulasi Tidak menimbulkan depresi sistem sirkulasi
Sistem lain Merangsang pusat muntah, spasme spinter kandung
empedu sehingga mengakibatkan kolik abdomen.
Morfin merangsang pelepasan histamin sehingga
menimbulkan efek gatal diseluruh tubuh sedangkan
petidin pelepasan histamin terjadi dilokasi suntikan
saja.

31
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Analisis Chi Square

Chi-Square Tests

Asymptotic Significance (2-

Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 26.250a 1 .000

Continuity Correctionb 22.634 1 .000

Likelihood Ratio 34.107 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 25.375 1 .000

N of Valid Cases 30

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00.

b. Computed only for a 2x2 table


Pembahasan
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa
terdapat hubungan antara pasien yang di premedikasi
dan non premedikasi terhadap perubahan tekanan
darah di Ruang OK RSU Haji Surabaya. Sebagian besar
pasien yang di premedikasi mengalami penurunan
tekanan darah setelah diinduksi premedikasi
menggunakan morfin, sulfas atropine, dan midazolam.
Sedangkan pada pasien yang tidak diberikan
premedikasi, sebagian besar mengalami peningkatan
tekanan darah saat di dalam ruang OK.
Hasil uji variabel hubungan antara pemberian
premedikasi dan non premedikasi terhadap
perubahan tekanan darah pada semua kategori
usia sampel yang digunakan (remaja, dewasa,
dan tua) menggunakan Uji Korelasi Chi Square
menunjukkan ada nya hubungan yang signifikan
(hasil <0,05).

Anda mungkin juga menyukai