Anda di halaman 1dari 17

Morfologi & Patogenesis Penyakit Tropis

(M.tuberculosis, M.leprae, Microbacterium


non spesifik, Sallmonela typhi)
Dr. Seshy Tinartayu
Morfologi
M.tuberculosis
• Berbentuk batang lurus atau agak bengkok
• Berukuran panjang 5 μ dan lebar 3 μ.
• Dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen akan tampak berwarna merah dengan latar
belakang biru, seperti berikut :

Gambar : Mycobacterium tuberculosis, dengan metode Ziehl Neelsen perbesaran objektif 100X
• Penanaman/kultur 6-8 minggu
• Suhu optimum 37˚C, tidak tumbuh pada suhu 25˚C atau lebih dari 40˚C.
• Media padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-jensen.
• Dapat mati jika terkena cahaya matahari langsung selama 2 jam (tidak tahan
terhadap sinar UV).
• Mudah menular, mempunyai daya tahan tinggi dan mampu bertahan hidup
beberapa jam ditempat gelap dan lembab.
• Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant (tidur) beberapa tahun.
• Basil yang ada dalam percikan dahak dapat bertahan hidup 8-10 hari
(Depkes, 2008).
Patofisiologi
M.tuberculosis
Batuk
• Karena iritasi pada bronkus.
• Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non‐produktif), setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan spuntum).
• Darah pada dahak berupa garis atau bercak‐bercak darah, gumpalan‐gumpalan
darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak (profus).
• Batuk darah : tanda telah terjadinya ekskavasidan ulserasi dari pembuluh darah
pada dinding kavitas.
• Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah
yang pecah.
Sesak nafas
• Terjadi bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal‐hal penyerta
(efusi pleura, pneumothorax, anemia, dll) atau penggumpalan cairan di pleura
sebagai komplikasi TB Paru ataupun karena akibat terjadinya sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru‐paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar.
Nyeri dada
• Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan napasnya.
• Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di
daerah axilla, di ujung skapula atau tempat tempat lain)
Demam
• Suhu meningkat atau menjadi lebih tinggi sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
Keringat malam
• Bukan gejala yang patognomonis untuk penyakit TB paru.
• Umumnya baru timbul bila proses telah lanjut
Anoreksia, dan penurunan berat badan
• Manifestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila
proses progresif.
• Anoreksia  rendahnya asupan makanan  metabolisme energi dan protein
dan utilisasi dalam tubuh meningkat, pemakaian cadangan energi tubuh yang
berlebihan penurunan BB
• Sumber :
https://hernawatias.files.w
ordpress.com
Morfologi
M.leprae
• Bakteri aerobil
• Gram positif
• Bentuk batang
• Dikelilingi membran sel (ciri spesial micobacterium)
• Belum dapat dikultur
• BTA
Patofisiologi
M.leprae
Morfologi
Salmonella tiphy
• Bbentuk : batang ramping, bulat, transparan dengan pinggir utuh
• Sifat : Tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora, gram negatif
• Diameter 2mm dama 24jam
Patofisiologi
Salmonella tiphy
Nyeri ulu hati.
• Kuman telah menyebar (bakteremia pertama yang asimptomatik) ke organ retikuloendotelial tubuh
 pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di ulu hati.
• Dalam hati, kuman masuk di dalam empedu kuman dapat berkembang baik karena kandung
empedu merupakan organ yang sensitif terhadap S. Typhi dan bersama cairan empedu diekskresikan
secara intermittent ke dalam lumen usus.
• Nyeri pada ulu hati dapat menyerupai gejala sakit lambung (sakit maag).
Konstipasi
• Dalam plague peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia jaringan (S. typhii intra
makrofag menginduksi reaksi hipersensitifitas tipe lambat, hyperplasia jaringan dan nekrosis organ).
• Akibat hyperplasia jaringan di usus menyebabkan penyempitan lumen usus yang mengganggu
pergerakan makanan
Mual dan muntah (serta diare di awal sakit)
• Mual adalah pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada daerah medulla yang
secara erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat muntah, dan mual dapat
disebabkan impuls iritasi dari GIT.
• Tahap awal dari iritasi atau distensi yang berlebihan, antiperistalsis mulai terjadi, sering beberapa
menit sebelum muntah terjadi. Antiperistalsis dapat dimulai sampai sejauh ileum di GIT, dan
gelombang antiperistalsis bergerak mundur naik ke usus halus dengan kecepatan 2-3 cm/ detik;
proses ini benar2 dapat mendorong sebagian besar isi usus kembali ke duodenum, lambung
dalam waktu 3- 5 menit. Kemudian pada saat bagian atas traktus gastrointestinal, terutama
duodenum, menjadi sangat meregang, peregangn ini menjadi faktor pencetus yang menimbulkan
tindakan muntah sebenarnya.
• Distensi berlebihan atau iritasi GIT menyebabkan suatu rangsangan khusus yang kuat untuk
muntah. Impuls ditransmisikan, baik oleh saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke pusat
muntah bilateral di medulla, yang terletak dekat traktus solitaries lebih kurang pada tingkat
nucleus motorik dorsalis vagus. Impuls2 motorik yang menyebabkan muntah ditransmisikan dari
pusat muntah melalui saraf kranialis V, VII, IX, X & XII ke GIT bagian atas & melalui saraf spinalis
bagian atas
Penyebab iritasi
• Di dalam plague peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia
jaringan (S. typhii intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitifitas tipe
lambat, hyperplasia jaringan dan nekrosis organ).
• Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar
plague peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat
akumulasi sel2 mononuklear di dinding usus.
Morfologi
Leptospira interogans
• Bentuk Spiral
• Panjang : 5-15 mikrometer
• Salah satu ujung membentuk kait
• Gerak rotasi aktif
Patofisiologi
Leptospira
• Cara penularan – Kontak pada kulit (luka), atau
kontak selaput lendir dengan air, tanah basah atau
tanaman, khususnya tanaman tebu yang
terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi,
berenang, luka yang terjadi karena kecelakaan kerja;
kontak langsung dengan urin atau jaringan tubuh
hewan yang terinfeksi; kadang kadang melalui
makanan yang terkontaminasi dengan urin dari tikus
yang terinfeksi;
• kadang kadang melalui terhirupnya “droplet” dari
cairan yang terkontaminasi.
• Masa inkubasi – biasanya 10 hari, dengan rentang 4-19
hari.
• demam dengan serangan tiba-tiba

