Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

Roni A J Simanjuntak
11.2017.003
Kornea
 Selaput bening mata yang tembus cahaya dan
menutup bola mata sebelah depan

 Penyusun lapisan kornea :


 Jaringan epitel
 Membran Bowman
 Stroma
 Membran Descement
 Endothel
Ulkus Kornea
 Peradangan kornea yang diikuti kerusakan lapisan
kornea, kerusakan dimulai dari lapisan epitel
 Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase oleh sel epitel baru
dan sel radang
 Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu
proses respon imun yang menyebabkan akumulasi sel-
sel atau cairan di bagian kornea
Faktor Resiko
 Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata
(insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal)
 Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea),
karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada
daerah muka
 Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : edema
kornea kronik, exposure-keratitis, keratitis neuroparalitik,
keratitis superfisialis virus
 Kelainan-kelainan sistemik, malnutrisi, alkoholisme,
sindrom Stevens-Jhonson, sindrom defisiensi imun
 Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun
Etiologi
 Bakteri : streptokokus pneumoniae sedangkan bakteri
lain menimbulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor
pencetus
 Virus : herpes simplek, zooster, variola
 Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus,
sefalosporium
 Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus
(ulkus marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten),
alergen tak diketahui (ulkus cincin)
Patofisiologi
 Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini
menyebabkan pertahanan pada waktu peradangan tak
dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang
mengandung banyak vaskularisasi
 Dengan adanya defek atau trauma pada kornea, maka
badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang
terdapat pada stroma kornea segera bekerja sebagai
makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak
sebagai injeksi di perikornea
Patofisiologi
 Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel
mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear,
yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas
tak jelas dan permukaan tidak licin. Kemudian dapat
terjadi kerusakan epitel, infiltrasi, peradangan dan
terjadilah ulkus kornea
Klasifikasi
Klasifikasi ulkus kornea berdasarkan letaknya:
a. Ulkus kornea sentral :
- Ulkus kornea oleh bakteri
- Ulkus kornea oleh virus
- Ulkus kornea oleh jamur
b. Ulkus kornea marginal :
- Ulkus cincin
- Ulkus kataral simplex
- Ulkus Mooren
Diagnosis
 Nyeri
 Peka terhadap cahaya (fotofobia)
 Peningkatan pembentukan air mata
 Pada kornea akan tampak bintik nanah yang berwarna
kuning keputihan
 Gangguan penglihatan
 Mata merah
 Mata terasa gatal
 Kotoran mata
Diagnosis
 Penegakan diagnosis dari ulkus kornea juga
ditemukan tes fluoresin positif disekitar ulkus.
 Kerokan pada ulkus dilanjutkan dengan kultur bakteri,
pengecatan gram, atau KOH.
 Slitlamp untuk melihat sel flare.
Diagnosis Banding
 Keratitis
 Endoftalmitis
 Sikatrik kornea
Komplikasi
 Infeksi di bagian kornea yang lebih dalam
(Endophtalmitis, Panophtalmitis)
 Perforasi kornea (pembentukan lubang),
Descemetocele
Penatalaksanaan
 Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari
 Diberi pengobatan topikal sesuai kausa :
- bakteri : aminoglikosida (cefazolin atau gentamycin)
kuinolon (ciprofloxacin 0,3%)
- virus : debridement secara mekanis
antivirus topikal (vidarabine atau idoyuridine) -- -
- jamur : antijamur spektrum luas (natamycin, fluconazole,
amphotericin B, miconazole, atau ketoconazole)
 Biasanya diberi lokal kecuali bila keadaan berat
 Dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila dengan
pengobatan tidak sembuh
Prognosis
 Dubia ad malam
 komplikasi yang dapat terjadi berupa perforasi kornea,
endopthalmitis, panopthalmitis.
 Apabila sembuh maka akan menyebabkan
terbentuknya sikatriks kornea yang juga akan
mengganggu penglihatan penderita
Identitas Pasien
 Nama : Ida Ayu Ketut Taman
 Umur : 54 Tahun
 Alamat : Br. Tibu Sambi, Yeh Embang
Kangin Mendoyo
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Petani
 Agama : Hindu
 Suku Bangsa : Bali
Anamnesis
Keluhan utama
 Mata kiri nyeri dan merah

Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien datang ke Poli Mata RSUP Sanglah mengeluh nyeri
pada mata kiri sejak 3 hari yang lalu namun pasien masih
dapat membuka matanya. Nyeri pada mata dirasakan
menetap hingga saat ini. Awalnya, 5 hari yang lalu pasien
mengatakan mata pasien terkena serpihan padi saat
bekerja di sawah dan karena keluhan gatal pasien
menggosok – gosok matanya. Selain itu pasien mengeluh
mata merah yang menetap hingga saat ini. Selain keluhan
diatas pasien juga mengeluhkan mata berair yang
dirasakan terus – menerus hingga saat ini, silau juga
dirasakan pada siang hari
 Pasien juga mengeluhkan pandangan kabur.
Pandangan kabur ini dirasakan sejak 2 hari yang lalu.
2 hari yang lalu pasien merasakan matanya tampak
bercak putih keabu – abuan. Pasien sempat
menggunakan obat tetes mata Cendo Xytrol yang
diberikan oleh dokter umum, namun keluhan tersebut
tidak berkurang

Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan


 Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.
Riwayat alergi (+), penggunaan kacamata dan penyakit
sistemik seperti hipertensi dan diabetes mellitus
disangkal oleh pasien. Pasien tidak pernah minum
obat dalam jangka waktu yang lama
Riwayat Keluarga
 Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang
serupa dengan pasien.
Riwayat Sosial
 Pasien sehari – hari merupakan seorang petani.
Pendidikan terakhir pasien adalah sekolah dasar
Pemeriksaan Fisik Umum
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Composmentis
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 Laju pernafasan : 20 x/menit
 Temperatur : 36,7 °C
 Berat badan : 45 kg
 Tinggi badan : 154 cm
Pemeriksaan Fisik Khusus
Okuli Dekstra (OD) Okuli Sinistra (OS)
Visus 6/12 1/60
Pin Hole Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Supra cilia
Madarosis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Palpebra superior
Edema Tidak ada Ada (+)
Hiperemi Tidak ada Ada (+)
Enteropion Tidak ada Tidak ada
Ekteropion Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Fisik Khusus
Pungtum lakrimalis
Sumbatan Tidak ada Tidak ada
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva palpebra superior
Sekret Mata Tidak ada Ada (+) Berair
Hiperemi Tidak ada Ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada
Lain-lain Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Fisik Khusus
Konjungtiva bulbi
Kemosis Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada CVI (+)
- Konjungtiva Tidak ada PCVI (+)
- Silier Tidak ada Tidak ada
Perdarahan di bawah konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pingueculae
Sklera
Arkus Senilis Tidak ada Tidak ada
Lain - lain Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Fisik Khusus
Kornea
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Infiltrat Tidak ada Ada (+)
Ulkus Tidak ada Ada (+)
Keratik presifitat Tidak ada Tidak ada
Bilik Mata Depan
Kedalaman Normal Normal
Hypema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Ada (+)
Pemeriksaan Fisik Khusus
Iris / Pupil
Bentuk Bulat, regular Bulat, regular
Refleks cahaya langsung (+) Sulit dievaluasi
Refleks cahaya konsensual (+) Sulit dievaluasi

Lensa
Subluksasi Tidak ada Tidak ada
Dislokasi Tidak ada Tidak ada
Tes bayangan iris Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan OD OS

