Anda di halaman 1dari 58

SKENARIO 5

KELOMPOK 11A
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Prosedur Analisis Dasar


2. Menentukan Faktor-faktor Resiko
3. Menganalisis Data Terkait dengan Kajian Relative Risk
4. Memahami Bias, Confounding dan Iteraction
5. Menghitung Nilai Mean, Median dan Modus
6. Memahami Studi Kohort, Case Control dan Intervensi
7. Memahami Sistem Survailans
PROSEDUR ANALISIS
DASAR
FAKTOR RESIKO
OBESITAS
Faktor resiko yang bisa mempengaruhi obesitas adalah :
 Genetik / Keturunan mempengaruhi 10% dari obesitas, 90% adalah pola perilaku
keluarga yang diturunkan ke anak.
 Faktor perilaku terutama pola makan dan kurangnya beraktifitas atau olahraga.
 Faktor psikis terkait emosi dan penggunaan obat-obat anti depresi.
 Umur dan jenis kelamin di mana wanita lebih banyak menderita obesitas.
 Obat-obatan seperti steroid, kontrasepsi dan antikejang.
 Kondisi penyakit penyerta seperti Hipertensi, Hipotiroid dan DM.
 Kehamilan
RELATIVE RISK
RR = 1, tidak ada hubungan antara
faktor resiko dengan kejadian
penyakit.
RR (Relative Risk) merupakan salah
RR > 1, resiko penyakit lebih tinggi dari
satu data kuantitatif yang mengukur
kelompok terpapar dibandingkan
hubungan faktor resiko antara
dengan kelompok tidak terpapar.
kelompok terpapar dengan kelompok
tidak terpapar.
RR < 1, resiko lebih rendah dari
kelompok terpapar dan menunjukkan
bahwa faktor paparan merupakan
proteksi.
RUMUS RELATIVE RISK

PEMAPARAN SAKIT (+) TIDAK SAKIT (-) JUMLAH

(+) A B (A+B)

(-) C D (C+D)

JUMLAH (A+C) (B+D)

RR : RESIKO KELOMPOK TERPAPAR/RESIKO KELOMPOK TIDAK TERPAPAR


(A/(A+B) : C/(C+D))
PENGARUH JUNK FOOD TERHADAP OBESITAS

TIDAK 𝑎/(𝑎+𝑏)
JUNK FOOD OBESITAS
OBESITAS
JUMLAH RR =
𝑐/(𝑐+𝑑)
19/(19+16)
(+) 19 16 35 =
2/(2+23)
0.5
=
(-) 2 23 25 0.08

=6
JUMLAH 21 39
BIAS, CONFOUNDING &
INTERACTION
BIAS
 Bias didefinisikan sebagai segala kesalahan sistematis dalam studi epidemiologi
yang menghasilkan perkiraan yang salah dari hubungan antara eksposure dan
risiko penyakit
JENIS-JENIS BIAS
1. Bias seleksi : Kesalahan sistematis dalam pemilihan subyek.
contoh : (bias deteksi, bias admisi berkson, bias prevalensi-insidensi neyman, bias
pekerja sehat, bias non-responden)

 Contoh :
Studi Kohort Retrospektif
Pemilihan subyek menurut status. paparan dipengaruhi oleh status
penyakit.
 Studi Kasus Kontrol
Pemilihan subyek menurut status penyakit dipengaruhi oleh status
paparan
 Contoh :
Studi Kohort Retrospektif
 Pemilihan subyek menurut status. paparan dipengaruhi oleh status penyakit.
 Studi Kasus Kontrol
Pemilihan subyek menurut status penyakit
 dipengaruhi oleh status paparan
JENIS BIAS SELEKSI
1. Bias Deteksi / (Unmusking bias);
Bias yang disebabkan intensitas surveilans dalam memilih kasus dan non-kasus
sehingga peneliti cenderung lebih mudah mendeteksi kasus terpapar dan non-kasus
tak terpapar.
2. Bias Admisi Berkson :
 Bias yang disebabkan perbedaan probabilitas masuk RS bagi kasus
dan kontrol, perbedaan ini berhubungan dengan status paparan.
 Perbedaan probabilitas masuk RS disebabkan oleh perbedaan :