• sakit kepala

• menggigil

• mialgia berat (betis dan kaki )

• merah pada conjuctiva.

• Meningitis

• ruam (palatal exanthem)

• Anemia hemolytic, pendarahan didalam kulit dan selaput lendir, gatal hepatorenol, gangguan mental dan depresi, myocarditis dan radang paru-
paru dengan atau tanpa hemopthisis. Didaerah yang endemis leptospirosis, mayoritas infeksi tidak jelas secara klinis atau terlalu ringan untuk
didiagnosa secara pasti. Kasus sering didiagnosa salah sebagai meningitis, encefalitis atau influenza; bukti serologis adanya infeksi leptospira
ditemukan diantara 10 % kasus meningitis dan encephalitis yang tidak terdiagnosa. Gejala klinis berlangsung selama beberapa hari sampai 3
minggu atau lebih. Secara umum, ada dua fase dari penyakit; tahap leptospiremia atau febris, diikuti dengan fase pemulihan atau kekebalan.

• Cara penularan – Melalui Kontak pada kulit, khususnya apabila terluka, atau kontak selaput lendir dengan air, tanah basah atau tanaman,
khususnya tanaman tebu yang terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi, berenang, luka yang terjadi karena kecelakaan kerja; kontak
langsung dengan urin atau jaringan tubuh hewan yang terinfeksi; kadang kadang melalui makanan yang terkontaminasi dengan urin dari tikus
yang terinfeksi; dean kadang kadang melalui terhirupnya “droplet” dari cairan yang terkontaminasi. Masa inkubasi – biasanya 10 hari, dengan
rentang 4-19 hari.

Anda mungkin juga menyukai