Anda di halaman 1dari 9

INSUFISIENSI VENA KRONIK

DEFENISI

 Varises ( vena varikosa ) adalah pelebaran dari vena superfisial yang menonjol dan berliku-liku pada ekstremitas
bawah, sering pada distribusi anatomis dari vena safena magna dan parva.
 Sistem superfisialis terdiri dari vena safena magna dan vena safena parva. Keduanya menjadi predisposisi terjadinya
varises
EPIDEMIOLOGI

 Insidensi dari varises telah dipelajari dari sejumlah study cross sectional. Tahun 1973 Komunitas Kesehatan
Masyarakat Amerika Serikat memperkirakan sekitar 40 juta orang (26 juta diantaranya wanita) di Amerika Serikat
mengalami varises. Tahun 1994 sebuah Review oleh Callam menemukan setengah dari populasi dewasa memiliki
gejala penyakit vena (wanita 50-55% ; pria 40-50 %) dan lebih sedikit dari setengahnya yang menunjukkan gejala
varises (wanita 20-25% ; pria 10-15%). Umur dan jenis kelamin merupakan faktor risiko utama terjadinya varises
(Lew , 2009).
 Varises lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki pada beberapa tingkat umur. Pada penelitian kesehatan
komunitas Tecumsech, varises ditemukan 72 % pada wanita berumur 60-69 tahun dan hanya 1 % laki-laki pada
umur 20-29 tahun. Angka prevalensi penyakit vena didapatkan lebih tinggi pada Negara barat dan Negara industri
dari pada negara kurang berkembang (Beale, 2005).
ETIOLOGI
Menurut Yuwono 2006, Etiologi dari insufisiensi vena kronis dapat dibagi 3 kategori
 Penyebab insufisiensi vena kronis yang kongenital adalah pada kelainan dimana katup yang seharusnya terbentuk di suatu
segmen ternyata tidak terbentuk sama sekali (aplasia, avalvulia), atau pembentukannya tidak sempurna (displasia), berbagai
malformasi vena, dan kelainan lainnya yang baru diketahui setelah penderitanya berumur.
 Penyebab insufisiensi vena kronis yang primer adalah kelemahan intrinsik dari dinding katup. Keadaan daun katup yang
panjang melambai (floppy, rebundant) sehingga penutupan tidak sempurna (daun-daun katup tidak dapat terkatup
sempurna) yang mengakibatkan terjadinya katup tidak dapat menahan aliran balik, sehingga aliran retrograd atau refluks.
Keadaan tersebut dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan katup (valve repair) dengan operasi untuk
mengembalikan katup menjadi berfungsi baik kembali.
 Penyebab insufisiensi vena kronis sekunder (insufisiensi vena sekunder) disebabkan oleh keadaan patologik yang didapat
(acquired), yaitu akibat adanya penyumbatan trombosis vena dalam yang menimbulkan gangguan kronis pada katup vena
dalam. Sumbatan trombus beberapa bulan atau tahun paska kejadian trombosis vena dalam, maka keadaan tersebut
disebut sindroma post-trombotic. Pada sindroma tersebut terjadi pembentukan jaringan parut akibat inflamasi, trombosis
kronis dan rekanalisasi yang akan menimbulkan fibrosis, dan juga akan menimbulkan pemendekan daun katup (pengerutan
daun katup), perforasi kecil-kecil (perforasi mikro), dan adhesi katup, sehingga akhirnya akan menimbulkan penyempitan
lumen.
FAKTOR RESIKO

Menurut Yuwono (2010), faktor risiko dari penyakit vena kronis adalah termasuk :
 Sejarah varises dalam keluarga (keturunan, herediter),
 Umur,
 Jenis kelamin perempuan (pada usia dekade ke-3 dan 4 : dijumpai 5-6 kali lebih sering dari laki-laki),
 Kegemukan atau obesitas, terutama pada perempuan,
 Kehamilan lebih dari dua kali,
 Pengguna pil atau suntikan hormon dalam program keluarga berencana,
 Terbiasa bekerja dalam posisi berdiri tegak selama lebih dari 6 jam sehari.
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS

Berdasarkan atas ukuran besar diameter pembuluh vena yang menderita varises terdapatpembagian atau klasifikasi
seperti dibawah ini, yaitu:
 Varises vena safena magna dan atau vena safena parva (varises stem),
 Varises percabangan dari vena safena (varises retikularis),
 Varises venula (hyphen-webs atau spider-vein atau telangiektasia) yang berukuran paling halus, yaitu berdiameter 1-2
mm, berbentuk seperti jaring laba-laba, yang memucat dengan tekanan ringan
Penderita insufisisiensi vena kronis (varises tungkai) biasanya mengeluh merasa nyeri, lelah (fatigue), rasa pegal, kaki
terasa berat dan bengkak, kejang otot betis terutama pada malam hari, kulit terasa gatal di daerah pergelangan kaki,
perasaan tungkai mudah lelah yang semakin terasa bila berdiri agak lama dan berjalan-jalan
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

Pengobatan insufisiensi vena kronis pada tungkai pada prinsipnya adalah usaha memperlancar aliran darah vena tungkai, yaitu
dengan cara melakukan elevasi tungkai sesering mungkin, terutama setelah kegiatan berjalan-jalan, dimana elevasi dilakukan
dalam posisi duduk atau berbaring dengan membuat posisi kaki setinggi dengan jantung.

Tingkat kompresi (mmHg) Indikasi

15-20 mmHg Varises ringan (selama kehamilan, pasca bedah)

21-30 mmHg Varises telah menimbulkan gejala, pascaskleroterapi

31-45 mmHg Post-thrombotic syndrome, ulkus telah sembuh

>45 mmHg Phlebolymphedema

 Indikasi Penggunaan Terapi Kompresi dengan Stoking


 Untuk menghindarkan diri dari berulangnya keluhan insufisiensi vena harus dilakukan pencegahan dengan
menggunakan stoking atau pembalut elastis dengan atau tanpa obat-obatan flebotropik,menu makanan sehari-hari
yang lebih banyak mengandung sayuran dan buah-buahan segar (mengurangi jenis makanan dari hewani karena
selain tidak berserat juga akan meningkatkan peninggian konsentrasi lemak dalam darah dan meningkatkan
hipertensi vena).

Anda mungkin juga menyukai