DOSEN FEB
RUU PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAERAH UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
TEORI TERKAIT KETIMPANGAN PEMBANGUNAN
New Economic Geography Model
(Paul Krugman, Jeffrey Sachs)
Neoclassical Theory
Paham ini mendorong pemikiran
Peran Pemerintah sangat terbatas perlunya pengelolaan spasial dan
Pemerintah hanya memiliki distribusi aktivitas ekonomi
sedikit pengaruh untuk Peranan utama pemerintah adalah untuk
mengurangi ketidakmerataan meningkatkan investasi infrastruktur
dengan kebijakan yang yang dapat mendorong mobilitas tenaga
menghambat mobilitas faktor- kerja, barang dan modal.
faktor produksi seperti modal, Pemerintah juga berperan dalam
tenaga kerja. mempengaruhi pasar melalui kebijakan
seperti adanya subsidi, program sosial
yang dapat mempengaruhi Disparitas
Wilayah.
2
Pemikiran Baru Dalam Mengukur Ketimpangan Pembangunan (1/2)
Indikator Mengukur Ketimpangan Pembangunan:
Williamson Index
Klasifikasi Kesenjangan Pembangunan :
a. Kesenjangan level rendah, jika IW < 0,35
IW b. Kesenjangan level sedang, jika 0,35 ≤ IW ≤ 0,5
c. Kesenjangan level tinggi, jika IW > 0,5
IW = Indeks Williamson Indeks Williamson Indonesia
yi = PDRB per kapita kabupaten/kota i 0.8500
𝑦ത = Rata-rata PDRB per kapita Provinsi 0.8061 0.8056 0.7983 0.7998
Pi = Jumlah penduduk kabupaten/kota i 0.8000 0.7870 0.7796 0.7933
0.7775
P = Jumlah penduduk Provinsi
0.7500
Permasalahan:
0.7000
• IW hanya mengukur ketimpangan
pembangunan dari aspek 0.6500
Pendapatan (PDRB)
• Aspek yang lebih luas dari pembangunan 0.6000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
tidak dimasukkan dalam IW, sehingga IW
Sumber: Bappenas
kurang relevan. 3
Pemikiran Baru Dalam Mengukur Ketimpangan Pembangunan (2/2)
Human Development Index
0.0510
Indeks Ketimpangan: HDI 0.0%
0.0499
Williamson Index
0.0480 -1.0%
0.0467
0.0470
Kesehatan 0.0460 0.0455
0.0450
0.0446
-1.5%
0.0880
Williamson Index
0.0870
0.0860
0.0850 0.0846
0.0842
3 pilar 0.0840
0.0830
pembangunan 0.0820
0.0810
Inklusif 2015 2016 2017
4
Sumber: Bappenas
INDIKATOR DAERAH TIMPANG
Penetapan Daerah Timpang dalam RUU Pemerataan Pembangunan adalah
Kesenjangan IPM. Apakah penetapan IPM sebagai satu-satunya indikator
Daerah Timpang sudah sesuai?
“The HDI simplifies and captures only part of what human development
entails. It does not reflect on inequalities, poverty, human security,
empowerment, etc.” (http://hdr.undp.org/en/content/human-
development-index-hdi)
IPM menyederhanakan dan menangkap hanya sebagian dari apa yang
pembangunan manusia butuhkan. IPM tidak mencerminkan ketimpangan,
kemiskinan, keamanan manusia, pemberdayaan, dan lain-lain.
5
WEF: INCLUSIVE DEVELOPMENT INDEX
Melebarnya ketimpangan telah mengikis kohesi sosial di banyak negara maju dan
negara berkembang. Hal tersebut mendorong munculnya konsensus dunia untuk
mengembangkan model pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan untuk mendorong
peningkatan standar hidup bagi seluruh masyarakat (WEF, 2018).
Inclusive Development Index
8
Kriteria Penentuan Daerah Tertinggal Perpres No 131/2015 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal
JUMLAH 81 10 122
PEMBAHASAN PASAL PER PASAL RUU PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 6 ayat (3) RUU PPD, perlu dijelaskan perhitungan di bagian Penjelasan dari
RUU tentang penentuan Kabupaten/Kota yang dikategorikan sebagai Daerah
Timpang. Di bagian penjelasan RUU PPD perlu dibuat perhitungan berapa IPM
yang dikategorikan sebagai IPM Daerah Timpang? Contoh IPM Indonesia 2017
adalah 70,81. Jika yang dikategorikan Daerah Timpang adalah daerah yang IPM-
nya yang lebih rendah 10% atau lebih dari nilai IPM Nasional maka nilai IPM
Daerah Timpang adalah 70,81 – 7,081 = 67,63 atau lebih rendah.