Beratnya gejala penyakit


Akses pelayanan medik
Case Kontrol
 Popularitas penyakit
 Popularitas RS
3 .Bias Non-Responden
 Bias yang disebabkan penolakan responden untuk berpartisipasi
- bila
penurunan partisipasi merata, maka akan mengurangi ukuran sampel,
sehingga cenderung tidak menemukan pengaruh paparan terhadap penyakit.
- bila partisipasi tidak merata, maka akan memperbesar atau memperkecil
hubungan paparan dan penyakit yang sebenarnya
4.Bias Insidens-Prevalensi Neyman
 bias yang diakibatkan penggunaan data prevalensi dan insidens yang
tidak tepat.
“Penggunaan data prevalensi sebagai pengganti insiden dalam riset
etiologi inilah yang mengakibatkan bias tersebut “.
 Jika ingin meneliti pengaruh paparan terhadap kejadian baru
penyakit pakailah data insiden, jangan sampai terlambat dalam
mengamati status penyakitnya.
 Kasus baru (insiden) = kejadian penyakit yang baru saja diamati pada
fase klinik.
5 .Bias Pekerja Sehat
 Bias yang terjadi akibat dari penggunaan para pekerja sehat sebagai kelompok
kasus atau kelompok terpapar dan penggunaan populasi umum sebagai
kelompok kontrol atau kelompok tidak terpapar.
 Membandingkan yang tidak sebanding karena status kesehatan sampel yang
berbeda
2.Bias Informasi

 Kesalahan sistematis dalam : mengamati, memilih instrumen, mengukur,


membuat klasifikasi,mencatat informasi, dan membuat interpretasi
 tentang paparan maupun penyakit, sehingga mengakibatkan distorsi penaksiran
pengaruh paparan terhadap penyakit.
 Macam Bias Informasi
1. Recall bias,
2. Bias pewawancara (Interviewer bias) antisipasi Blinding
3. Bias follow-up,
4. Efek Hawthorne
KARAKTERISTIK BIAS
 Bias muncul pada desain dan pelaksanaan studi
 Terjadi ketika menggunakn kriteria yang berbeda dalam prosedur seleksi subyek
 Besar dan arahnya seringkali tidak tepat diperkirakan
 Biasa bisa dievaluasi tetapi tidak bisa diperbaiki pada tahap analisa
 Bias sekli terjadi tidak dapta dikendalikan melainkan hanya dapat di cegah
CONFOUNDING
Sesuatu yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan hubungan secara keseluruhan
maupun sebagian yang dapat mempengaruhi hasil dari studi yang sedang dipelajari
KRITERIA FAKTOR PERANCU

Paparan (E) Penyakit (D)

Faktor perancu (f)

1. Merupakan fakto risiko bagi penyakit yang diteliti


2. Mempunyai hubungan dengan paparan
3. Bukan merupakan bentuk antara dalam hubungan
paparan dan penyakit
INTERAKSI

 Keberagaman/heterogenitas/variasi efek dari suatu factor resiko terhadap


kemunculan penyakit/outcome, pada level yang berbeda dari faktor resiko lain,
pada base population
 Suatu situasi dimana 2 atau lebih factor resiko saling memodifikasi (besar
dan/atau arah) efek nya terhadap kejadian/outcome yang diteliti
(Moyses S. & F. Javier N., 2000)
JENIS INTERAKSI

Interaksi • Keberadaannya dinilai dengan memakai


ukuran asosiasi berupa risk/rate difference
Aditif (AR).
• Bermanfaat untuk kepentingan program
kesmas atau intervensi pencegahan penyakit

Interaksi • Keberadaannya diukur dengan memakai


ukuran asosiasi berupa risk/rate ratio (RR/OR).
Multiplikatif • Penting untuk menjelaskan hubungan
kausalitas.
Mean
Median
Modus
DATA TUNGGAL
DATA KELOMPOK
Mean

 Berat Badan
𝑥1 +⋯+𝑥30 2124
Desa 𝑥ҧ = = = 70,8
30 30

𝑥1 +⋯+𝑥30 2322
Kota 𝑥ҧ = = = 77,4
30 30
 IMT
𝑥1 +⋯+𝑥30 793
Desa 𝑥ҧ = = = 26,43
30 30

𝑥1 +⋯+𝑥30 828
Kota 𝑥ҧ = = = 27,6
30 30
Median
1 𝑥15 + 𝑥16
𝑀ⅇ = (𝑥(30) +𝑥 30 ) =
2 2
( 2 +1) 2
Berat Badan
Desa
55 55 58 60 60 60 60 60 64 65 65 65 65 68 68 70 70 70 73 75 75 75
68+70
79 80 80 85 89 90 90 95 = 69
2