 Pergerakan bola mata

 Tes konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

 Tonometri Schiotz 17,3 mmHg Tidak dilakukan

 Refleks Fundus (+) Sulit dievaluasi


Resume
 Pasien perempuan, 54 tahun, mengeluh mata kiri
nyeri sejak 5 hari yang lalu disertai dengan mata
merah, berair, dan silau terutama pada siang hari.
 Pasien mengaku awalnya mata kiri pasien terkena
serpihan padi pada saat bekerja disawah, dan pasien
sempat mengosok matanya 2 hari yang lalu, mata
pasien terasa lebih kabur dari sebelumnya dan tampak
bercak putih keabu – abuan.
Pemeriksaan Lokal
OD Pemeriksaan OS
6/12 Visus 1/60
Normal Palpebra Edema(+)
Tenang Konjungtiva Hiperemi (+),
CVI (+), PCVI (+)
Normal Sklera Normal
Jernih Kornea Edema, kekeruhan
sentral, ulkus (+)
bulat batas tegas,
ukuran 1,5 x 2,5 mm
Pemeriksaan Lokal
Normal BMD Hipopion (+)
<1/3 camera okuli anterior
Bulat, regular Iris Sulit dievaluasi
Refleks pupil (+) Pupil Sulit dievaluasi
Jernih Lensa Sulit dievaluasi
(+) Refleks Fundus Sulit dievaluasi
Tidak dilakukan Tes Fluoresin Positif, ulkus
bulat sentral,
ukuran 1,5 mm x 2,5
mm, batas tegas
Normal Tes sensibilitas Normal
Diagnosis Banding
 OS Ulkus Kornea ec susp bakteri
 OS Ulkus Kornea ec susp jamur
 OS Ulkus Kornea ec susp viral

Diagnosis Kerja
 OS Ulkus kornea ec susp bakteri komplikasi hypopion

Usulan Pemeriksaan
 Slitlamp
 Pengecatan gram / KOH / giemsa
Terapi
 KIE bed rest, jaga higiene mata, nutrisi cukup
 Floxa tetes mata 6 kali 1 tetes per hari
 Atrophin 1% tetes mata 3 x 1 tetes / hari
 Vitamin C. 1 x 500mg
 Analgetik  Asam mefenamat 3 x 500 mg

Prognosis
 Dubius ad malam
Teori Kasus
-Keluhan utama penderita yaitu mata - Ulkus kornea menyebabkan nyeri
kiri nyeri mata kiri nyeri sejak 3 hari karena kornea memiliki banyak
yang lalu serabut nyeri

- Berair, dan silau terutama pada - Peka terhadap cahaya (fotofobia)


siang hari dikarenakan kontraksi iris karena
peradangan dimana terjadi dilatasi
pembuluh iris yang merupakan
refleks akibat dari iritasi ujung saraf
kornea dan peningkatan
pembentukan air mata
- Disertai dengan mata merah
- Selain itu adanya mata merah dan
berair dikarenakan proses inflamasi
yang menyebabkan pelebaran
pembuluh darah
Teori Kasus
- Gangguan visus, hiperemi pada - Visus OD 1/60, hiperemi (+), hipopion
palpebra, gambaran hipopion pada (+) dan sekret mata tampak berair
bilik mata depan dan tampak berair

- Edema pada kelopak disebabkan - OD edema (+) pada palpebra superior,


adanya peningkatan permeabilitas tampak hiperemi konjungtiva dan silier
pembuluh darah. Pelebaran pembuluh
darah berupa PCVI dan CVI
dikarenakan adanya reaksi peradangan

-Adanya infiltrasi sel-sel radang pada - OD ulkus (+) bulat batas tegas,
kornea dan gambaran ulkus ukuran 1,5 x 2,5 mm

-
Teori Kasus
- Antibiotik lokal spektrum luas - Floxa tetes mata 6 kali 1 tetes per hari

- Pemberian midriatikum untuk - Atrophin tetes mata 3 kali 1 tetes per


mengurangi nyeri yang ditimbulkan hari
oleh spasme dari otot siliari

- Pemberian vitamin C untuk - Vitamin C 1 x 500mg


mempercepat pertumbuhan sel – sel
epitel

- Pemberian analgetik - Asam mefenamat 3 x 500 mg


Teori Kasus
- Prognosis buruk karena komplikasi - Dubia ad malam
yang dapat terjadi (perforasi kornea,
endopthalmitis, panopthalmitis).
Apabila sembuh akan terbentuk
sikatriks kornea yang juga akan
mengganggu penglihatan penderita.

Anda mungkin juga menyukai