12
PEMBAHASAN PASAL PER PASAL RUU PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Dalam Pasal 8 dan Pasal 9, Menteri dan Pemerintah Daerah melakukan Pemetaan
Daerah tertinggal dengan menggunakan variabel kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
Untuk itu, perlu disebutkan dalam satu ayat di Pasal 8, penetapan indikator Daerah
Tertinggal diatur dalam Peraturan Pemerintah dan peraturan/perundang-undangan
lainnya
Pasal 9 ayat (1) RUU PPD dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah kabupaten/kota
melakukan pemetaan penyebab ketimpangan di tingkat kecamatan dan desa di
daerahnya. Indikator apa yang ditetapkan menjadi penyebab ketimpangan? Dalam
penjelasan RUU PPD tidak dinyatakan.
Pemetaan hingga di tingkat kecamatan dan desa sulit dilakukan mengingat ketersediaan
data terbatas.
Pasal 9 ayat (3) dinyatakan Pemerintah Daerah dapat menambah indikator lain dari
setiap variabel sesuai dengan kondisi daerah selain indikator yang diatur pada ayat (2),
sebaiknya tidak diusulkan karena akan menyebabkan standar pengukuran menjadi bias.
13
PEMBAHASAN PASAL PER PASAL RUU PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 11 ayat (2) RUU PPD, Alokasi Dana Transfer merupakan bagian dari Dana
Perimbangan untuk mewujudkan kesejahteran masyarakat dan mengatasi ketimpangan
pembangunan daerah. Jika demikian, dalam RUU ini harus tercantum pasal yang
membahas tentang Alokasi Dana Transfer sebagai bagian dari Dana Perimbangan. Perlu
juga dilakukan Amandemen UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Pasal 10 UU No. 33/2004).
Dalam Pasal 12 disebutkan bahwa
(1) Alokasi dana transfer secara afirmasi dilakukan dalam hal:
a. APBD per kilometer luas wilayah (Daerah Timpang sebesar) tiga per empat atau lebih rendah dari
APBD per kilometer (luas wilayah) rata-rata nasional; atau
b. APBD per kapita penduduk Daerah Timpang setengah atau lebih rendah dari APBD per kapita rata-
rata nasional.
(2) APBD yang digunakan dalam menghitung APBD per kilometer (luas wilayah) dan APBD per kapita adalah
total APBD yang sudah dikonversi dengan indeks kemahalan daerah tersebut.
(3) Besaran alokasi (dana transfer) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk menutupi selisih
APBD per kapita dan/atau APBD per kilometer Daerah Timpang.
14
PEMBAHASAN PASAL PER PASAL RUU PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAERAH
15
D
PEMBAHASAN PASAL PER PASAL RUU PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Alokasi Dana Transfer diberikan kepada Provinsi (Pasal 14). Alokasi Dana Transfer
dapat diberikan Pemerintah Provinsi Daerah Timpang kepada Kab/Kota Daerah
Timpang melalui Bantuan Keuangan (Pasal 19 ayat (3)).
Penentuan Daerah Timpang dalam Pasal 6 merujuk kepada Kabupaten/Kota.
Mengapa Dana Transfer Afirmasi untuk Kabupaten/Kota tidak langsung disalurkan
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota?
16
D
PEMBAHASAN PASAL PER PASAL RUU PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAERAH
17
D
PEMBAHASAN PASAL PER PASAL RUU PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 31
1) Menteri yang membidangi urusan pemerintahan dalam negeri memberikan sanksi
bagi kepala daerah dan DPRD yang tidak berhasil menjalankan strategi
pemerataan pembangunan berdasarkan hasil evaluasi tahunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) yang (yaitu) peningkatan IPM di bawah rata-
rata peningkatan IPM nasional
2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemotongan satu per tiga
penghasilan kepala daerah dan DPRD untuk satu tahun.
3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan
(diberhentikan) apabila program dan kegiatan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah provinsi, dan dana transfer afirmasi telah dilaksanakan sepenuhnya.
18
REKOMENDASI
19