Kota
55 60 60 60 60 65 65 65 65 70 70 70 75 75 78 79 80 80 80 80 80 88
90 90 90 95 95 100 100 102
78+79
= 78,5
2
 IMT
Desa
21 22 22 22 23 23 23 23 23 24 24 24 24 24 24 24 25 25 28 29 29 30 30 30 31 31 31 34 35 35
24 + 24
= 24
2

Kota
20 20 21 22 22 24 24 24 24 24 25 25 27 27 27 27 30 31 31 31 32 32 33 33 34 35 35
27 + 27
= 27
2
Modus

 Berat Badan
Desa 60

Kota 80

 IMT
Desa 24
Kota 24
STUDI KOHORT, CASE
CONTROL & INTERVENSI
Studi Kohort
 Merupakan jenis penelitian epidemiologis non-eksperimental

yang sering digunakan untuk mempelajari hubungan antara

faktor risiko dengan efek atau penyakit tertentu.

 Penelitian selalu dimulai dengan mengamati kausa atau faktor

risiko terlebih dahulu.


Studi Kohort
 Setelah itu tiap subjek penelitian diikuti sampai periode tertentu
untuk melihat efek atau penyakit yang diteliti.

 Subjek penelitian dilakukan pada satu populasi yang sama,


namun terdapat 2 kelompok subjek penelitian yang berbeda,
yaitu :
1. Dengan faktor risiko
2. Tanpa faktor risikio
Studi Kohort
 Kemudian, hasil pengamatan dianalisis dengan teknik tertentu

untuk mendapatkan kesimpulan apakah terdapat hubungan

antara faktor risiko dengan kejadian suatu penyakit tertentu.


Skema dasar Studi Kohort
START HERE
Adakah hubungan
Mengidentifikasi faktor antara faktor risiko
risiko yang ingin diteliti
Diikuti secara prospektif dengan kejadian suatu
penyakit?

Ya
Faktor Risiko
(+)
Populasi Tidak
Subjek
Penelitian Ya
Faktor Risiko
(-)
Tidak
Langkah-Langkah pada Studi Kohort

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis.

2. Menetapkan populasi.

3. Memilih kelompok kontrol.

4. Menentukan variabel penelitian.

5. Mengamati apakah ada efek atau tidak.

6. Menganalisis hasil.
Kelebihan dan Kekurangan Studi Kohort

Kelebihan Kekurangan

 Merupakan desain terbaik dalam  Memerlukan waktu yang lama


menentukan insidens dan perjalanan
penyakit yang diteliti  Sarana dan biayanya mahal
 Merupakan desain terbaik dalam  Rumit
menerangkan dinamika hubungan
temporal antara faktor risiko dengan  Terjadinya perubahan intensitas pajanan
penyakit yang diteliti faktor risiko dapat mengganggu analisis hasil
 Dapat dipakai untuk meneliti beberapa  Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan
efek sekaligus dari suatu faktor risiko masalah etika karena peneliti membiarkan
tertentu subjek penelitian terkena pajanan yang
dicurigai dapat merugikan subjek
Case-Control
 Disebut juga sebagai retrospective study

 Merupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan

antara efek suatu penyakit atau kondisi kesehatan tertentu dengan faktor risiko tertentu.

 Biasanya digunakan untuk menilai seberapa besar peran faktor risiko dalam kejadian

suatu penyakit
Case-Control
 Pada kasus-kasus yang jarang ditemukan, desain case-control merupakan satu-satunya
metode yang dapat digunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat.

 Penelitian selalu dimulai dengan mengidentifikasi pasien yang mengalami efek atau
penyakit tertentu (disebut sebagai kasus / case) dan kelompok tanpa efek atau penyakit
tertentu (disebut sebagai kontrol/control).
Case-Control

 Setelah itu, secara retrospektif, ditelusuri faktor risiko apa yang dapat menerangkan mengapa
pada kelompok subjek kasus/case terkena efek/penyakit tertentu, sedangkan kelompok
subjek kontrol/control tidak

 Sehingga, dalam studi ini yang ingin diketahui adalah apakah suatu faktor risiko tertentu
benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan intensitas
pajanan faktor risiko terhadap kelompok subjek kasus/case dengan kelompok subjek
kontrol/control.
Skema Dasar Study Case-Control
START HERE
Adakah faktor risiko yang Mengidentifikasi
mempengaruhi suatu Diikuti secara retrospektif penyakit yang ingin
penyakit tertentu diteliti

Faktor Risiko (+)


Kelompok subjek
kasus/case
Faktor Risiko (-)

Faktor Risiko (+)


Kelompok subjek
kontrol/control
Faktor Risiko (-)
Langkah-Langkah pada Study Case-Control

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis.

2. Mendeskripsikan variabel penelitian (faktor risiko,efek/penyakit tertentu).

3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, kontrol) serta cara untuk pemilihan
subjek penelitian (kriteria inklusi dan eksklusi).

4. Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor risiko.

5. Menganalisis data.
Kelebihan dan Kekurangan Studi Kohort

Kelebihan Kekurangan

 Merupakan satu-satunya cara yang dapat  Data mengenai pajanan faktor risiko sering
digunakan untuk meneliti kasus yang jarang diperoleh dengan mengandalkan daya ingat
atau yang masa latennya panjang. atau rekam medis, sehingga data tidak begitu
akurat.
 Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
 Validasi mengenai suatu informasi kadang
 Biaya yang diperlukan relatif murah.
sukar diperoleh.
 Memerlukan subjek penelitian yang sedikit.
 Tidak dapat menggambarkan incidence rates.
 Dapat digunakan untuk mengidentifikasi
pelbagai faktor risiko sekaligus dalam satu
penelitian.
Intervensi
 Merupakan suatu perlakuan yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek penelitian dan
hasil perlakuan tersebut diamati, diukur, dan dianalisis.

 Biasanya dilakukan pada studi eksperimental, dimana peneliti melakukan intervensi


terhadap satu atau lebih variabel penelitian dan kemudian mempelajari efek perlakuan
tersebut.

 Ciri khas dalam studi intervensional adalah peneliti menentukan subjek mana yang akan
memperoleh perlakuan apa.
SISTEM SURVAILANS
Surveilans kesehatan masyarakat : proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada
unit yang membutuhkan untuk dapat diambil tindakan.
TUJUAN?
Mendapatkan informasi

Frekuensi
Distribusi
Tindakan pencegahan dan Prevalensi
penanggulangan Insidensi
Faktor yang mempengaruhi
3 Komponen Kegiatan Surveilans

1. PENGUMPULAN DATA 2. PENGOLAHAN, ANALISIS DAN


3. UMPAN BALIK DAN
Surveilans pasif dan aktif. INTERPRETASI DATA
PENYEBARLUASAN HASIL ANALISIS
Sumber : laporan penyakit, hasil Berdasarkan waktu, tempat dan
DATA
pemeriksaan lab, survei, orang.
Hasil disebarluaskan sebagai
penyelidikan distribusi vekot, Disajikan dalam bentuk teks, grafik,
laporan
laporan KLB, dan catatan medik. tabel, spot map.
Syarat Sistem Surveilans

1. Kesederhanaan (simplicity) : ketepatan waktu, jumlah sumber dana yang


dibutuhkan.
2. Fleksibilitas (flexibility) : menyesuaikan diri dengan perubahan informasi yang
dibutuhkan.
3. Akseptabilitas (acceptability) : mempertimbangkan interaksi antara sistem
dan partisipasinya.
4. Sensitivitas (sensitivity) : proposi kasus masalah kesehatan yang dideteksi oleh
sistem surveilans dan kemampuan untuk mendeteksi KLB.
5. Kerepresentatifan (representativeness) : mendeskripsikan secara akuratkejadian dari
suatu masalah kesehatan.
6. Ketepatan waktu (timeliness) : kecepatan dan ketepatan dalam pengumpulan data,
pengolahan, analisis, interpretasi data dan penyebarluasan informasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 5th ed.


Jakarta: Sagung Seto; 2018. p. 104-105, 146-184, 430-431.
2. Sulistyo Y. Jurnal Berkala Epidemiologi : Sistem Surveilans. Departemen
Biostatistika dan Kependudukan FKM Universitas Airlangga. 2015;6:35-42.
3. Bardosono S. Tabel 2x2, RR dan OR. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2016. p. 14-7
TERIMA KASIH :)

Anda mungkin juga menyukai